"Haloooo guysss, I'm back" teriak Lia bersama dengan Jeje, Rere, dan juga Yesa yang baru saja bergabung ke kumpulan PIKadiv yang lain.
"Ssssttt Kak, pelan-pelan. Kak Caca masih zoom" terang Fitri.
"Oooo sorry-sorry, gak tau aku"
"Dah aman kok guys, baru selesai ini" ucap Caca sambil melepaskan earphones yang sedari tadi ia pakai.
"Oke, dah lengkap yo ini? VAN TANG DENEO ora mojok ae" teriak Dewa ke arah pojok. Bintang dan Devan pun langsung beranjak ke Gazebo tempat mereka duduk.
Saat ini, tepatnya mereka sedang berada di Taman Fisip— atas saran Caca sih, bosan katanya kalau rapatnya di sekre terus, yang dilihat cuma sekre dan seisinya saja. Rapat PIKadiv kali ini akhirnya dimulai. Sebenarnya, untuk rapat ini memang mereka adakan setiap dua minggu sekali kalau memang mengikuti timeline. Namun, karena beberapa kesibukan saat PKKMB dan Makrab kemarin, beberapa minggu terakhir forum PIKadiv ini ditiadakan. Mereka lebih sering mengobrol langsung ketika bertemu di forum besar— dan memang tidak terdapat hal yang cukup urgent juga. Tapi, kali ini sepertinya berbeda. Ada beberapa hal yang mereka rasa cukup mengganjal di periode kepengurusan ini. Setengah periode telah berlalu, namun sepertinya masih ada beberapa problems di masing-masing divisi yang sangat perlu untuk segera diselesaikan.
"Ya itu sih menurutku aja ya, mungkin emang angkatan 22 tuh ada beberapa yang masih canggung, tapi ada beberapa juga yang enggak. Kalo aku sama anak-anakku sih aman-aman aja. Terus, ada yang cukup mengganjal juga pas Makrab kemarin. Kaya, aku tau kita semua cape. Tapi ya sebisa mungkin tetep jaga mood kan. Kalo misal emang marah ke aku gapapa beneran, mau bentak kek atau apa gitu bebas. Alangkah lebih baiknya omongin langsung sama aku di belakang. Tapi, ini masalahnya di depan maba juga. Malu dikit sih aku hahaha" ungkap Caca—Kadiv Litbang yang sepertinya memang mencurahkan isi hatinya itu.
"Hehh kenapaa Cacaa, kalo cerita jangan setengah-setengah donggg" rengek Gigi.
"Aduh, sebenernya agak ga enak. Tapi aku ceritain aja deh ya. Maaf banget ya, Tang. Soalnya ini sebenernya tentang anakmu."
"Ohhh aman-aman. Pie Cakk?"
"Oke, singkat cerita, kemarin waktu Makrab kan aku jadi LO-nya komunitas sama DPO. Kemarin pas DPO dateng tuh kita anak humas pada bingung buat kasih tempat duduk ke DPO karena emang sebelumnya dari acara ga ada briefing kan. Jadi, aku inisiatif lah nanya ke anak acara, pas banget ketemu Cecil dan aku nanya lah tu ke dia. Kayanya emang dia lagi riweuh banget ya, jadi kaya agak kurang ngenakin gitu jawabnya."
"Ohhh tau aku, kemarin aku di belakangmu to Cak, agak kaget juga sih si Cecil bisa nyengak gitu lah bahasanya, padahal keliatannya kaya anak baik-baik lho" tambah Devan.
"Nah bener, Van. Maksudku kalo emang nggak ada gitu kan sama anak humas bakal dibantu cariin tempatnya. Tapi yaudah lah, mungkin emang Cecilnya lagi hectic ya"
"Oke, paham-paham. Tapi yo sebenernya tetep ga bisa dibenarkan sih. Terlebih itu di depan maba. Harusnya tetep dijaga mood-nya. Ck piye yo, besok dikasih tau lagi aja pas fordisev" ungkap Kadewa.
"Tapi yaa, sebenernya setelah kuperhatikan nih. Anak 22 banyak yang gimana ya, mungkin beberapa emang ada yang masih canggung gitu, dikit banget kalo ini sih. Cuma banyak juga yang malah kesannya agak apa ya ngomongnya, seenaknya sendiri gitu dan kaya menyepelekan eksistensi kita as kakaknya di sini" kali ini Lia ikut menambahkan.
"Wahhh Fitrii, kamu apain kakakmu itu?" ucap Rere yang membuat Fitri sedikit gelagapan kaget karena namanya disebut, padahal ia sendiri tengah sibuk notulensi. Hal tersebut sontak memecah keseriusan di antara mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/359801231-288-k466780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MODERASI
FanfictionAll about himpunan yang katanya 'asik' nyatanya 'bisa survive' aja udah syukur.