Prolog

1.2K 52 0
                                    

Fordisev

19.30 WIB

"Okey, langsung aja, siapa yang mau maju kahim periode depan?" ucap Marvin tegas di tengah keheningan forum.

1 menit... 2 menit...hingga 3 menit berlalu, belum juga ada suara yang terdengar.

"Tenan ki do meneng kabeh??!" tambah Marvin yang membuat forum malam hari itu semakin hening.

(serius ini pada diem semua??!)

"Aku Mas" ucap seseorang sambil mengacungkan tangannya ke atas.

"Oke Kadewa, terus wakahimnya?" tanya Marvin.

"Bintang, Mas" jawab Kadewa kembali yang menimbulkan kernyitan di dahi Marvin.

"Udah? kalian berdua tok?" tanya Marvin kembali.

"Dari PSDM sampe kemaren baru aku sama Bintang tok yang ngajuin Mas, divisi lain gaada yang mau maju" jelas Kadewa.

"Lohh? kalian semua kan tau ketentuan fakultas kita minimal harus ngajuin dua paslon. Terlebih lagi kalian sama-sama dari divisi PSDM. Mau ga mau kalian ya harus jadi rival. Ga yang maju bareng gini" ucap Marvin menatap tegas Kadewa dan Bintang.

"Izin masuk Vin, kalau dari Kadewa atau Bintang adakah calon wakahim lain semisal kalian harus pisah?" tanya seorang gadis di samping Marvin bernama Helda.

"Sebenarnya sempat diskusi juga sama teman-teman yang lain, Mas, Mbak. Tapi Mas dan Mbak semuanya, mohon maaf sekali, kami masih ragu dan belum final untuk keputusannya" jawab Bintang.

"Dari Bintang wakahimnya siapa?" tanya Helda kembali seakan tidak menanggapi pernyataan terakhir Bintang.

"Larissa Mbak"

"Ohh Caca, Caca bersedia ga kalau jadi pasangannya Bintang buat maju?" Helda kembali bertanya, yang pertanyaannya jelas tertuju ke Caca, salah satu staf divisi Litbang.

"I-iyaa... siap, Mbak" meskipun terdapat jeda sejenak, Caca meyakinkan dirinya untuk maju bersama dengan Bintang. Melihat wajah dari kedua temannya, Bintang dan Kadewa, yang memelas seakan menyiratkan pertolongan dari Caca.

"Ya emang harus siap lah. Kalau Kadewa?" Kali ini Marvin yang bertanya.

"Gicellia Mas" jawab Kadewa dengan tegas yang membuat gadis yang berada tepat di belakangnya itu melotot kaget. Untung saja ekspresi tersebut tidak tertangkap oleh Marvin atau anggota lain.

"Okei kalau gitu Kadewa sama Bintang maju calon kahim keberatan ngga?" tanya Marvin.

"Iya gapapa Mas" jawab Kadewa meskipun dalam hatinya sempat terbesit tidak rela melepas Bintang sebagai partner.

"Okei, biar waktunya ga kelamaan, langsung ke tiap divisi yang mau lanjut dan ngga, masing-masing kadiv langsung tanya aja. Mulai dari PSDM" ucap Marvin.

"Izin masuk Vin, langsung aja dari PSDM selain Kadewa dan Bintang siapa yang mau lanjut periode depan?" ucap Rafli yang menjabat sebagai kadiv PSDM di periode ini.

Seorang gadis berambut sebahu tampak mengacungkan tangannya.

"Dari 4 staf cuman Ayel doang yang lanjut? Kalian tega ninggalin Ayel di PSDM sendiri? Ga kasihan??" tanya Rafli menatap anak-anak PSDM yang terus menunduk.

"Riris kenapa ga lanjut?" tanya Rafli kembali.

"Maaf Mas dan Mbak sebelumnya, alasan aku memilih buat ga lanjut karena jujur aku ga nyaman dan ga bisa lagi di hima, mungkin cuma aku atau yang lain juga ngerasa gitu, tapi gap antara angkatan atas dan bawah masih keliatan jelas yang mana jadi sulit membaur. Aku udah berusaha juga buat mencoba dekat dengan semua anggota baik kakak tingkat atau temen-temen lain, tapi akunya emang ga bisa, maafin aku Mas, Mbak, Ayel, dan semuanya" ucap gadis bernama Riris dengan terisak-isak.

MODERASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang