[17] - Jatinangor House Pembawa Cerita

140 15 3
                                    

Setelah melewati kegiatan PKKMB yang cukup menguras waktu dan tenaga dari para anggota hima. Ternyata masih banyak kegiatan-kegiatan melelahkan lain yang belum usai, salah satunya agenda makrab bagi mahasiswa baru. Pengurus masih mempunyai kewajiban untuk merancang acara malam keakraban tersebut. Seperti yang tengah didiskusikan oleh para jajaran pengurus inti dan kepala divisi di sekre jumat siang ini. Di dalam ruangan yang luasnya tidak seberapa ditambah udara panas Jogja yang luar biasa, 11 orang yang sedang berkumpul sibuk berebut kipas angin satu-satunya yang bahkan bisa dibilang sudah bobrok.

"Anjir lah Van, awakmu gedhe ngono ki nutupi kipas e. Geser ra??!!"

(badanmu besar gitu nutupin kipas anginnya)

Suara tersebut hanyalah salah satu dari sekian keributan yang terjadi di sekre. Seperti yang terlihat, ada Lili dan Devan yang sibuk berdebat letak kipas angin, Bintang yang hobi tidur di sekre padahal badannya yang bongsor itu memakan banyak space sehingga mendapat omelan dari Yesa dan lainnya tetapi anaknya terlihat bodoamat, Jeje yang hobi jajan bakwan kawi sibuk mengunyah dengan khidmat, dan yang ditunggu-tunggu reaksi dari kahim ganteng Kadewa yang hanya bisa memejamkan mata dan memijat pelipisnya tanda teman-temannya sudah tidak tertolong.

"Kapan mulai rapat e sih? Aku pengen makan Jatinangor" rengek Caca yang terlihat ekspresi mukanya seperti belum makan seminggu.

"Fren frenn tolong perhatiannya!! Biar rapatnya juga cepet selesai udahan ya ributnya. Kita mulai sekarang bahas konsep makrab dan panitianya"

Suara Kadewa yang cukup tegas membuat keributan yang terjadi di sekre perlahan hilang diganti anggukan setuju dari teman-teman. Rapat yang dimulai pukul 13.30 itu akhirnya berjalan kondusif dengan membahas kegiatan makrab mulai dari susunan kepanitiaan, rencana lokasi, hingga gambaran kasar dari konsep acara. Untuk pembahasan lebih detail mereka sepakat setelah kepanitiaan resmi terbentuk. Di tengah suasana rapat yang sebenarnya sudah hampir selesai, mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang menampilkan raut muka seperti habis diputusin 10 juta kali. Lemas dan loyo fren.

"Weh ngopo raimu ngono cok??" tanya Devan sambil tangannya mencomot snack wafer yang dibawa oleh Caca.

(kenapa wajahmu begitu?)

"Bangsat banget hari ini gue ditipu, ah elah anjing lah uang saku gue 2 bulan" jawab Naren sambil menjatuhkan badannya di samping Kadewa.

Tiba-tiba semua merapat untuk mendengarkan kronologi kejadian Naren tertipu. Agenda rapat berubah menjadi agenda mencari si pelaku yang membawa uang saku Naren 2 bulan itu.

"Telung yuto??!! Guoblok, ha koe ki wong-wongan koyo Dion kok percoyo??!" seru Bintang yang membuat Naren sedikit tersulut emosinya.

(Tiga juta? Goblok kamu percaya aja sama orang kaya Dion?!)

"Anjing ya mana gue tau si Bangsat itu ternyata suka nipu!!"

"Please lah gue ga butuh makian lu, Tang Anjingg"

"Wess wess kalem frenn kok dadi ribut. Saiki ngene ae, aku tak cari Dion di mana. Tapi ojo dewe aku, koe melu aku yo Van" ucapan Kadewa membuat Devan yang duduk di sebelahnya melirik sebal.

"Kok aku sih? Gahh gah, Bintang ae lah"

"Wegah aku ketemu de'e"

Tanpa menunggu perdebatan selesai, Kadewa segera menarik baju Devan agar segera berdiri diikuti Naren yang sebenarnya masih lemas dan loyo. Devan hanya bersungut-sungut kesal tapi tetap saja mengikuti langkah Kadewa demi menyelamatkan temannya yang mudah ditipu itu.

Suasana sekre menjadi hening sejak kepergian trio coboy itu. Tak selang lama, suara ketukan pintu sekre kembali terdengar membuat semua yang berada di dalam terheran.

MODERASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang