Litbang 2023💫
Mba Caca Litbang
guyss, jadi aku ada info kalau konferensi admi bakal diadain bulan agustus
terus aku sama mas naren udah diskusi dari litbang yang wakilin zeva ya
@you gimana? soalnya kalau yang lain kan udah ada tanggungan proker deket-deket bulan itu, kalau proker kamu kan masih akhir tahun zevMas Naren Litbang
pilihannya cuma ada iya atau iya banget @youmakasii infonya mba ca
buat mas naren aku pilih atau ajaMas Naren Litbang
cukup caca aja yang bikin darah tinggi
kamu gausah ya cantik :)Mba Caca Litbang
udah kek kahitna aja lu manggil2 cantikMas Naren Litbang
kenapa? mau juga dipanggil cantik?Mba Caca Litbang
hoeekkk🤮Nanda
jangan malu2 mba ca wkwkMba Caca Litbang
hehh!! naren jangan digubris, dia ga waras
btw gimana ni zev, mau ya? aku udah ditagih PI soalnyaokee mba gapapa
besok acaranya dimana ya mba?Mba Caca Litbang
besok ke sekre jam setengah 1 an bisa zev?
nanti aku jelasin buat detailnyabisa mbaa, aku gaada kelas aman
Mas Naren Litbang
wihh semangatt zeva, jangan lupa oleh2nyaMba Caca Litbang
oleh-oleh cowo AP univ lain boleh tuhMas Naren Litbang
emang bener ya semut di ujung laut aja keliatan, gajah di pelupuk mata buremNanda
kerasss
mas naren teguh for tonight🫡Mas Naren Litbang
anj🤣diem lu nan————
Zeva berjalan menuju ruang sekre dengan santai sambil tangannya berusaha membuka bungkus siomay yang ia beli di depan kampus. Maklum, kelas baru selesai pukul 12 dan tadi pagi ia belum sempat sarapan karena kesiangan.
Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika di dalam ruangan tersebut bukan sosok Caca yang akan ia temui. Justru kini tengah duduk seseorang yang terlihat sibuk menekan keyboard laptop di pangkuannya.
"Assalamualaikum, misi Mas" tegur Zeva membuat seseorang yang terfokus pada layar laptop menoleh.
"Waalaikumsalam, masuk, Zev. Ngapain berdiri di situ terus" jawab laki-laki tersebut membuat Zeva segera melepas sepatunya dan segera duduk agak menjauh. "Mas Kadewa gaada kelas?" tanya Zeva mencoba basa-basi menghilangkan suasana awkward yang tercipta di antara keduanya.
Kadewa menggeleng, "Kan mau ngomongin konferensi admi sama kamu" Ucapan Kadewa membuat Zeva melotot kaget namun sedetik kemudian berusaha mengembalikan raut muka senetral mungkin.
Zeva berdehem kecil, "Kirain sama Mba Caca, Mas" Kadewa menggeleng kecil kembali,"Caca gabisa masih ada kelas, jadi aku aja sekalian yang jelasin. Besok juga kan berangkatnya sama aku Zev bukan Caca."
Zeva yang mendengarnya terkejut hingga tersedak siomay terakhir yang baru ia masukkan ke mulut. Kadewa yang melihatnya segera mendekat dan memberikan minum dari tumbler yang selalu ia bawa. Reflek tangannya pun menepuk punggung gadis yang mukanya sekarang sudah semerah tomat.
"Astaga Zev, alon-alon to. Siomaymu raono sek njaluk tenang ae" Ucapan Kadewa rasanya semakin menambah kadar malu di diri Zeva saat ini. Zeva pengen pulang aja rasanya.
Setelah nafas Zeva kembali teratur, Kadewa kembali ke tempat duduk semula. Masih mengamati gadis di depannya yang sibuk menunduk terdiam. Ga mungkin kan keselek siomay bisa bikin kesurupan? Kadewa lantas mengenyahkan pikiran ngawur yang sempat terbersit di kepalanya tersebut.
"Zev? sakit tenggorokannya?" tanya Kadewa membuat Zeva menatapnya. Sedetik kemudian gadis tersebut kembali menunduk sambil menutup muka dengan telapak tangannya. Jangan salahkan Kadewa berpikiran macam-macam ya.
"Kenapa sih Zev? Jangan bikin takut" sahut Kadewa kembali.
"Mas Kadewa diem dulu! Aku lagi malu liat Mas, tadi mukaku pasti udah kaya jenglot pas kesedak" Jawaban dari Zeva kontan membuat Kadewa tertawa sambil geleng-geleng kepala.
"Zeva...Zeva... padahal aku takut kamu kesurupan bukan mikirin mukamu kaya jenglot atau yang lain" Ucapan Kadewa membuat Zeva ingin kabur secepat kilat kalau bisa, dirinya benar-benar malu menatap laki-laki tersebut sekarang.
"Udah gausah malu, sini deketan. Aku jelasin preparation sebelum berangkat" Zeva mengikuti instruksi dari kahim untuk lebih merapat.
"Perwakilan besok 2 orang, aku sama kamu yang berangkat. Konferensinya buat tahun ini di Bandung. PR kita paling ngurus proposal dana aja ke fakultas. Tapi aku gabisa berharap dapet dana lebih Zev, jadi kita tetep jaga-jaga siapin dana pribadi. Is it okay?" jelas Kadewa sambil menatap Zeva.
Sedangkan gadis yang ditatap sudah pasti melarikan bola matanya kesana kemari tanpa arah. Dia bukan jenis manusia yang bisa menatap mata seseorang ketika berbicara. Apalagi ini Kadewa? most wanted prodi? Zeva masih sayang mentalnya.
"Gapapa kok Mas, terus ini di keterangan ada bilang hari terakhir party? Emang boleh Mas?"
"Oh itu paling semacam gala dinner. Bukan party bebas kok, don't worry."
Zeva hanya menganggukkan kepalanya paham. Suasana kembali hening dan kedua insan tersebut memilih memainkan ponsel masing-masing.
"Kamu masih mau di sini? Aku mau ke kantin" tanya Kadewa memecah keheningan.
"Enggak Mas, mau pulang aja aku belum makan" jawab Zeva.
Mereka berdua lantas meninggalkan ruang sekre. Berjalan bersisian dalam keheningan tanpa salah satu membuka obrolan. Entah kenapa.
"Zev" panggil Kadewa tepat di ujung tangga terakhir sebelum mereka berpisah. "Iya?" jawab gadis tersebut polos.
"Mau ikut ke kantin? makan bareng sekalian" ajak Kadewa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gadis di depannya tentu sedikit terkejut namun berhasil mengendalikan ekspresinya.
"Emm...boleh ayok!! Aku udah laper banget soalnya Mas" jawab Zeva sambil meringis yang membuat Kadewa tersenyum kecil.
Sesampainya di kantin terlihat 4 mahasiswa sudah berkumpul di salah satu meja. Naren, Bintang, Gicellia dan Laras nampak terheran melihat kedatangan Kadewa yang tidak biasanya datang sendiri.
Melihat kumpulan di meja tersebut adalah teman Kadewa membuat Zeva sempat ingin mengurungkan niat untuk makan bersama. Tapi benar-benar cacing di perutnya sedang tidak mau berkompromi dan ia takut pingsan jika tidak segera memberi makan cacing-cacing tersebut. Jadi, bodoamat untuk sekali ini saja.
"Zeva ikut gabung ya, mesakke wes laper banget katane" ucap Kadewa setelah mengambilkan salah satu kursi untuk Zeva duduk. Gadis tersebut hanya tersenyum canggung dan memilih langsung duduk. Entah kenapa, dia merasa seseorang menatap setiap gerak-geriknya sedaritadi.
"Ceilah, ini partner kahim sebenernya Gigi apa Zevani, Dew?" celetuk Naren.
"Bedo Ren, sek siji partner organisasi, sek siji partner hidup" tambah Bintang sambil tertawa.
Kadewa hanya mendengus memilih tidak menghiraukan celetukan ngawur temannya. Ia kemudian mengajak Zeva untuk memesan makanan meninggalkan teman-temannya yang masih sibuk menggoda.
"Sayang himpunan kita ngga boleh ada hubungan lebih dari profesional. Jadinya ditahan-tahan noh kaya lu" celetuk Naren sambil tertawa menyenggol lengan Bintang.
Bintang mendengus, "Yee, aku wes bebas og. Kan wes demis Mba Zalva" jawabnya yang mendapat anggukan dari Naren.
"Tapi semisal ni Tang, Mba Zalva masih satu angkatan sama lu terus lanjut periode sekarang. Otomatis lu harus nahan lagi dong ya?" tanya Naren kembali.
"Nek ngono aku sek milih demis Ren, kesuen mendem selak doi karo wong liyo" sahut Bintang yang membuat ketiga orang tertawa. Tidak dengan satu orang yang hanya bisa tersenyum. Tersenyum kecil yang bahkan terlihat tidak sampai mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
MODERASI
FanfictionAll about himpunan yang katanya 'asik' nyatanya 'bisa survive' aja udah syukur.