Typo ✌️
Happy reading
*
*"Brugg!!"
Kedua bahu itu saling bertabrakan.
Namun si pemilik bahu yang satunya tidak memperdulikannya akibat kepalanya yang sudah semakin pusing. Di benaknya hanya ingin segera tiba di kamar hotelnya dan merebahkan diri sambil memejamkan mata, mengusir lelah dan kecewa akibat seseorang yang ditunggunya tak kunjung datang. Lelaki mungil itu terus melangkah masuk ke dalam apotek.
Leo, si pemilik bahu satunya, sempat menoleh sambil mendengus kesal. Ia menatap sinis punggung pemuda yang baru saja menabrak bahunya, entah dengan sengaja atau tidak.
"Cih! Main tabrak aja, mana nggak minta maaf lagi! Dasar tidak sopan! Jalan tuh lihat-lihat, mata di pakai, jangan cuma pakai kaki!" Leo meneruskan langkahnya sambil menggerutu.
Tangan kanan Leo menengadah ke langit, merasakan buliran rintik hujan yang jatuh menyentuh telapak halusnya.
"Wah, udah mau hujan lagi nih! Aku harus bergegas pulang!" Leo mempercepat langkahnya menuju ke halte bus.
Hampir lima belas menit sudah Leo duduk menunggu di halte bus tersebut, namun bus yang ditunggunya belum juga tiba. Sementara rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi. Ya, hari mulai gerimis lagi.
Hingga tiba-tiba seorang pemuda lain datang dan duduk tepat di sampingnya. Pemuda itu tampaknya juga sedang menunggu bus.
Mata Leo hanya memandang lurus ke depan, memandangi rintik-rintik hujan, tanpa menoleh ke samping sedikit pun. Ia enggan untuk sekedar melihat siapa pemuda yang duduk di sampingnya saat ini. Toh itu bukanlah hal yang penting baginya. Ia tak perduli.
Sementara pemuda di samping Leo pun sama. Sama-sama enggan untuk menoleh, memperhatikan, atau bahkan sekedar melirik siapa orang yang duduk di sampingnya saat ini. Pemuda itu hanya diam menunduk, sesekali keningnya mengerut, merasakan rasa pening yang semakin mendera kepalanya.
Lima menit berselang. Sebuah bus pun datang. Namun Leo mendesah kecewa, karena bus yang datang tidak sesuai dengan rute yang dituju.
Namun pemuda yang duduk di samping Leo tiba-tiba berdiri, dan berjalan menuju ke pintu bus yang telah terbuka.
Pada saat itulah, Leo mulai melihat pemuda itu dengan malas, tak antusias sedikit pun.
Namun kemudian, Leo kembali teringat akan kejadian di depan apotek tadi.
"Itu kan pemuda yang menabrak bahuku di depan apotek tadi?" Kini Leo mulai antusias untuk memperhatikannya lebih intens.
Pemuda itu telah masuk ke dalam bus, dan memilih duduk tepat di kursi yang berada di sisi jendela.
Hingga Leo pun akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah pemuda tersebut dari balik kaca jendela bus.
"Za-Zayyan Hyung???" Leo terbata, saking terkejutnya. Ia terpaku.
Sekian detik kemudian, bus itu pun mulai melaju.
"Zayyan Hyung!" Pekik Leo tersadar, bahwa pemuda yang dilihatnya adalah benar Hyung kesayangannya. Lantas bangkit berdiri.
"Zayyan Hyuuunggg...!! Tungguuu...Zayyan Hyuuungg...!! Berhentiiii...aku mohon berhentiii...!!" Leo berlari sekuat tenaga mengejar bus tersebut sambil berteriak histeris.
Sayangnya supir bus tidak mendengar teriakannya, begitu pula Zayyan yang sudah mulai memejamkan matanya di dalam bus.
Namun tentu saja kecepatan lari Leo tak sebanding dengan kecepatan bus yang terus melaju pergi itu. Sehingga ia pun harus berhenti berlari dan menatap kepergian bus itu dengan pasrah.
![](https://img.wattpad.com/cover/348714849-288-k290424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship (Xodiac) End√
FanfictionZayyan seorang siswa pindahan dari Indonesia, akhirnya dapat mewujudkan impiannya untuk tinggal dan bersekolah di sebuah Sekolah Menengah Atas di Korea Selatan yang bernama OCJ High School, yang merupakan sekolah khusus untuk murid pria. Selama di K...