Dua minggu telah berlalu sejak pernikahan mereka. Cahyo telah kembali bekerja dan Kayla sibuk mempersiapkan pembukaan apoteknya yang baru. Kedua pasangan ini sama-sama sibuk, tetapi Cahyo tidak pernah memaksa Kayla untuk memasak. Bahkan, ia sering membawakan makanan untuk Kayla, menjaga agar istrinya tidak terlalu lelah.
Suatu Jumat siang, adik Kayla yang bernama Henry datang ke Ruko mereka. Ia membawa makanan yang disiapkan oleh Ibu mereka. Kayla menyambut Henry dengan senyum dan mengajaknya untuk makan es krim di dekat Ruko mereka.
Saat mereka berjalan bersama, Henry terlihat ragu-ragu, dan ada sesuatu yang tampak mengganjal di pikirannya. Setelah beberapa saat, Henry akhirnya mengeluarkan kata-kata yang telah lama ia simpan.
"Kak Kayla," kata Henry dengan rasa ingin tahu, "aku ingin bertanya tentang sesuatu yang aku dengar saat pernikahanmu. Aku dengar Kak Cahyo dan Kak Santi sempat bertengkar tentang biaya bulanan yang harus dibayar. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Kayla merasa tertegun sejenak oleh pertanyaan tajam Henry. Dia merasa tidak nyaman membicarakan masalah tersebut, terutama karena dia sendiri belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Namun, dia tahu dia tidak bisa menghindar dari pertanyaan adiknya ini.
"Ah, Henry," jawab Kayla sambil mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati, "aku juga tidak begitu yakin tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saat itu, aku sedang sibuk dengan acara pernikahan, jadi aku tidak tahu apa yang terjadi."
Henry mengerutkan keningnya, mencoba mengingat kembali momen tersebut. "Aku ingat, mereka berbicara tentang rencana-rencana yang harus dijalankan dan biaya bulanan yang harus dibayar. Aku ingat Kak Santi berteriak dan meminta Kak Cahyo untuk bertanggung jawab karena itu rencananya. Aku tidak tahu rencana apa tepatnya yang mereka bicarakan. Entahlah, aku juga lupa samar-samar apa yang sebenarnya mereka bicarakan."
Kayla merasa semakin bingung oleh jawaban Henry. "Mungkin itu hanya masalah biaya listrik rumah lama, Henry. Orang dewasa kadang-kadang memiliki perbedaan pendapat, bukan?"
Henry mengangguk, meskipun masih merasa ada yang aneh. "Mungkin saja. Tapi aku merasa mereka berdua sangat serius saat itu."
Saat itu, Cahyo yang telah kembali pulang dari pekerjaannya tiba-tiba muncul di ambang pintu. Dia tidak bisa menghindari mendengar percakapan antara Kayla dan Henry. Wajahnya terlihat cemas saat dia melihat mereka berdua.
Cahyo dengan suara lembut, "apa yang kalian bicarakan?"
Kayla dan Henry saling pandang, masih merasa ragu-ragu tentang sejauh mana mereka boleh membuka percakapan ini.
"Kami hanya membicarakan hal-hal sehari-hari, sayang," jawab Kayla akhirnya dengan senyum yang mencoba menenangkan.
Cahyo terlihat lega mendengar jawaban Kayla. Cahyo telah selalu bersikap sangat baik dan penyayang, dan Kayla belum pernah melihatnya bertengkar dengan siapa pun, terlebih lagi dengan kakaknya. Ia berusaha menjawab dengan sebaik mungkin.
"Sayang, besok aku akan memulai peresmian apotek. Aku cukup gugup tapi juga sangat bersemangat," kata Kayla sambil tersenyum.
Cahyo merespons dengan senyum lebar. "Aku yakin kau akan melakukannya dengan baik, Sayang. Aku sangat bangga padamu."
Kayla tersenyum lega mendengar kata-kata penyemangat dari suaminya. Namun, di balik senyumannya, ada kegelisahan yang masih menghantuinya. Ia merasa perlu membicarakan masalah antara Cahyo danSanti, tetapi juga merasa tidak tahu bagaimana mengawali pembicaraan tersebut.
Sementara itu, Cahyo juga merasakan bahwa ada ketegangan di antara Kayla dan Henry saat mereka pulang dari es krim tadi. Ia mencoba untuk tidak bertanya lebih lanjut, tetapi rasa ingin tahu tetap mengganggunya.
Setelah makan malam selesai, Henry segera pamitan dan pergi. Cahyo dan Kayla duduk bersama di ruang tamu, tetapi ada keheningan yang terasa tegang di antara mereka.
"Sayangku," kata Kayla dengan ragu, "ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."
Cahyo menatap Kayla dengan perhatian. "Apa itu, Sayang? Kau bisa berbicara denganiku tentang apa pun."
Kayla menelan ludah, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat. "Aku hanya ingin tahu, apa semua baik-baik saja? Aku hanya ingin tidak ada lagi yang perlu ditutupi setelah kita menikah ini."
Cahyo terlihat sedikit terkejut oleh pertanyaan Kayla, tetapi sepertinya hanya salah paham. Dia menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab.
"Tentu, Sayang," ucap Cahyo dengan lembut. "Semuanya baik-baik saja. Percaya saja padaku. Tidak perlu khawatir."
Kayla merasa sedikit lega mendengar penjelasan Cahyo, meskipun masih ada keraguan yang mengganggu pikirannya. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Cahyo menggenggam tangan Kayla dengan lembut. "Kalau memang ada masalah, aku akan menyelesaikannya. Yang penting sekarang, kita fokus pada peresmian apotekmu besok dan masa depan bahagia kita bersama."
Kayla mengangguk, meskipun masih merasa ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya. Dia berharap bahwa dengan waktu, Cahyo akan merasa nyaman untuk berbicara lebih terbuka tentang masalah ini.
Setelah makan malam selesai, Kayla tersenyum manis pada Cahyo. "Sayang, kenapa kamu tidak pergi mandi dulu? Aku akan membereskan meja makan."
Cahyo mengangguk dan tersenyum padanya. "Baiklah, Sayang. Aku akan segera mandi."
Saat Kayla hendak membereskan meja makan, Cahyo yang sudah tidak berpakaian memeluk Kayla dari belakang sambil menggoda, "Dan setelah ini, mungkin kita bisa sedikit mengeksplorasi gaya bercinta lainnya?"
Kayla berhenti sejenak dan menoleh ke arah Cahyo dengan senyum. "Tentu, Sayang. Aku sangat menantikannya."
Dengan senyum gembira, Cahyo masuk ke kamar mandi sementara Kayla memulai persiapan untuk makan malam mereka. Rasa cinta dan keintiman di antara mereka semakin membara, dan malam ini tampaknya akan menjadi malam lainnya yang penuh gairah dan eksplorasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Liar [COMPLETED]
RomanceKayla memiliki keluarga yang sempurna, Ayah yang sangat mencintainya, ibu sambung yang seperti ibu kandungnya dan seorang Kakak sambung yang selalu memperhatikannya dan adik yang mengaguminya. Tumbuh di bawah pengawasan keluarganya, Kaylamenjalani k...