Sore itu, Kayla duduk di ruang tamu rumahnya, menunggu dengan cemas kedatangan Cahyo. Setelah tiga hari pergi, dia merindukan Cahyo, dan ekspresi wajah Cahyo yang khawatir tadi membuatnya semakin gelisah. Saat akhirnya Cahyo tiba, dia memeluk Kayla dengan erat, seolah-olah tidak ingin melepaskan lagi.
"Ada apa, sayang? Kamu terlihat sangat khawatir," tanya Kayla sambil mencoba menenangkan Cahyo.
Cahyo menghela nafas dalam-dalam. "Pekerjaan di luar kota memang melelahkan, sayang. Tapi yang lebih membuatku khawatir adalah kamu dan semua yang terjadi di sini."
Kayla menyentuh pipi Cahyo dengan lembut. "Tenang saja, sayang. Semua baik-baik saja. Sekarang, duduklah dan berbicaralah denganku."
Cahyo akhirnya mau duduk dan mereka berdua duduk di ruang tamu, dikelilingi oleh perasaan hangat rumah mereka. Kayla memberanikan diri untuk membuka topik yang sudah lama ingin dia bicarakan.
"Bagaimana kalau kamu berbicara dengan Ayah? Ayahku kan sudah punya banyak pengalaman," ujar Kayla dengan hati-hati.
Cahyo terlihat ragu. "Ayahmu? Tapi aku tidak yakin Ayah akan mau berbicara denganku."
Kayla tersenyum lembut. "Percayalah padaku, sayang. Ayah pasti akan mau berbicara denganmu. Ayah sudah lama ingin mengenalmu lebih baik."
Keesokan harinya, suasana di rumah keluarga Kayla begitu hangat. Cahyo bersama Ayah Kayla pergi ke lapangan golf untuk berbincang sambil bermain golf bersama. Sementara itu, Kayla duduk santai di teras rumah dengan Ibu dan adiknya. Mereka berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak terlalu serius, seperti film favorit, resep masakan baru, dan berbagai topik ringan lainnya.
Setelah beberapa saat, Kayla memutuskan untuk membicarakan mengenai kakaknya, Lila. Dia merasa bahwa saat yang tepat untuk berbicara dengan Ibu tentang kekhawatirannya terhadap Lila.
"Ibu," kata Kayla dengan lembut, "Aku sangat khawatir tentang Kak Lila. Semua yang terjadi belakangan ini membuatku sangat gelisah."
Ibu Kayla meletakkan cangkir tehnya dan memandang Kayla dengan ekspresi yang penuh kekhawatiran. "ibu juga merasa khawatir tentang Lila, Nak. Dia sudah lama tidak memberi tahu Ibu keberadaannya, dan itu tidak seperti dia."
Kayla mengangguk setuju. "Ibu, tolong ceritakan apa yang Ibu tahu tentang apa yang terjadi."
Ibu Kayla menghela nafas dan mulai menceritakan apa yang dia ketahui. "Sebenarnya, adikmu Henry sudah mencoba menyelidiki keberadaan Lila. Dia mencoba menghubungi teman-temannya di klinik hewan tempat Lila bekerja, tetapi mereka juga tidak tahu di mana Lila berada. Ini benar-benar sangat aneh."
Kayla mencoba menenangkan Ibu yang terlihat sangat sedih. "Aku juga sudah mencarinya di sana tapi tidak mendapat petunjuk keberadaannya. Aku tidak akan membiarkan hal ini berlarut-larut."
Ibu Kayla tersenyum lemah. "Terima kasih, Nak. Aku tahu kamu akan melakukan yang terbaik untuk saudarimu."
Percakapan mereka terus berlanjut, dan Ibu Kayla akhirnya membagikan berita yang lain yang sangat mengganggu hati Kayla. "Nak, minggu lalu, dokter yang membantu melahirkanmu meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung."
Kayla terkejut dan merasa sedih mendengarnya. Dia merasa berhutang besar pada orang yang telah membantunya untuk lahir di dunia ini, meskipun Ibu Kayla sendiri tidak selamat. "Ya Tuhan, seolah aku tidak dapat ruang bernafas. Kejadian terus saja berdatangan."
Ibu Kayla mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ya, Nak. Kami sangat terkejut dengan berita itu. Kami merasa kehilangan yang mendalam, dan dokter itu selalu akan dikenang sebagai pahlawan yang telah menyelamatkanmu."
Kemudian, Kayla bertanya tentang Henry. "Bagaimana dengan Henry, Ibu? Bagaimana situasinya sekarang?"
Ibu Kayla menjawab dengan bangga, "Henry sebenarnya sudah lulus ujian masuk universitas dan dia masuk ke fakultas kedokteran, meskipun Ibu tahu sebenarnya dia lebih suka bidang otomotif. Ayah memaksa dia untuk menjadi dokter, mengikuti jejaknya."
Kayla tersenyum mendengar kabar baik itu tentang Henry. "Ya, aku tahu persis seperti apa Henry. Walau begitu Henry pasti akan berhasil dalam apa pun yang dia lakukan. Dia adalah anak yang luar biasa."
Siang hari itu, Ayah Kayla dan Cahyo tiba di rumah dengan wajah cerah dan kulit yang menghitam akibat bermain golf di bawah sinar matahari. Mereka segera bergabung dengan Kayla, Ibu Kayla, dan adiknya untuk makan siang bersama.
Selama makan siang, suasana begitu akrab dan bahagia. Kayla merasa sangat bersyukur karena memiliki keluarga yang begitu mendukung dan penuh cinta. Setelah makan siang, Ayah dan Ibu Kayla mulai berbicara tentang masa lalu dan kenangan indah bersama anak-anak mereka.
Akhirnya, Kayla memberanikan diri untuk membawa topik yang telah lama menghantuinya. "Ayah, Ibu, bagaimana dengan makan malam minggu keluarga kita? Mengapa kita tidak melakukannya lagi?"
Ibu Kayla menatap Ayah Kayla, dan mereka tampak saling memahami. Ayah Kayla tersenyum dan menjawab, "Kamu benar, Kayla. Aku pikir kita seharusnya melanjutkannya. Kemarin Henry sibuk tes universitas, Lila selalu sibuk dengan klinik dan Kayla baru menikah makanya ditiadakan. Mungkin ini waktu yang tepat untuk kita berkumpul bersama lagi."
Mereka semua setuju untuk mengaktifkan kembali tradisi makan malam minggu keluarga mereka. Rencana untuk makan malam bersama pun segera dibicarakan, dan semangat mereka untuk menjalankannya begitu tinggi.
Mereka merasa bersyukur memiliki keluarga yang begitu peduli dan mendukung mereka dalam setiap situasi. Meskipun ada berbagai misteri yang perlu dipecahkan, mereka tahu bahwa dengan dukungan keluarga dan cinta yang mereka miliki, mereka akan menghadapinya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Liar [COMPLETED]
Roman d'amourKayla memiliki keluarga yang sempurna, Ayah yang sangat mencintainya, ibu sambung yang seperti ibu kandungnya dan seorang Kakak sambung yang selalu memperhatikannya dan adik yang mengaguminya. Tumbuh di bawah pengawasan keluarganya, Kaylamenjalani k...