Bab 15 - Tradisi

254 47 9
                                    

Tradisi makan malam keluarga Kayla di malam minggu dimulai kembali. Setelah beberapa waktu vakum, mereka memutuskan untuk menghidupkan kembali momen spesial ini sebagai upaya untuk menjaga kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga. Kayla sangat mendukung ide ini, terutama karena ia merasa bahwa saat ini keluarganya sangat membutuhkan kedekatan dan kebersamaan.

Ketika malam minggu tiba, Kayla dan Cahyo tiba di rumah orang tua Kayla untuk merayakan makan malam bersama. Mereka dibuat terkejut oleh kehadiran Lila, kakak perempuan Kayla yang telah sekian lama tidak ada kabar. Meskipun begitu, mereka bersikap biasa saja seolah tidak ada sesuatu terjadi..

Ketika mereka semua duduk di sekitar meja makan yang besar, suasana terasa canggung. Namun, Kayla mencoba membuat percakapan dengan Lila. "Kak Lila, sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini. Apa kabar Kakak?"

Lila menjawab singkat dengan tersenyum tipis. "Selalu baik, Kayla."

Cahyo juga mencoba untuk menjaga percakapan tetap lancar. "Bagaimana dengan anak? Kemana si kecil?"

Lila mengangguk. "Dia tidur di rumah Ibu malam ini, jadi kita bisa berkumpul tanpa gangguan."

Makan malam berlangsung dengan agak hening. Tidak ada yang mau membahas hal-hal sensitif, terutama tentang mengapa Lila dan Anjar tiba-tiba muncul setelah lama tidak ada kabar. Semua orang merasa perlu menghormati privasi masing-masing, meskipun ada rasa penasaran yang mengganjal.

Suasana canggung itu pecah karena Ayah Kayla mencoba membuka pembicaraan. "Cahyo, kemarin saya berbicara dengan bosmu, yang bangsat itu."

"Ayah! Kenapa kasar sekali," protes Kayla dengan nada lembut.

Cahyo menjawab dengan santai, "Tidak apa-apa Kayla. Bosku orangnya memang agak unik."

"Aku sama dia tidak pernah berhubungan baik sebelumnya," lanjut Ayah. "Kami mulai berbicara lagi setelah kalian menikah. Hanya saja, ternyata dia tetap bangsat."

"Sudah dua kali kata kasar, Ayah," Ibu mengingatkan dengan nada tegas.

Ayah melanjutkan, "Pokoknya dia mengatakan hal-hal yang sangat menyebalkan sehingga kami bertengkar di depan umum. Dia cerita kah?"

Cahyo menggeleng. "Tidak, tapi saya mendengar ada kejadian itu."

"Sekali bangsat tetap bangsat ," Ayah merespon dengan nada sinis. "Dari dulu dia suka meniru merek obat kami. Lebih baik kamu pindah ke perusahaan Ayah saja."

Kayla langsung setuju, "Ide bagus, Ayah. Setidaknya dia bisa naik jabatan."

Cahyo tersenyum, "Jangan seperti itu, sayang."

Cahyo menjelaskan, "kita baru dua bulan menikah, rasanya terlalu cepat untuk meminta banyak hal."

"Kamu tidak salah memilih suami." Celetuk Ayah pada Kayla.

Mereka semua merasa lega ketika ketegangan mulai mereda. Namun, tiba-tiba Anjar memukul meja dengan tangan kanannya. Semua orang menoleh padanya dengan ekspresi bingung.

"Ah, ma ... maaafkan saya, saya merasa agak tidak enak badan. Bolehkah saya pergi ke kamar mandi sebentar?" kata Anjar sambil mencoba menahan rasa sakit di perutnya.

"Kenapa suamimu begitu aneh?" tanya Ayah pada Lila.

Lila menghela nafas, mengungkapkan perasaannya kepada Ayah Kayla. "Ayah tak pernah menawarkan pekerjaan di perusahaan padanya. Mungkin dia kesal. Bagian obat hewan salah satu bagian yang besar bukan? Dan dia dokter hewan, aku juga. Tapi Ayah tak pernah menawarkan itu."

"Ayah memberi banyak modal padamu dan suamimu. Kamu harus mengurus klinik itu dengan baik, bukan malah merugi," Ayah Kayla berbicara dengan setengah emosi. Percakapan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dan situasi semakin tegang. Henry, adik Kayla, telah menghilang untuk menelepon entah kepada siapa, membuat atmosfer semakin aneh. Ibu Kayla juga terlihat bermuka masam, dan suasana makan malam yang seharusnya hangat berubah menjadi sesuatu yang jauh dari itu.

Kayla merasa dirinya tenggelam dalam berbagai emosi dan perasaan kebingungan. Keluarga yang dulu begitu hangat dan dekat kini terasa asing. Ini adalah situasi yang belum pernah dia alami sebelumnya, dan perubahan mendalam dalam dinamika keluarganya membuatnya cemas.

Cahyo, yang duduk di samping Kayla, merasakan ketegangan dan kebingungan yang dirasakannya. Dia mencoba menghibur Kayla dengan meraih tangannya dan berbisik, "Sayang, yang terpenting, kita harus tetap bersama dan saling mendukung satu sama lain."

Kayla mengangguk, menghargai kata-kata Cahyo. Mereka berdua tahu bahwa saat ini mereka adalah satu-satunya yang bisa mereka andalkan dalam situasi yang semakin rumit ini. Meskipun masih banyak misteri yang belum terpecahkan di masa lalu keluarga Kayla, yang pasti, mereka harus saling mendukung dan berjuang melaluinya bersama-sama.

Setelah makan malam yang penuh ketegangan itu selesai, Kayla dan Cahyo kembali ke rumah mereka. Mereka berdua merasa bahwa mereka perlu mencari tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu keluarga Kayla, tetapi mereka juga tahu bahwa ini bukanlah tugas yang mudah.

Dear Liar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang