Bab 13 - Rahasia yang Terungkap

263 47 8
                                    

Jam yang sibuk di Apotek Kayla telah berlalu, dan saat ini, apotek sudah cukup sepi. Kayla memutuskan untuk memberikan istirahat sejenak kepada pegawainya untuk membeli makanan di luar, sekaligus memberikan kesempatan kepada dirinya untuk merilekskan pikiran. Jam menunjukkan pukul tiga sore ketika para pegawai tersebut pergi, dan Kayla duduk di meja kasir sendirian, mencoba mengatur beberapa resep obat yang baru datang.

Tiba-tiba, sebuah bayangan muncul di pintu masuk apotek. Kayla menoleh dengan cepat, hatinya berdegup kencang. Seorang pria bertopi telah datang lagi. Dia berdiri di depan pintu, menatap Kayla dengan senyum yang menggoda. Saat pria itu melepaskan topinya, wajah yang tersembunyi di baliknya terungkap, dan Kayla seketika mengenali orang itu.

"Feri?" gumam Kayla, suaranya bergetar oleh kejutan. Dia tak bisa percaya bahwa mantan kekasihnya, Feriyang sekarang telah berumur 25 tahun, tiba-tiba muncul di depannya.

Feri dengan santainya melangkah masuk ke apotek dan mendekati Kayla. Dia tersenyum dengan santai. "Apa kabar, Kayla? Sehat?"

Kayla masih terdiam oleh kejutan dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Feri kemudian mengulurkan tangannya, tampaknya ingin berjabat tangan dengan Kayla, tetapi Kayla menghindarinya.

"Ada perlu apa?" tanya Kayla dengan nada tegas. "Ah tidak, aku baru pulang dari Jerman dan kamu tiba-tiba sudah menikah. Luar biasa memang Pak Harry Rusmawan yang terhormat."

"Maksudmu apa?" Kayla merasa semakin bingung.

Feri mengangguk dengan wajah yang penuh makna. "Ayahmu itu memberiku uang 1 miliar untuk menjauhi mu dan aku terima tentu saja."

Kayla merasa seperti dunia tiba-tiba runtuh di depan matanya. "Bohong!" serunya dengan suara bergetar.

Feri hanya tersenyum dingin. "Tidak, tanyakan saja padanya. Aku memiliki bukti-bukti yang cukup kuat."

Kayla merasa marah dan frustrasi. Dia merasa seperti sebuah rahasia besar telah terungkap, dan dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Apa kau cuma mau menemuiku dan berbicara omong kosong ini, Feri?"

Feri menggelengkan kepala. "Aku akan memberitahumu suatu saat nanti, Kayla. Yang pasti, ayahmu memiliki banyak rahasia yang kamu tidak tahu."

Tanpa menjawab lebih lanjut, Feri memperhatikan apotek itu. "Seleramu tetap bagus," katanya sambil tersenyum sinis. "Katanya kamu sudah menikah? Suamimu lebih pintar dariku, seharusnya aku menolak saat itu. Aku akan menang banyak."

Tanpa memikirkan lagi, Kayla merasa begitu marah dan terhina oleh kehadiran Feri. Dia meraih tangan Feri dan menamparnya dengan keras. "Pergilah dari sini, Feri! Jangan pernah kembali!"

Feri tersenyum merasa penuh kemenangan, lalu pergi dengan langkah yang lambat. Kayla mengusirnya dengan penuh amarah, dan saat Feri menghilang di balik pintu, dia merasa lega. Namun, tangisnya tak terbendung, dan dia terduduk di kursinya dengan air mata yang membanjiri pipinya.

Malam harinya, Cahyo akhirnya datang ke apotek setelah menyelesaikan pekerjaannya. Cahyo meraih tangan Kayla dengan lembut. "Sayang, apa kita tidak bisa segera pulang dan bermain-main di kamar?" ujarnya dengan senyum mesra.

Namun, Kayla merasa terlalu banyak pikiran yang mengganggunya. Dia merasa begitu tertekan oleh pertemuan dengan Feri dan semua misteri seputar ayahnya. "Sayang, maaf ya, tapi aku tidak merasa ingin bermain sekarang. Aku punya banyak pikiran yang mengganggu."

Cahyo mencoba untuk tetap tenang dan merasa terkesan dengan ketegasan Kayla. "Tentu saja, sayang. Aku mengerti. Tapi kamu tahu, kadang-kadang bermain-main bisa membantu kita melupakan masalah sejenak."

Namun, Kayla terus menolak. "Aku tahu, sayang, tapi sekarang aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Ini penting."

Cahyo mengangguk, menyadari bahwa Kayla benar-benar perlu berbicara tentang apa yang mengganggunya. Mereka berdua duduk, dan Kayla mulai menjelaskan semuanya tentang pertemuan dengan Feri.

Kayla mengangkat wajahnya yang penuh air mata dan menceritakan pertemuan tidak terduga dengan Feri. "Aku merasa begitu marah dan terhina, sayang. Feri mengatakan bahwa ayahku membayar uang padanya agar menjauh dariku."

Cahyo merasa terkejut mendengar itu. "Ayahmu? Apa mungkin dia punya alasan tertentu?"

Kayla menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, sayang. Tapi ini begitu membingungkan. Aku harus bicara dengan ayahku tentang ini."

Cahyo meraih tangan Kayla dengan lembut. "Tenang saja, sayang. Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama. Aku selalu ada untukmu."

Kayla merasa terenyuh oleh kata-kata Cahyo dan menciumnya dengan lembut. "Terima kasih, sayang. Aku sangat beruntung memiliki kamu."

Cahyo tersenyum. "Sama-sama, sayang. Kita akan hadapi semua ini bersama-sama."

Kemudian, Cahyo memutuskan untuk mengajak Kayla makan malam di restoran favorit mereka untuk mengalihkan perasaannya dari pertemuan dengan Feri. Mereka berdua menikmati makan malam yang lezat sambil berbicara tentang masa depan mereka.

Namun, Cahyo merasa ada yang mengganjal di hatinya. Dia merasa cemburu pada Feri, mantan kekasih Kayla. Meskipun dia tahu bahwa Kayla telah memilihnya, perasaan cemburu itu tetap ada di dalamnya, dan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk mengatasi perasaan itu.

Dear Liar [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang