Mischance

653 66 0
                                    

Pembuatan lagu tidak berjalan sebaik yang Taerae kira, ada banyak hal yang perlu di revisi dan sangat sulit untuk menyesuaikan jadwal Gunwook, apalagi studio Taerae yang berada di pinggir kota membuat Taerae harus bolak-balik ke pusat kota untuk rapat dengan Gunwook, Gunwook tidak punya waktu untuk pergi ke studio Taerae jadi mereka memilih bertemu di luar.

Selain itu Gunwook kerap kali mengerjainya, jika hari ini dia bilang a maka besok akan berubah menjadi b dan itu membuat Taerae sangat kesal karna merasa dipermainkan namun semua itu terbayar dengan uang yang ia dapatkan.

Taerae menatap layar ponsel dengan senyum lebar, akhirnya kerja sama dengan Gunwook selesai dan ia mendapatkan bayarannya. Uang yang di dapatkan cukup untuk membayar sewa studio dan biaya hidup bulan ini.

"Aku sudah bekerja keras," Taerae mengusap air mata harunya, "kami harus merayakannya," gumam Taerae, ia berniat menelpon Haejong ketika sebuah panggilan dari Haejong lebih dulu masuk.

Taerae segera menjawab panggilan itu.

"Haejong! aku sudah dapat bayaran---

"Kak! Bagaimana ini?! Aku... aku benar-benar tidak tau harus bagaimana...."

Isak tangis Haejong memudarkan senyum Taerae. "Haejong, ada apa? Kau baik-baik saja?"

"Aku... adikku... adikku... Hajun... bagaimana ini?"

"Haejong tenang dulu, bicara pelan-pelan. Kau dan Hajun kenapa?"

Taerae dapat mendengar Haejong berusaha mengatur tangisnya. "Adik ku kecelakaan... dan dia harus di operasi tapi... mereka bilang ak-akan memulai operasinya jika aku sudah membayar... aku-aku tidak punya uang... apa yang harus ku lakukan kak?" Haejong menangis tersedu-sedu sambil berusaha menjelaskan keadaanya.

"Astaga! Haejong, tidak apa-apa. Aku mendapatkan bayaran kita hari ini, aku akan kirim padamu sekarang."

"Tapi..."

Taerae mengirim seluruh uang direkeningnya pada Haejong tanpa berpikir dua kali, ia tau betul betapa sayangnya Haejong pada adiknya-Hajun, mereka hanya memiliki satu sama lain.

"Aku sudah transfer uangnya, sekarang bayar dan segera mulai operasi adikmu. Berikan juga alamat rumah sakitnya, aku akan kesana sekarang."

"Kak Taerae ini terlalu... aku tidak tau apa aku boleh menerima semua ini...." Tangis Haejong pecah.

"Jangan dipikirkan, sekarang urus administrasi adikmu dan aku akan ada disana dalam 20 menit, sampai saat itu bertahanlah, oke?"

"Aku benar-benar berterima kasih, kak. Aku pasti akan membayarmu kembali."

Panggilan itu di akhiri, tanpa pikir panjang Taerae segera menghentikan taksi dan pergi menuju rumah sakit.

Taerae segera menuju ruang operasi setibanya di rumah sakit. Ia melihat Haejong yang duduk di depan pintu ruang operasi sedang menangis. Taerae mendekat dan memeluk Haejong.

"Kak Taerae..!" Haejong mulai menangis keras dan Taerae berusaha menenangkanya.

"Bagaimana keadaan Hajun?" tanya Taerae setelah Haejong agak tenang.

"Dokter bilang ia terbentur keras di bagian kepala dan kehilangan banyak darah, adikku... adikku akan baik-baik saja, kan?" air mata Haejong kembali menetes meski kali ini sudah tidak ada isak tangis yang mengiringinya.

"Tentu saja, dokter sedang mengobatinya. Ia akan segera sembuh." Meski Taerae mengatakan itu untuk menyakini Haejong, dia sendiri tidak yakin dengan ucapannya.

"Bagaimana denganmu? Kau pergi di tengah-tengah pekerjaanmu? Apa kau sudah makan?" tanya Taerae saat menyadari Haejong masih menggunakan celemek dari tempatnya bekerja paruh waktu.

LUMINOUS || GunRaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang