"Apa kau sudah lega sekarang?" ejek Gunwook begitu melihat Taerae keluar dari kamar mandi.
"Berisik! Kita perlu bicara tentang borgol itu!" Taerae berjalan cepat dan berdiri di depan Gunwook yang sedang duduk di sofa. "Kau selama ini menyimpan kunci borgol itu di sana?!"
"Aku sudah bilang sebelumnya, kunci itu selalu di sana," ucap Gunwook cuek.
"Kau! Kau mempermainkan aku, ya?!"
"Tidak, kau saja yang bodoh dan tidak mencari kunci itu dengan benar."
"Kau—
"Sudahlah, kemari." Gunwook menarik tangan Taerae tanpa aba-aba membuat Taerae yang tidak berdiri dengan benar sebab kakinya yang dibalut perban terjatuh di pangkuan Gunwook.
"Jangan bicara sambil berdiri, leherku jadi pegal," bisik Gunwook pada wajah Taerae yang hanya berjarak beberapa senti di depannya.
Mata Taerae membulat dan ia langsung melepaskan diri dari pelukan Gunwook. Taerae mendorong Gunwook menjauh dan beranjak ke bagian kosong sofa di sebelah Gunwook. Tangannya mencengkeram sofa dengan kencang dan wajahnya sedikit memerah, perlakuan Gunwook yang tiba-tiba membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia menatap Gunwook seakan-akan pria itu adalah harimau yang akan menerkamnya.
"Kenapa kau panik sekali?" kekeh Gunwook.
Gunwook meraih paper bag yang tadi ia bawa dan menyerahkannya pada Taerae. "Karna kau bersikap baik selama aku pergi jadi aku membelikanmu hadiah," ucap Gunwook.
Taerae menerima bingkisan itu dan membukanya untuk melihat apa yang ada di dalamnya. "Bersikap baik apanya, pantatku kebas karna harus duduk di atas kasur seharian," omel Taerae pelan, tangannya menarik keluar bungkus kertas di dalam paper bag.
Aroma manis dan gurih menyeruak dari bungkusan itu. Senyum Taerae mengembang seketika melihat apa yang ia dapatkan, "bungeoppang?!" serunya tanpa bisa menahan antusiasnya.
"Terima kasih!" ucap Taerae sebelum menggigit kue dengan isian kacang merah manis berbentuk ikan itu.
Gunwook tertawa kecil melihat Taerae yang begitu bahagia hanya karna beberapa potong kue ringan, dan juga, ucapan terima kasih tulus dengan senyum mengembang yang dilemparkan Taerae padanya membuat hatinya terasa hangat. Sudah lama sejak terakhir kali dia melihat Taerae berekspresi sebebas ini.
"Aku ingat saat kecil kau sangat menyukai bungeoppang, jadi aku membelinya saat jalan pulang," jelas Gunwook tanpa dipinta.
Taerae mengangguk senang mendengar cerita Gunwook, sepertinya dia terhipnotis dengan mudahnya hanya karna beberapa bungeppang. Gunwook ikut tersenyum senang melihat betapa bahagianya Taerae mengunyah kue-kue itu. Kemudian, entah bagaimana pertanyaan bodoh keluar dari mulutnya, "apa kau akan meninggalkanku lagi?"
Kunyahan Taerae berhenti. Bibinya terangkat dan matanya menatap sinis.
"Apa kau tahu kau baru saja merusak suasana hatiku?"
"Maaf, aku-aku hanya ingin bertanya...." Gunwook mengalihkan pandangannya.
Alis Taerae berkerut melihat bagaimana pria menyeramkan yang ia kenal bertingkah seperti seorang pengecut saat ini.
"Apa kau sedang mencoba menyogokku dengan bongeoppang dan wajah memelasmu saat ini?" selidik Taerae.
"Tidak! Aku hanya ingin memastikan." Gunwook menggeleng cepat, raut wajahnya menjadi lebih lunak dari sebelumnya. "Kenapa kau selalu ingin pergi? Aku hanya memintamu untuk berada di sisiku."
Taerae memalingkan wajah sambil menghela napas panjang. "Itu dia, kenapa aku harus berada di sisimu?"
Gunwook tidak membalas, ia hanya diam tertunduk. Meski berusaha disembunyikan, Taerae bisa melihat bahwa pria itu terluka dengan jawabannya jadi dia memutar otak untuk mengembalikan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINOUS || GunRae
Teen FictionAku bertemu lagi dengan orang yang sudah merebut mimpiku dan harus berurusan dengannya agar aku bisa melanjutkan kehidupanku. Namun ada sesuatu yang salah, dulu, dia adalah seseorang yang polos dan baik hati tapi sekarang berubah menjadi psikopat gi...