Gunwook mengembalikan jarak diantara mereka, tangannya masih menggenggam tangan Taerae.
Mata yang membulat dan rona samar di kedua pipi. Gunwook menelan ludah susah payah menahan senyumannya, wajah Taerae yang terlihat begitu tertegun membuatnya tergelitik. Jika ia tertawa sekarang, Taerae mungkin menganggap Gunwook sedang mempermainkannya.
Gunwook beranjak dan berjongkok di sebelah kasur, "ah, semuanya berantakan," katanya sambil memunguti persik yang berserakan, ia butuh mengalihkan pikirannya.
Taerae yang saat itu masih shock mengalihkan pandangannya pada Gunwook ketika mendengar pria yang sedang membelakanginya itu bergumam. Tiba-tiba kesadaran kembali dalam dirinya dan amarah mulai memenuhinya. Ia mengambil bantal di sebelahnya dan memukuli kepala Gunwook tanpa ampun.
"Bajingan ini!!!" Pekik Taerae penuh amarah.
"Ah, sakit!" Desah Gunwook berpura-pura melindungi kepalanya. Ia tidak berusaha kabur atau menahan Taerae karna dia sendiri berpikir berhak mendapatkan pukulan itu. Namun pukulan Taerae bukan apa-apa, dia bukannya merasa sakit malah susah payah menahan tawa.
Untuk terakhir kalinya, Taerae melempar bantal itu dengan kekuatan penuh melepaskan rasa kesalnya.
"Menjijikkan!” umpat Taerae mengusap bibir dengan lengan bajunya.
Gunwook tidak marah dengan umpatan itu. Entah sejak kapan dia menerima kenyataan bahwa Taerae mungkin tidak menyukai sentuhannya, tapi dia yakin suatu saat Taerae yang akan memohon untuk disentuh.
Gunwook berbalik dan memperhatikan Taerae yang terus mengusap kasar bibirnya membuat sekitar bibirnya menjadi merah.
"Berhenti," katanya menahan lengan Taerae, "bibirmu bisa berdarah."
Taerae menatap Gunwook yang berlutut dibawahnya dengan kesal. Gunwook memiringkan kepalanya ketika menyadari sesuatu, senyum tipis tergambar di wajahnya.
"Tapi kau benar-benar menganggap ini menjijikkan? Wajahmu memerah, tuh," ejek Gunwook.
Taerae terlonjak. Sekarang ia mengerti kenapa ruangan ini terasa begitu panas. Dilepasnya genggaman Gunwook dan didorongnya pria di bawahnya. Ia berdiri, "ini... Ini karna aku sudah lama tidak melakukan hal-hal semacam ini!” seru Taerae membela diri sebelum kabur meninggalkan Gunwook.
Kekehan Gunwook akhirnya keluar, "sudah lama, ya?" Gumamnya menatap punggung Taerae yang terus menjauh.
Gunwook bertumpu pada lengannya, satu lengan lain menutupi wajahnya yang tiba-tiba bersemu. "Sial! Dia semakin menggemaskan."
°°°°°
Ketukan pintu terdengar, Taerae mengalihkan pandangannya. Mengernyitkan kening bingung, tumben sekali pria yang tidak tau sopan santun itu mengetuk pintu sebelum masuk. Perilakunya sedikit berubah akhir-akhir ini.
"Keluar."
Perintah singkat yang terdengar begitu tegas mengganggu pendengarannya. Dia berdecak kesal. Saat ini dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Gunwook.
Gunwook berdiri menatap pintu kamar Taerae yang tidak bergerak, sepertinya pemiliknya tidak ada keinginan untuk keluar. Tiga menit berlalu, Taerae bahkan tidak menjawab panggilannya. Ia menghela napas, susah sekali menjinakkan pria itu.
"Kelua," titahnya sekali lagi, "jika kau tidak datang dalam 15 menit, kau akan didenda," sahutnya untuk terakhir kali. Tidak ada pilihan selain mengancam pria itu agar ia menurut.
Taerae yang berada di dalam kamar berdecak. Ia tidak boleh didenda jika ingin segera kabur dari sini. Ia berjalan mendekati pintu kamar dan menempelkan kupingnya, memastikan Gunwook sudah pergi lebih dahulu. Ketika suara langkah kaki terdengar semakin menjauh dan akhirnya menghilang ia menjauh dari pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINOUS || GunRae
Teen FictionAku bertemu lagi dengan orang yang sudah merebut mimpiku dan harus berurusan dengannya agar aku bisa melanjutkan kehidupanku. Namun ada sesuatu yang salah, dulu, dia adalah seseorang yang polos dan baik hati tapi sekarang berubah menjadi psikopat gi...