Symphony of Lies(2)

340 49 2
                                    

Jemari kecil itu saling meremat, memberitahu pemiliknya bahwa ia sangat gugup saat ini. Kafe yang berada di tengah-tengah kota Seoul itu tidak terlalu ramai karna cuaca yang masih dingin di luar. Hanya ada beberapa pengunjung yang sibuk dengan urusan masing-masing. Taerae duduk di sana, di tengah-tengah kesibukan kafe yang terasa hangat namun juga dingin di saat yang bersamaan. Kepalanya beberapa kali menoleh, mencari keberadaan manusia yang masih belum menunjukkan keberadaannya. Hembusan nafas panjang keluar dari bibirnya, kepalanya kembali tertunduk. Rasa takut, cemas, dan juga secercah harapan mengalir dalam tubuhnya, mengobrak-abrik pikirannya.

Seok Matthew. Taerae pertama kalinya bertemu dengan pria blasteran Kanada itu saat memasuki sekolah menengah pertama. Mereka bertemu di kelas yang sama dan berteman akrab dengan cepat. Matthew adalah teman pertama setelah Gunwook yang benar-benar Taerae anggap seperti keluarga sendiri, dia benar-benar memberikan seluruh kepercayaannya pada Matthew. Bahkan Gunwook sempat merajuk beberapa hari karna Taerae lebih memilih bermain dengan Matthew dibandingkan dengannya. Tentu saja Gunwook dan Taerae berada di sekolah yang berbeda sehingga waktu bersama Matthew lebih banyak dibandingkan bersama dengan Gunwook.

Meski waktu untuk bertemu berkurang setelah kelulusan, Matthew dan Taerae tetap menjaga hubungan baik. Matthew adalah teman yang tahu semua yang ia lalui dan selalu ada di sebelahnya untuk mendukungnya. Saat sudah dewasa pun mereka selalu menyisihkan waktu untuk bertemu dan mengobrol di sela-sela kesibukan masing-masing. Matthew adalah seorang mahasiswa seni, ia bertemu dengan Jiwoong yang berada di fakultas yang sama dan berakhir menjalin kasih. Keduanya sering mengobrol dan akhirnya memutuskan untuk berpacaran. Taerae tidak terlalu mengetahui bagaimana hubungan keduanya karena Matthew jarang membicarakan Jiwoong. Hubungan Taerae dengan Jiwoong pun hanya sebatas kenalan.

"Taerae!"

Kepala Taerae terangkat, menatap pria yang sejak tadi ia tunggu.

Matthew melambai kemudian berlari padanya. Ia berusaha memeluk Taerae namun dengan cepat di tahan oleh Taerae. Wajah yang sebelumnya terlihat senang itu berubah menjadi sedih, rasa bersalah terpancar jelas dari bola mata bulatnya. Taerae memalingkan muka, tidak ingin terpengaruhi oleh rasa iba. Ia kembali teringat wajah dingin Matthew dalam mimpinya yang mendorongnya dari atas gedung dan itu membuat perasaannya semakin kalut.

Ia mempersilahkan Matthew duduk. Keheningan sempat terjadi beberapa saat sebelum akhirnya Matthew membuka mulut. "Aku... aku akan menceritakan semuanya."

Di lain sisi Gunwook memperhatikan tidak jauh dari sana. Perasaannya kembali gelisah, dan semakin gelisah lagi ketika ia tidak bisa mendengarkan apa yang sedang dibicarakan Taerae dan Matthew. Gunwook awalnya setuju untuk membiarkan mereka bicara empat mata dan ia akan mengawasi dari jauh namun sekarang ia menyesali keputusannya.

Matthew memainkan ujung bajunya, mulai bercerita, "saat itu aku...

.

.

"Babe, what you doing here? Bukannya kau ada pemotretan?" Matthew duduk di sebelah kekasihnya yang sedang merenung dengan rokok di tangannya.

"Jangan bilang... batal lagi?!"

Jiwoong yang terlihat putus asa mengangguk lesu. Ini bukan hal yang mengejutkan sebenarnya, karena sebagai model yang tidak 'laku' hal seperti ini sudah biasa terjadi. Ia jarang mendapatkan tawaran karena namanya yang tidak begitu terkenal. Kalaupun ia mendapatkannya, tawaran itu akal dibatalkan secara sepihak tanpa alasan yang jelas satu-dua hari sebelum pemotretan di lakukan. Tidak mengherankan, di dunia entertainment yang kejam ini hanya orang-orang tertentu yang bisa bertahan tanpa bantuan dari sponsor dan Jiwoong bukan salah satu dari mereka.

Saat itu, begitu sulit mendapatkan pekerjaan untuk Jiwoong. Sebagai seorang pacar, Matthew ikut merasa cemas dan sedih karna melihat Jiwoong yang begitu putus asa. Dan saat masa-masa kritis itu, Gunwook datang entah dari mana menawarkan bantuan padanya yang sedang duduk sendirian di sebuah kafe. Awalnya Matthew begitu marah, penolakan dan kebencian terlihat jelas dari wajahnya. Meski ia tidak pernah bertemu langsung dengan 'Park Gunwook yang merebut mimpi temannya' itu, ia bisa langsung mengenal pria itu dari balik masker dan topi yang menutupi wajahnya. Matthew tidak banyak bicara dan langsung meninggalkan Gunwook saat itu juga namun Gunwook terlalu licik dan gigih untuk menyerah begitu saja jadi dia melakukan cara yang biasa ia lakukan untuk lawan yang lebih lemah, yaitu mengancam.

LUMINOUS || GunRaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang