The Royal Palace (1)

633 63 3
                                    


jangan lupa vote and comment!

=====


"Halo?"

Aku menarik napas panjang sebelum menjawab sapaan dari sebrang sana, membulatkan tekat.

"Gunwook, apa tawaranmu masih berlaku?"

Yeah, kalian tidak salah baca, alih-alih menelpon papa aku lebih memilih menekan kontak Gunwook yang berada tepat dibawah kontak papa.

"Tiba-tiba? Kepalamu tidak terbentur sesuatu, kan?"

Aku menahan diri untuk tidak mengutuknya. Aku membutuhkan bantuannya, setidaknya aku harus bersabar, kan?

"Tentu saja, mari kita bicarakan ini nanti, aku sedang bekerja. Datanglah kerumahku jam 8. Aku akan kirim alamatnya. Sampai Jumpa."

"Ter---

Aku belum sempat menyelesaikan kalimatku dan telpon itu sudah diputus sepihak olehnya.

Bajingan!

Yeah, dia adalah artis besar, dia bisa saja tidak sempat mendengar ucapan terima kasih dariku, aku akan memahaminya. Setidaknya dia memberiku tumpangan untuk sementara, aku akan bersabar untuk saat ini.

"Oi, kau masih disini?"

Aku menoleh menatap bibi pemilik studio yang menatapku sangar.

"Bibi, aku akan pindah malam ini jadi tolong biarkan aku disini untuk sekarang."

"Kau sudah mengemas barangmu, kan?" Bibi itu mengangkat alisnya.

"Aku berencana membereskannya sekarang jadi bisakah kau biarkan aku untuk kali ini?" aku berusaha bernegosiasi dengannya.

Bibi itu berpikir sambil melihatku dari atas sampai bawah, dia mendengus sebal, "oke, bereskan barangmu dan keluar dari gedungku, jika aku masih menemukan barangmu disini besok pagi aku akan langsung membakarnya."

Bibi itu pergi setelah mengomel panjang lebar.

Dasar manusia! Kau hanya baik ketika aku punya uang!

Aku bangkit dari dudukku dan mulai mengemasi barang-barangku. Tidak ada waktu untuk mengutuk orang-orang itu.

Selesai mengemasi barang-barang milikku dan Haejong, aku menelpon Haejong menanyakan kemana aku bisa mengirim barang-barangnya dan dia bilang aku bisa mengirim barangnya ke asrama adiknya. Aku merasa bersalah padanya.

"Bersabarlah sebentar, aku akan bekerja keras agar kita bisa menyewa sebuah studio jadi kita akan bersama lagi."

"Tidak, aku sudah banyak berhutang padamu. Aku akan membayarmu dengan cepat, mulai sekarang aku akan mengurus diriku sendiri jadi Kak Taerae juga harus fokus pada dirimu sendiri, jangan khawatirkan aku dan fokus saja pada cita-citamu, okey? Aku tidak ingin menjadi penghalang lagi."

"Apa yang kau bicarakan? Kau bukan penghalang, kau lah yang menjadi penyemangatku selama ini jadi jangan pernah merasa seperti itu. Kau tidak perlu membayarku kembali."

"Tidak, tolong terima saja. Aku tidak ingin terus-terusan merasa bersalah seperti ini."

Aku terdiam karna ucapannya.

"Aku harus pergi, kututup telponnya."

Panggilan itu terputus, meninggalkan perasaan sedih, marah, kecewa yang saling bertabrakan di dalam diriku. Situasi ini membuat hubungan kami terasa aneh dan aku tidak menyukainya. Aku tidak mengerti kenapa dia merasa bersalah, apa hubungan yang kita bangun selama bertahun-tahun ini masih memiliki pembatas yang lebar baginya?

LUMINOUS || GunRaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang