LANGIT || 13

83 10 2
                                    

Halo para Readers! ketemu lagi kita.

sebelum lanjut untuk membaca, janlupa vote sayang-sayangya Langit.

"Apakah gue tidak di takdirkan untuk bahagia Walaupun sedetik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apakah gue tidak di takdirkan untuk bahagia Walaupun sedetik saja."

_Bintang Kaisar Langit_



Pukul 05.30, Langit sudah siap dengan seragam sekolah nya. Padahal keadaan di luar masih terlihat gelap, tapi dia sudah bergegas ingin pergi ke sekolah.

Memang sudah ada murid yang datang di jam-jam seperti ini? Pasti belum.

Langit berdiri di depan cermin sambil merapihkan bajunya. Akibat kejadian tadi malam, tubuh Langit masih sangat sakit hingga semua sendi-sendinya juga terasa sakit. Terdapat begitu banyak lebam berwarna keunguan akibat cambukan.

"Lagi dan lagi luka yang gue dapat." lirih Langit ketika banyak sekali luka di tubuhnya maupun tangannya.

Luka yang awalnya belum terlalu kering dan sekarang tubuhnya sudah di penuhi luka baru.  Luka di tangan nya masih terlihat basah dan belum mengering.  Kepala Langit masih terasa sakit akibat benturan yang cukup keras. Langit melihat tangannya sendiri yang di penuhi sayatan yang di berikan oleh mamahnya.

Walaupun luka itu masih sangat menyakitkan Langit tidak memperdulikan itu, bagi dia luka fisik bisa sembuh tapi tidak dengan luka di hatinya.

Setiap hari dia selalu mendapatkan siksaan dan selalu mendapatkan kata-kata menyakitkan dari mamahnya. Langit tidak akan pernah membenci mamahnya walau sudah memperlakukan Langit seperti ini. Pasti ada alasan kenapa mamahnya melakukan ini semua.

Untuk kali ini Langit pergi sangat pagi-pagi sekali. Dia mengambil tas dan jaket yang terdapat di kursi belajarnya. Dia harus pergi sebelum orang rumah keluar dari kamarnya. Langit tidak mau Diana mengetahui ini semua.

"Gue harap Mamah sama Diana masih di kamar." ucap Langit yang sudah keluar dari kamarnya.

Sesampainya di garasi, Langit mengambil motornya dan mendorong motornya supaya tidak menimbulkan suara.

Di rasa sudah cukup jauh dari rumah, Langit menaiki motor nya dan menyalakannya. 

Langit membawa motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Lagian jalan juga masih sepi belum banyak kendaraan jadi dia bisa sesukanya.  Mungkin dengan kebut-kebutan di jalan sebagai pelampiasan nya.

Luka Langit dan AuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang