LANGIT || 22

95 7 5
                                        

Halo readers Langit. gimana kabarnya?

semoga baik, ya. Maaf karena udah lama nggak up🙏🏻🙏🏻

Sebelum baca alangkah baiknya kalian vote dan komen dulu yah, tolong hargai kami sebagai penulis. Jangan tahu cuma baca doang!! Jadilah pembaca yang baik, yang tahu caranya menghargai orang lain.

 Jangan tahu cuma baca doang!! Jadilah pembaca yang baik, yang tahu caranya menghargai orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di saat langit kehilangan bulan dan bintang sebagai penerang, maka langit akan gelap tanpa ada yang menyinari. Lalu bagaimana denganku?

_Bintang Kaisar Langit_



~🪻~

Di sebuah ruangan yang serba putih berbau obat, terdapat seorang laki-laki yang baru saja bagun dari tidurnya. Ia bangun dari tidurnya untuk duduk dan menyenderkan tubuhnya di bantal supaya bisa berposisi duduk.

Diam-diam laki-laki itu meneteskan air matanya, sesekali ia juga menghapus air matanya yang terus mengalir.

"Gue harap semua orang nggak cari in gue."

Terdengar suara pintu terbuka. Seketika netra mata laki-laki itu mengarah ke pintu yang terbuka, ternyata seorang dokter perempuan yang masuk.

Dokter itu mendekat ke brankar laki-laki itu dan duduk di samping brankar. Tangannya terulur meraih kepala dan punggung laki-laki itu untuk mengusap.

"Langit," panggil Dokter Ratna.

"Kenapa, Dok?"

"Kamu kenapa nggak bilang kalau mau ke sini? Kamu baik-baik aja 'kan?"

Langit tersenyum tipis. "Maaf, saya tidak bilang terlebih dahulu..." jeda Langit dengan menghirup udara segar lalu menghembuskan dengan perlahan sebelum melanjutkan ucapannya. "Apakah kondisi saya masih bisa di bilang baik-baik saja?"

Dokter Ratna hanya bisa tersenyum. Ia mengusap lembut rambut Langit. Dapat di lihat tatapan mata Langit jika dia sedang menyimpan sesuatu. Mata yang sayu dan di dalamnya menyimpan begitu banyak luka yang dia tahan.

"Saya yakin kamu bisa, Langit." Dokter Ratna berusaha memberi semangat kepada Langit.

Langit terdiam--menunduk. Ia mencengkram bajunya hingga sedikit kusut.

"Saya capek, Dok. Fisik maupun mental saya perlahan hancur," lirih Langit dengan air mata yang menetes membasahi bajunya.

Dokter Ratna hanya bisa menghela napas panjang. Kondisi Langit sangatlah memprihatinkan, terdapat begitu banyak luka di wajah dan tubuhnya yang belum mengering. Pasti luka itu baru, masih juga ada bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh, tetapi sudah ada luka baru lagi. Tidak bisa di bayangkan betapa sakitnya luka-luka itu yang lebam berwarna merah-merah keungu biruan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka Langit dan AuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang