LANGIT || 16

94 9 2
                                    

Halo semua.

Sebelum membaca jangan lupa vote yang ada di pojok kiri sebelah bawah ya.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Gelapnya malam memang sangat menenangkan. Tapi dia berhasil merenggut kebahagiaan gue. Gue harus kehilangan orang yang gue sayang untuk selama-lamanya."

_Amaura Natalia Senja_

•••

Kaca yang pecah berkeping-keping tidak akan pernah bisa di perbaiki lagi, mungkin bisa tetapi tidak seperti semula. Sama halnya dengan hati yang terluka. Bisa di obati tapi lukanya akan selamanya membekas sampai kapanpun."

_Bintang Kaisar Langit_

~🪻~

"Kamu siapa?"Langit ketakutan saat sosok itu menghampirinya.

"Kamu harus tetap bahagia Langit. Jangan pernah merasa bersalah ataupun melukai diri kamu sendiri."

Sosok itu tersenyum ke arah Langit. "Suatu saat nanti kamu akan mengetahuinya." sosok itu akhirnya pergi dari hadapan Langit.

"Tolong jangan pergi." teriak Langit memanggil sosok itu.

"Gue mohon jelasin ini semua sama gue." Langit terus saja berteriak, tetapi sosok itu perlahan hilang dari pandangannya.

Seketika Langit terbangun dengan keringat yang bercucuran. Langit melihat jam ternyata baru pukul 02.30 dini hari.

Langit bangkit dari tempat tidurnya--berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat tahajud.

Setelah beberapa menit melaksanakan sholat tahajud dan membaca Al Qur'an. Langit duduk bangku dekat meja belajarnya, ia terdiam--merenung apa yang tadi terjadi di mimpinya.

Siapa sosok itu? Ada apa sebenarnya dengan semuanya?

Dia kira itu nyata, tetapi hanya sekedar mimpi. Mengapa semuanya terlihat seperti nyata?

Tak lama setelah itu, adzan subuh berkumandang dan Langit segera bergegas untuk melaksanakan sholat.

🎍🎍🎍

Pagi harinya sekitar pukul 06.00 WIB, Langit berjalan ke arah dapur dengan pakaian yang sudah rapih.

Hari ini adalah hari minggu. Langit akan berencana mengajak Aura untuk jalan-jalan. Lumayan libur sekolah, ia bisa pergi sesukanya.

"Den Langit lagi ngapain di dapur?" tanya bi Tuti asisten rumah tangga Langit.

Langit tersenyum tipis. "Langit mau bikin sarapan bi."

Luka Langit dan AuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang