17. Tersesat

1.2K 31 0
                                    

Bella berusaha membuka kedua bola matanya meskipun terasa sangat berat. Kesadarannya yang perlahan-lahan hadir memaksanya untuk segera mawas diri. Terutama saat ia merasakan seseorang menyentuh serta membelai kakinya.

"Uh? Siapa yang..." Bella mengerjap-kerjapkan mata untuk menyingkirkan kabut putih yang mengaburkan pandangannya. Ia melihat sosok gelap yang berdiri di dekat kakinya, yang sontak membuatnya terkejut dan menjerit ketakutan.

"Jangan takut, Bella. Ini aku."

Napas Bella masih memburu setelah tadi menjerit-jerit histeris dan berusaha menendang orang yang mengelus kakinya. Namun ia baru sadar jika dirinya sedang dalam kondisi terikat di atas tempat tidur.

"Kamu sekarang sudah aman, Sayang. Aku sudah mengeluarkanmu dari penjara Regan Bradwell. Akhirnya kita bersatu lagi."

"Mas... Anggra???" Bella meringis ketika melihat sosok gelap itu kini mulai terlihat jelas karena bergerak mendekatinya dan berdiri tepat di bawah sinar lampu remang-remang. Wanita itu mengernyit bingung, sesaat merasa disorientasi karena ia tak mengerti apa yang terjadi hingga berada di kamar yang terasa pengap ini.

"Ya, ini aku, Bella." Senyum terlukis di wajah Anggra yang masih penuh luka akibat siksaan dari anak buah Regan.

"K-kenapa aku bisa berada di sini?? Ini dimana??" Serunya ketakutan. "Dan kenapa aku diikat, Mas??!"

"Aku akan membuka ikatanmu, asalkan kamu mau berjanji untuk ikut denganku kemana pun aku pergi. Kamu mau kan, Sayang?"

Bella semakin ketakutan melihat sorot mata Anggra yang dingin. "Mas? Kamu... kamu sebenarnya mau apa? Ja-jangan membuatku takut..."

Anggra tertawa kecil, lalu mengecup bibir Bella. "Aku cuma kangen sama kamu, Sayang. Apa salah jika seorang suami merindukan istrinya?"

Bella tak tahu harus berkata apa. Ia ingin memaki Anggra yang tak pantas lagi merindukan dirinya karena telah menjual istri sendiri kepada orang lain, namun perasaan Bella terasa tidak enak. Seperti perasaan seseorang yang sedang berada di dalam cengkeraman marabahaya yang mengintainya dari balik kegelapan.

"Baiklah. Aku akan membuka ikatanmu."

Bella terkesiap dan memekik saat melihat Anggra mengeluarkan sebilah pisau berburu dari atas nakas. Sontak seluruh badannya pun menggigil karena batas rasa takut yang telah melewati batas toleransi.

"Kenapa menangis, Bella? Pisau ini untuk mengiris tali yang mengikatmu, bukan untuk mengiris tubuhmu, Sayang," tukas Anggra heran. "Aku tidak mungkin menyakitimu."

Bella mengangguk-angguk cepat dengan air mata yang masih saja mengalir deras tanpa bisa ia cegah.

"Aku bilang hentikan tangismu, Bella!! Aku ini suamimu!! Kenapa kamu malah takut kepadaku, hah?! Seharusnya kamu bersyukur karena aku membawamu pergi dari kurungan berkedok istana itu!!" Anggra terlihat mulai kesal melihat Bella yang tak bisa menghentiksn isakannya.

"Atau jangan-jangan... kamu memang lebih menyukai Regan dibandingkan aku? Berapa kali dia sudah menyentuhmu, Bella?? Apa kau lebih suka sentuhannya dibandingkan sentuhan suamimu sendiri?!"

Bella menggeleng. "Maaf. Maaf. Mas, tolong buka ikatan ini... aku akan mengikuti Mas Anggra... hiks....meski kemana pun."

Anggra tersenyum dan membelai pipi Bella. "Bagus. Kamu memang selalu menjadi istri yang penurut."

Bella meringis menahan nyeri ketika Anggra mulai mengiris tali yang mengikat pergelangan tangannya. Sepertinya gesekan material tali yang kasar itu telah menggores kulitnya yang lembut dan sensitif, menimbulkan ruam-ruam kemerahan yang beberapa titiknya mulai meneteskan sedikit darah.

KLUB TUKAR ISTRI (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang