38. Aku Akan Melindungimu

688 19 0
                                    

PLAAAKK!!!

Bella terhuyung dan hampir saja jatuh tersungkur ke atas lantai, ketika mendapatkan tamparan keras dari Chelsea. Untung saja ada Renata dan Axel yang segera menahan tubuhnya.

"Sekali jalang tetaplah jalang!" Bentak wanita paruh baya itu dengan menatap Bella nyalang. Wajahnya dipenuhi rasa geram dan benci yang memuncak kepada satu orang yang ia pandangi dengan tatapan penuh permusuhan.

"Hentikan, Chelsea!" Renata menahan tangan ibunya yang kembali hendak melayang menampar Bella untuk yang kedua kalinya. "Jangan lampiaskan semuanya kepada Arabella, karena ini bukan salahnya!"

Chelsea melepaskan cengkeraman Renata dengan gusar. "Bukan salahnya, kau bilang?!" Sergahnya kasar. "Regan menjadi koma gara-gara dia, Renata! Kenapa kau begitu buta, hah?! Apa jalang ini juga sudah mencuci otakmu seperti yang dia lakukan kepada Regan?!"

Bella menggigit bibirnya keras-keras, berusaha memindahkan rasa nyeri yang mengiris hatinya ke bibirnya yang tergigit dan mulai meneteskan darah. Chelsea benar. Gara-gara dirinyalah Regan akhirnya harus terbaring koma. Mengalami beberapa tulang yang patah dan pendarahan di selaput otaknya membuat kondisinya kritis.

"Maaf...," lirih Bella sambil terisak. Ia rela jika harus bertukar tempat dengan Regan sekarang. Lebih baik dirinya yang terluka dan koma, dibandingkan lelaki gagah yang dicintai banyak orang seperti Regan.

"Kau kira kata maaf bisa membangunkan putraku?? Kembalikan Regan, Arabella!! Kembalikan dia, maka kau akan kumaafkan!!" Chelsea yang mulai terlihat akan mengamuk, menarik keras rambut Bella dan melemparkan tubuhnya hingga menabrak pilar rumah sakit.

Bella menjerit kesakitan saat merasakan pinggangnya yang terasa seperti ditusuk.  Rasa nyeri itu menjalar hingga ke seluruh bagian perutnya, membuat Bella meringis menahan rasa sakit sambil berlutut di lantai.

"Chelsea, stoop!!" Renata menjerit ketika melihat Chelsea yang hendak memukul kepala Bella dengan tasnya, yang untung saja berhasil digagalkan oleh Axel yang memegangi wanita itu dengan kuat.

Beberapa petugas medis yang melihat adegan itu pun ikut membantu Axel menahan Chelsea yang masih berteriak-teriak menunjuk Bella, sementara beberapa petugas lagi membantu Bella berdiri.

"Ini semua salahmu!" Jerit Renata tiba-tiba dan tanpa disangka sambil menunjuk Chelsea.

"Berkacalah, Chelsea! Bertahun-tahun Regan menderita karenamu! Karena selalu berusaha menjadi putra terbaik yang bisa kau banggakan, berusaha memenuhi semua permintaanmu meskipun itu berarti mengorbankan kebahagiaannya sendiri!"

"Jika saja Regan bisa mengakhiri pernikahannya dengan Patricia tanpa harus ada drama yang melibatkan perjanjian bisnis memuakkan itu, pasti saat ini dia sudah bahagia bersama Arabella dan tinggal jauh darimu!"

Bella sedikit tersentak mendengar bagaimana Renata membela dirinya. Sontak ia pun menatap saudara kembar Regan itu yang berdiri tepat di sampingnya.

"Tidak, Renata. Akulah yang bersalah. Regan terluka karena menyelamatkanku..." ucapnya lirih dengan tenggorokan yang ikut sakit karena menahan tangis yang hampir menyembur keluar.

Renata menggeleng tegas. "Kau menemui Patricia karena hatimu yang terlalu lembut. Kamu merasa bersalah pada status yang masih melekat di antara Regan dan Patricia, kan? Tidak, Arabella. Aku tidak akan pernah menyalahkanmu, karena Regan hanya berusaha menyelamatkan wanita yang ia cintai. Hal yang akan dilakukan hampir semua orang kepada belahan jiwanya."

Bella menundukkan wajahnya yang kembali dibanjiri air mata. Ia ingin membantah semua ucapan Renata, namun itu tak ada gunanya. Tak akan membuat Regan terbangun dari koma dan membuat lelaki itu mengurungnya dalam kilau biru safir maniknya.

Axel membawa Chelsea menjauh dari Bella dan Renata untuk menenangkan wanita itu.

Seorang perawat tiba-tiba mendekati Renata. "Maaf, Nona Renata. Anda dan Tuan Regan terdaftar sebagai pendonor aktif golongan darah Rh-Null, bukan? Kami membutuhkan darah Anda untuk Tuan Regan, karena stok Rh-Null tidak tersedia."

Renata mengangguk tegas. "Kondisiku sangat sehat dan mampu mendonorkan darah untuk saudaraku, Suster."

"Baiklah. Kalau begitu tolong ikuti saya, Nona."

Renata menatap Bella lekat-lekat sebelum beranjak mengikuti suster itu. "Tunggulah aku di sini. Kita akan bersama-sama melewati ini semua, Arabella. Percayalah, Regan sangat kuat. Ia tidak akan pernah menyerah."

Bella hanya bisa memberikan anggukan lemah sebagai jawaban, dan hanya bisa menatap kepergian Renata dengan nanar. Dirinya gang ditinggalkan sendirian dalam keadaan kacau pun tak pelak kembali teringat apa yang telah terjadi sebelum kecelakaan naas itu terjadi.

Bella memejamkan kedua matanya yang terus dibanjiri cairan bening, kala mengingat bagaimana Regan memeluknya begitu erat sebelum mobil mereka menabrak pohon.

Rem yang blong serta setir yang semakin sulit dikendalikan membuat Regan berteriak kepada Bella untuk menunduk dan menutupi kepalanya dengan kedua tangan.

"Sistem air bag akan melindungimu," tutur lelaki itu tegas, berusaha menenangkan Bella yang menjerit ketakutan. "Kamu akan baik-baik saja, Arabella. Percayalah, aku akan melindungimu."

Mungkin hanya lima detik sebelum tabrakan itu terjadi, Regan melonggarkan seat belt-nya agar bisa menggerakkan tubuhnya ke sisi penumpang. Ia memutuskan untuk memeluk Bella dari depan, menjadi tameng agar apa pun yang menabrak wanita itu akan lebih dulu menghantam dirinya.

"Aaahh!!" Bella terkesiap ketika seseorang tiba-tiba mencengkram dan menyentakkan tangannya. Kedua manik coklat bening itu pun sontak membelalak sempurna ketika mengetahui bahwa ternyata Chelsea-lah yang melakukannya.

"Masih ada di sini?" Sinis wanita paruh baya itu dengan tatapan biru safir yang menyorot garang padanya.

Bella mengamati sekitarnya dengan tubuh gemetar ketakutan. Kemana Axel? Kenapa Chelsea bisa kembali berada di sini??

"Pergi," cetus Chelsea dingin. "Selagi aku masih memintamu dengan baik-baik. Pergilah  Arabella. Jauhi putra-putriku! Kau tak lebih dari seekor serangga pengganggu dalam kehidupan kami! Kehadiranmu hanya akan merepotkan Regan, merusak hubungan seorang anak dan ibunya!"

Bella tersentak mendengar perkataan yang meskipun tidak diucapkan dengan meledak-ledak seperti sebelumnya, namun sedingin es dan setajam pisau yang seakan mengarah ke jantungnya.

"Kumohon. P-paling tidak biarkan aku menjaga hingga Regan sadar. Aku berjanji akan pergi setelahnya," pinta Bella pilu. Ia ingin terus berada di sisi Regan, namun ia juga sadar kalau posisinya amatlah tidak layak.

"Aku tidak mengijinkan sedetik pun kau masih berada di sini," cetus Chelsea dengan wajah menggelap penuh amarah. "Pergi!!"

Bella pun sadar bahwa ia harus segera pergi setelah melihat beberapa lelaki mendekatinya. Wajah-wajah familier yang ia kenal sebagai pengawal pribadi Regan, namun kini sepertinya Chelsea mengambil alih semuanya.

Bella tidak ingin diseret oleh mereka. Ia tidak ingin dipermalukan di sini, maka wanita itu pun membalikkan badannya dan bergegas pergi.

'Aku akan kembali, Regan,' janjinya dalam hati sambil berlari dan menangis. 'Aku akan mencari cara untuk kembali!'

Bella berlari menyusuri trotoar selepas keluar dari rumah sakit dengan pikiran yang campur aduk dan kacau balau. Kemana dirinya akan pergi? Bella tidak mengenal rumah lagi selain bersama Regan.

Wanita itu pun menengadahkan wajahnya ke atas langit yang mulai meneteskan air. Sepertinya akan hujan. Apakah sebaiknya ia kembali ke rumah Mas Anggra??

Tiba-tiba tubuh Bella menggigil. Tidak, ia tidak akan kembali ke mantan suaminya lagi.

Hotel. Ya, hotel. Sepertinya itu adalah ide yang bagus, tapi sayangnya Bella tidak memiliki uang sepeser pun. Dompetnya tertinggal di villa Regan saat ia terburu-buru pergi menemui Patricia.

Bella berjalan dengan gontai, tanpa sadar bahwa ada beberapa sosok yang membuntutinya sejak tadi dari dalam sebuah mobil van yang terparkir tak jauh darinya.

Menanti saat yang tepat untuk menyergap dan membawanya pergi.

KLUB TUKAR ISTRI (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang