"Akhirnya... Setelah sekian lama gak makan buah-buahan sama sayur-sayuran, sekarang bisa ke beli juga," ujar Marlo seraya mengangkat plastik bening belanjaannya.
"Emang selama ini makan apaan aja?" Tanya Arya ingin tahu.
Dengan cengiran nya, Marlo menjawab, "Fast food."
"Tau dah bocah kagak jelas. Keseringan makan gituan jadi kena karma," Yusa langsung menimpali.
"Iya anjir perut gue sampe suka melilit saking udah lama gak makan sayur sama buah."
"Makanya makan yang bener jangan makan fast food mulu," tegur Yusa.
"Habisnya fast food tuh enak banget anjir. Orang mana yang gak bakalan nolak kalo di suruh makan begituan?"
Yusa merotasikan bola matanya dengan malas. Sejak kenal dengan Marlo, kebiasaan Marlo yang selalu Yusa ingat adalah makanan cepat saji saking seringnya Marlo membeli makanan tersebut.
"Oh iya Sa, Ar. Kalian mau tau sesuatu gak?"
"Apa?"
"Kemaren kan waktu gue sama Aiden nyasar mulu, kita ketemu orang aneh tau."
"Orang aneh gimana? Orang gila?" Bingung Arya sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu.
"Bukan cok. Kayaknya ya, dia itu penyandang tunarungu. Soalnya pas di tanya alamat rumah sama Aiden dia diem aja. Tapi tuh gue perhatiin dia kayak aneh banget. Masa pas gue sama Aiden pergi tuh orang ngeliatin kita mulu sampe kita udah di belokan," ujarnya.
"Itu barangkali dia bukan liat lo sama Aiden. Jangan berpikiran buruk mulu lo," ucap Yusa seraya menoyor kepala Marlo.
"Gimana mau gak mikir yang aneh-aneh orang ngeliatin nya begitu banget. Bahkan sampe gue sama Aiden mau belok juga tetep di liatin jir," bantah Marlo.
"Terserah deh. Balik duluan sana sama Arya, gue pengen ke toko bunga dulu," kata Yusa seraya menyodorkan barang bawaan miliknya serta barang-barang titipan milik Yuhwa dan Aiden. "Sekalian bawain balik."
"Yeuh kimak," Misuh Marlo sembari mengambil barang belanjaan di tangan Yusa.
Sepeninggalan Marlo dan Arya, Yusa bergegas pergi ke toko bunga yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari titik Ia berada. Berhubung Yusa belakangan ini sedang tertarik dengn buka mawar putih, jadi Yusa kepikiran untuk membeli bunga saja.
"Selamat datang di Floris stacity."
Kira-kira begitulah kalimat pertama yang Yusa dengar ketika dirinya memasuki toko bunga tersebut. Lelaki pemilik rambut hijau neon itu tersenyum ke arah staff toko lalu mulai berjalan menelusuri rak bunga.
Ia melihat satu persatu bunga disana sambil sesekali memotret tanaman itu dan di kirimkan kepada Yuhwa. Yuhwa tidak menyukai bunga, tetapi Yusa selalu mengirimkan foto bunga hanya untuk bertanya kepada yang lebih tua apakah bunga kiriman Yusa bagus. Kalaupun iya, Yusa harus membeli yang mana.
Beberapa lama di dalam toko bunga, akhirnya Yusa menemukan bunga yang sedari tadi Ia cari. Kemudian Yusa membayar ke kasir dan segera keluar dari dalam toko agar bisa pulang dengan segera.
Anehnya, ketika Yusa mulai melangkahkan kaki, Ia merasa seperti ada yang mengikutinya. Yusa tidak ingin berpikiran buruk karena suasana di sekitar pada saat itu juga lumayan ramai. Tapi karena perasaan Yusa semakin tidak enak, Ia memaksakan tungkainya untuk berjalan lebih cepat.
Karena sekarang, Yusa dapat merasakan bahwa sesuatu yang mengikutinya itu benar-benar berada di belakangnya.
⋆ ࣪⎙ » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡
"Parah sih... Ini definisi sop ayam terenak yang pernah gue makan," puji Marlo usai menyelesaikan acara makan nya. Tentu saja yang memasak sop ayam itu adalah Yuhwa.
Yuhwa memang dikenal laki-laki pintar masak. Bahkan saking enaknya masakan buatan Yuhwa, banyak orang-orang kantor atau bahkan teman nya sekalipun yang meminta Yuhwa membuatkan sesuatu untuk mereka.
"I know," jawab Yuhwa datar namun terkesan banyak gaya bagi Marlo.
"Gak jadi gue puji dah."
"Woy woy!"
Baik Yuhwa maupun Marlo, keduanya sama-sama menoleh ke sumber suara saat Aiden tiba-tiba berteriak panik.
"Apaan dah? Dateng-dateng malah ribut," protes Yuhwa.
"Mar, tadi lo keluar bareng Arya sama Yusa kan?" Tanya Aiden masih dengan keadaan panik.
"Hooh. Kenapa?"
"Yusa kemana bego?"
"Kan tadi gue bilang dia beli bunga dulu. Gue balik sama Arya doang."
"Yaelah Den. Ntar juga Yusa balik. Santai aja," Yuhwa berujar seraya membawa piring dan gelas kotor ke dapur.
"Ih bukan gitu masalahnya astaga... Tadi kalian keluar dari jam berapa?"
"5. Kelar dari pasar jam 6:30an, terus pisah di toko bunga sekitar jam 6:45. Kalo di itung dari jam segitu, otomatis Yusa balik sekitar jam 8:00 karena pasti dia di dalem liat-liat bunga dulu gak langsung beli dan jalan ke rumah juga lumayan jauh dikit.... Eh—" Marlo langsung terdiam saat menyadari ucapan nya.
"Ya kan? Sekarang jam berapa coba?"
Yuhwa menoleh untuk melihat jam berapa sekarang. Ketika jam menunjukan pukul 10:15, Yuhwa membelalakan mata terkejut.
"Nah... Baru sadar kan lo pada sekarang?"
"Njir terus dia kemana?" Kini Yuhwa ikut panik. Padahal sebelumnya Ia santai saja karena Ia tahu bagaimana Yusa kalau sudah bertemu dengan toko bunga.
"Jangan-jangan...."
"Mar lo panggil Arya sekarang. Kita cari Yusa bareng," perintah Yuhwa. Paham akan situasi, Marlo mengangguk dan bergegas menghampiri Arya.
"Den lo beres-beres habis itu langsung masuk ke mobil. Gue yang nyiapin mobil."
Aiden mengangguk. Yuhwa segera berlari keluar lalu menghidupkan mesin mobil. 15 menit berlangsung, Marlo, Arya dan Aiden tiba di dalam mobil dan Yuhwa langsung tancap gas menuju lokasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRD
FantasyKota Arriba kacau akibat ulah dari pemimpin dunia parallel. Namun, siapa sangka kalau semua perbuatan ini di picu bukan karena pemimpin dunia parallel itu saja. _______________________________________ 𝗮𝘁𝘁𝗲𝗻𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗮𝗿𝗲𝗮 ⚠️ Harsh words ⚠️Moh...