"Jadi, temen lo ilang secara misterius?" Tanya Gail—Lelaki bertubuh jangkung selaku salah satu teman Arya yang berasal dari kota Emergency.
Yuhwa mengangguk, "Katanya Arya sih di culik sama dia ke dunia parallel..."
"Bukan katanya, tapi itu emang kenyataan, Hwa," koreksi Arya. Maklum saja, Yuhwa memang bukan orang yang di ciptakan untuk percaya hal-hal yang tidak pernah ada di dunia nyata atau yang tidak pernah Ia lihat sekali pun.
"Gini... Mungkin lo itu emang gak percaya sama dunia yang bukan dunia manusia. Tapi berita soal dunia parallel itu emang bener adanya karena gue pernah tinggal lama di sini dan gue ngalamin itu sendiri. Dan perlu lo tau kalo kota Arriba emang udah di kenal sama kota-kota di sekitarnya sebagai kota mengerikan. Karena berita itu emang udah nyebar," jelas Gail panjang lebar.
Aiden mengusap bahu Yuhwa guna menenangkan laki-laki tersebut. "Udah Hwa, mendingan sekarang lo paksain diri aja buat percaya semuanya," bisik Aiden lirih.
Yuhwa ingin membantah ucapan itu karena Ia tahu Aiden memang percaya dengan dunia parallel sama seperti Yusa dan Marlo. Baginya, mempercayai suatu hal yang tidak pernah Ia percaya sebelumnya itu sangat sulit.
Tapi dari pada beradu argumen, lebih baik Yuhwa mengalah saja untuk saat ini.
"Kita udah di ceritain detail kemaren sama Arya," kini Sandreas—lelaki dari kota Movement, si pemilik rahang tegas dan mata tajam—lah yang angkat bicara. "Soal Yusa biar jadi urusan kita. Karena di sini kita gak cuman berusaha ngebebasin temen kalian doang, tapi juga mau ngebebasin penduduk kota Arriba dan sebagian penduduk luar."
"Apa rencana nya? Apa rencana buat ngebebasin mereka semua?" Marlo bertanya dengan nada penasaran.
Alanta—lelaki bersurai merah menyala yang berasal dari kota Silver Light berjalan mendekati Marlo sembari menempatkan tangannya pada pundak laki-laki itu.
"Buat ngelawan kayak begituan gak bisa sembarang lempar senjata. Dan mungkin ide gue bakal jadi pertimbangan kalian. Tapi gue harap kalian setuju," ujar Alanta.
"Ide nya apa, Lan?"
"Make a trap. Pancing dia dateng kesini lagi. Otomatis portal penghubung antara dunia mereka dan dunia kita bakalan kebuka. Sebelum portal atau Horizon itu ketutup, kita harus berhasil masuk kesana."
"Coy! Gimana caranya njir?" Kata Aiden bingung.
"Arya udah cerita ke kalian belum kalo dia itu gak bisa asal dipanggil?" Konfirmasi Alanta kepada Yuhwa, Aiden dan Marlo.
Ketiganya mengangguk.
"Waktu itu dia emang sempet ngasih peringatan ke penduduk sini. Siapa pun yang berani nyebut namanya, berarti kalian udah nantangin dan dia bakal dateng. Jadi, kita bakal pake cara itu."
Arya menepuk keningnya, "Ngaco lu, Lan. Orang mana yang bakal berani ngelawan dia. Sekali ngebantah aja bakal langsung di tarik kesana."
"Gue."
Ketujuh orang di sana teralih dengan Yuhwa yang tiba-tiba bersuara.
"Lo serius?" Tanya Aiden tak percaya.
Yuhwa mengangguk, "Biar gue yang pancing. Kalian yang masuk ke portal itu selama gue beradu mulut sama dia nanti," ucap Yuhwa. "Itu ide yang lo rencanakan kan, Lan?" Katanya seraya menatap Alanta. Alanta tersenyum, lantas mengangguk.
"Terus rencana selanjutnya apa?" Tanya Sandreas.
"Sebelum rencana itu kita jalanin, kita harus ngasih tau dulu ke penduduk lain. Sampein juga rencana yang udah kita diskusiin sekarang. Tugas mereka itu mantau kemunculannya. Kalo di antara mereka ada yang liat dia dateng dari sebelah mana, mereka harus telpon gue buat ngasih tau posisi."
"Tunggu!" Aiden memotong Alanta sebelum Ia kembali melanjutkan ucapannya. "Gimana nasib Yuhwa?"
"Oh iya woy... Nasib Yuhwa gimana kalo kita duluan kesana?" Marlo menyambar dengan nada panik.
"Tenang-tenang. Kita gak perlu khawatir soal Yuhwa. Karena, pasti kalo Yuhwa di bawa sama dia, Yuhwa bakal di taro di tempat yang sama kayak Yusa dan penduduk-penduduk kota Arriba sebelumnya. Tugas Yuhwa selain mancing dia, itu juga harus bisa dapet informasi lebih. Dan kalo lo ketemu Yusa lebih dulu, kalian saling kerjasama. Informasi yang udah kalian dapet bisa di kasih tau ke salah satu dari kita," ujar Alanta.
"Oke, gue paham," kata Yuhwa. "Apa rencana kedua kita?"
Hening. Semuanya sama-sama berpikir. Sampai akhirnya Gail mendapatkan sebuah ide cemerlang.
"Sebelum kita dateng ke dunia mereka, kita harus tau dulu, apa ciri khas yang mereka punya. Karena kita gak mungkin bisa berpenampilan kayak gini. Pasti bakalan langsung ketauan," ucap Gail.
"Anjir bener juga..." Gumam Marlo.
"Oh gue tau!" Seru Yuhwa yang menjentikan jarinya. "Gue sempet beberapa kali kirim pesan ke Yusa. Siapa tau dia bisa kasih kita informasi sebelum pergi kesana," sambung Yuhwa.
Tentunya hal tersebut membuat ekspresi senang penuh harap bermunculan dari wajah ketujuh laki-laki di sekitar Yuhwa. Karena dengan itu, akan lebih memudahkan rencana mereka saat berada di dunia parallel nanti.
"Cuma masalahnya, sampe detik ini Yusa belom bales juga."
"Berarti kita harus nunggu balesan dari Yusa dulu baru bisa ngelaksanain rencana-rencana kita?" Tebak Arya yang di angguki oleh Yuhwa.
"...Semoga ada balesan. Karena kalo enggak, waktu kita bakal terus ke ulur buat ngancurin dunia parallel. Dunia itu bener-bener harus di musnahin," ujar Sandreas.
Aiden mengangguk setuju, "Semisal Yusa udah bales pesan Yuhwa terus dia bisa kasih infromasi-informasi yang ada di sana, rencana selanjutnya apa, Il?" Tanya Aiden kepada Gail yang tengah berlalu menuju dapur rumah Arya guna membuat kopi susu.
"Rencana selanjutnya nanti dulu. Otak gue mandek butuh relaksasi bentar," Jawab Gail dari arah dapur.
Arya yang sudah terbiasa dengan sifat Gail itu tidak lagi keheranan. Berbeda dengan Aideng, Yuhwa dan Marlo yang saling berpandangan satu sama lain.
"Bocah emang gitu. Udah mending sekarang kalian juga pada makan dulu. Nanti bisa di bahas lagi," himbau Arya.
⋆ ࣪⎙ » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRD
FantasyKota Arriba kacau akibat ulah dari pemimpin dunia parallel. Namun, siapa sangka kalau semua perbuatan ini di picu bukan karena pemimpin dunia parallel itu saja. _______________________________________ 𝗮𝘁𝘁𝗲𝗻𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗮𝗿𝗲𝗮 ⚠️ Harsh words ⚠️Moh...