"Dasar aneh. Gue bakal ikut gabung sama rencana lo dan temen-temen lo. Sebenernya gue gak mau ikut campur, tapi setelah di pikir-pikir, gue disini juga cuma kerja. Gak dapet duit pula dan gak bisa bebas kayak dulu."
Yuhwa yang mendengar keputusan dari Harras tentu saja sangat senang. Berarti Ia tidak perlu repot untuk merencanakan aksinya—membujuk Harras agar luluh dan ikut bergabung menjalankan rencana.
"Jadi, bisa kan lo tolak permintaan Suwar?"
Maka Yuhwa mengangguk mantap tanpa alasan. "Gue juga bakal bantu lo cari Yusa. Biar gue kasih tau tentang gedung yang lo bilang kosong itu," ucap Harras.
Yuhwa berjalan kembali menuju ranjangnya, duduk disana, lalu siap mendengarkan penjelasan Harras mengenai gedung bintang yang di duga adalah tempat Halazia dan Halcyon menyembunyikan Yusa.
"Itu bukan gedung kosong sebenernya. Tapi itu gedung sebenernya rumah punya ketua. Walau letaknya agak misah dari bangunan lain, gak ada satu pun yang pernah datengin bangunan itu. Kalo ada yang mau ketemu sama ketua pun izin nya lewat Halcyon. Dan ya, cuma Halcyon yang bisa keluar-masuk rumah ketua karena mereka anggotanya—"
"—lo gak lupa kan kalo gue sempet deket sama kelompok Ragen dan lo juga udah tau kalo kelompok mereka udah di percaya ketua sama Halcyon? Sewaktu-waktu, gue pernah liat Brigael nyelinap masuk ke dalem rumah ketua. Pas gue gap dia sempet ngelak. Tapi karena gue ancem kalo gue bakal kasih tau bukti dia masuk sembarangan ke Halcyon, dia langsung kasih tau."
"Bentar dulu... Lo punya rekaman nya?"
"Enggak sih. Brigael itu licik, tapi dia bodoh. Masa gue gituin aja dia langsung luluh dan takut? Yaudah kan gue manfaatin aja dia biar dia mau ceritain semuanya. Ternyata Brigael itu gak sekali dua kali nyelinap rumah ketua. Dia ngelakuin itu karena dia berusaha buat cari informasi gimana caranya biar bisa keluar dari tempat ini. Gue gak peduli sih, gue cuma mau tau aja di dalem ada apa—
"—terus Brigael bilang kalo di dalem rumah ketua itu luas banget. Banyak barang serba canggih dan berkilau. Bahkan rumah itu punya lift tabung untuk naik ke lantai berikutnya. Dia juga bilang kalo rumah itu punya 5 lantai, tapi Brigael baru nyelinap di sekitar lantai dasar sampe lantai 2 jadi dia gak tau di lantai lain ada apa."
Yuhwa mengangguk paham usai Harras selesai bercerita. Dapat di simpulkan bahwa gedung itu bukan lah gedung kosong biasa. Itu ternyata tempat singgah sana milik Halazia. Sudah pasti Halazia berada di tempat itu, pikir Yuhwa.
"Kenapa ngelamun lo?"
"Di misi pencarian Yusa, gue harus masuk ke bangunan itu. Kalo lo bilang itu rumah dia, berarti dia jaga di dalem terus dong?"
"Enggak. Ketua cuma balik ke rumahnya kalo ada hal penting. Biasanya dia lebih banyak ngurusin dunia luar karena ketua udah percaya kalo di sini Halcyon dan para penjaga lain yang mantau," jawab Harras.
"Tau dari Brigael lagi?"
Harras menggelengkan kepala, tidak membenarkan dugaan Yuhwa. "Gue liat sendiri pake mata kepala gue. Bisa di bilang, gue tau kapan ketua pulang dan kapan ketua pergi," bagian ini terdengar tengil di telinga Yuhwa.
"Emang kapan lo mau masuk ke situ buat cari Yusa?"
"Masih belum tau.."
"Gue bisa bantu."
"Kalo ketauan penjaga atau Halcyon gimana?" Kata Yuhwa khawatir.
"Hmm. Di jam-jam segini biasanya Halcyon balik ke markas mereka. Tapi kalo penjaga, ya udah pasti ada yang ngawasin rumah ketua. Gue punya satu cara..."
"Apa?"
"Pura-pura jadi salah satu dari anggota ketua."
"Anjir, gue rasa otak lo udah geser Ras."
"Beneran. Kalo lo nyamar jadi Halcyon, lo gak bakal di curigain," kata Harras.
"Eh bodoh, kalo ketauan gimana? Kita kan gak tau apa yang bakal terjadi nanti. Kalo lagi apes tiba-tiba Halcyon emang balik kesini kan bakal berabe urusannya."
"Elu yang bodoh sialan! Lo pikir gue gak tau lo nyembunyiin hp selama ini?"
Tubuh Yuhwa menegang seketika. Ia pikir, saat kejadian Ia memaksakan diri untuk membaca pesan dari Aiden, Harras percaya kalau dirinya tengah mengambil benda yang jatuh—yang memang rekayasa itu sengaja Yuhwa lakukan agar bisa melihat pesan masuk secara diam-diam. Memang benar, anak ini tidak bisa di bodohi.
Harras menyunggingkan senyumnya. Ia tahu apa yang sedang Yuhwa pikirkan sekarang. Pasti Yuhwa mengira kalau Harras akan mudah di tipu.
"T-terus? Mau apa sama hp gue? Lo mau aduin ke penjaga biar gue di bawa ke depan dia?"
Justru Harras menyentil dahi Yuhwa saat laki-laki bertubuh tinggi itu memiliki spekulasi buruk terhadap Harras. Yuhwa masih memperhatikan Harras yang kini terlihat sedang merogoh saku celana nya.
"Tada~"
Kedua mata Yuhwa terbelalak saat mengetahui apa yang baru saja Harras keluar kan dari balik saku celana. Itu adalah ponsel. Yuhwa cukup terkejut karena Ia pikir Harras tidak memiliki benda kecil itu. Harras memang cerdik. Ia selalu menyembunyikan ponselnya di saku celana sama seperti Yuhwa.
Dalam peraturan para budak, akan ada pemeriksaan pakaian dan barang bawaan setelah lewat dari 2 minggu. Harras tentunya memiliki berbagai cara agar ponselnya tidak di sita. Salah satunya dengan mengubur benda itu di dalam tanah, dan Harras melakukan aksinya saat keadaan di luar sudah sepi.
"Gue bukan pengkhianat kayak mereka," ucap Harras. "Kita bisa saling chat lewat sini. Gue bakal kabarin lo tentang keadaan di luar. Selagi lo belom dapet notif dari gue, jangan pernah berhenti buat cari Yusa," peringat Harras kepada Yuhwa.
"Emang ada tempat buat lo ngabarin gue? Walaupun diluar lagi sepi di jam segini, pasti ada aja nanti penjaga yang tau-tau keliling buat ngawasin sekitar."
"Gue bakal sembunyi di balik sekat tembok. Itu kan tempat orang buat cuci tangan, kalo jam segini gak ada yang bakal keluar buat kesitu. Kalo mau cuci tangan juga palingan di wastafel deket kamar mandi, ga mungkin sampe keluar asrama," ujar Harras menjelaskan.
"Soal baju buat gue gimana? Kan mereka semua pada pake serba item. Terus ada topi sama masker juga," tambah Yuhwa lagi.
"Disini gue punya temen yang pinter ngejait dan niru gaya pakaian. Namanya Nolan. Kebetulan juga sekarang dia kedapetan bikin rangkaian baju canggih di gedung M. Nanti gue coba bilang dia buat bantuin kita."
Di rasa setuju dengan apa yang Harras katakan, Yuhwa langsung mengangguk. Ia percaya bahwa Nolan itu sama seperti Harras—baik hati. Yuhwa berharap semoga rencananya dan teman-temannya berjalan dengan lancar sesuai yang sudah di diskusikan.
"Kalo gitu, kita bakal jalanin rencana 2 hari lagi. Sepakat?" kata Yuhwa. Harras tersenyum tanda Ia sepakat untuk menjalankan rencana ini lusa. Mereka berdua saling berjabat tangan setelahnya.
"Yaudah gue harus balik ke kamar."
"Gue juga pengen mandi dulu."
Harras mengangguk kemudian berbalik arah untuk kembali menuju kamarnya. Sebelum Harras benar-benar keluar dari kamar Yuhwa, Yuhwa sempat memanggil nama laki-laki itu. Harras menoleh dan setelahnya Yuhwa mengucapkan kalimat terima kasih karena pada akhirnya Harras memilih untuk ikut bergabung ke dalam rencananya.
⋆ ࣪⎙ » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡
Rencana pencarian Yusa udah di mulai guys!!! Akhirnya ya Harras mau bantuin Yusa.
Semoga aja kelompok Ragen gak mengacau yaa wkwkwk.
Oh iya, aku spoiler dikit deh. Buat chapter selanjutnya bakal balik ke POV Alanta dan kawan-kawan. Kalian pasti penasaran juga kan apa yang bakal mereka lakuin?😋
See u in the next chapter temen-temen! Jangan lupa vote dan komen nya untuk dukung cerita ini 👐🏻🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRD
FantasyKota Arriba kacau akibat ulah dari pemimpin dunia parallel. Namun, siapa sangka kalau semua perbuatan ini di picu bukan karena pemimpin dunia parallel itu saja. _______________________________________ 𝗮𝘁𝘁𝗲𝗻𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗮𝗿𝗲𝗮 ⚠️ Harsh words ⚠️Moh...