Terlihat kedua netra Guido sudah membulat sempurna saat mendengar kalimat dari Thanarus. Selama ini, Ia tidak pernah berpikir kalau laki-laki penguasa dunia parallel yang di kenal dengan nama 'Halazia' itu tidak akan memiliki pemikiran macam-macam apalagi kalau sampai ingin menguasai separuh dari dunia manusia.
Selama ini Guido memang sengaja tak ingin mengakui dirinya sendiri yang telah mengambil dan menahan burung biru tanpa di sengaja. Ia sangat suka burung biru milik dunia parallel. Karena semenjak hewan itu berada di sana, Ia merasa kalau perlahan alat-alat yang di buat untuk negara mulai semakin canggih.
Mengetahui bahwa burung ini bukan sembarang hewan, Guido memutuskan untuk menyimpan burung tersebut di istana negara. Namun, keputusan nya membuat Thanarus murka dan Guido sadar jika selama 8 tahun ini Thanarus sengaja meneror salah satu kota kebanggaan nya—kota Arriba—karena kota itu lah satu-satu nya kota yang Guido putuskan untuk dijadikan sebagai salah satu kota dengan penduduk terpintar dan tercanggih.
Selama terus menyimpan sesuatu yang bukan miliknya, Guido hanya menganggap kedatangan Thanarus dan kelompoknya adalah sebuah gertakan kecil. Guido yang licik, serakah, dan keras kepala tidak mau sampai terpengaruh. Mereka pikir, setelah mendapatkan teror ini Guido akan menyerah dan mengakui semuanya?
Tentu saja tidak.
Tetapi pemikiran Guido selama bertahun-tahun perihal Thanarus salah besar. Justru, karena Guido sudah bermain-main dengan Thanarus, Thanarus tidak akan segan untuk membalas semuanya. Tidak peduli dengan para manusia lain yang tak bersalah, Ia tetap akan membalaskan dendam nya.
Kenapa? Karena Thanarus sendiri juga samanya licik. Semenjak dia pun bertemu dengan burung biru itu dari dunia nya sendiri, Thanarus tumbuh menjadi pria licik yang gila akan alat-alat canggih.
Ya. Dia terobsesi akan kecanggihan yang di dapat.
"Terkejut sekali sepertinya," ucap Thanarus seraya menyeringai lebar.
"Lepaskan saya Thanarus!" Teriak Guido. "Saya tidak akan membiarkan mu menghancurkan tanah itu. Tanah itu adalah negara saya! MILIK SAYA!"
"Ya.. Terus saja memohon seperti itu Guido. Saya suka melihat anda memohon," Thanarus berujar tanpa memiliki rasa iba.
Guido menggelengkan kepala. Dengan berontakan nya, Ia berhasil terlepas dari kaki tangan Thanarus yang sedari tadi terus menahan tubuhnya agar tidak bisa bergerak.
Dengan pola acak, Guido berlari sempoyongan. Ketika tiba di depan Thanarus, pria paruh baya itu mencengkram kuat pakaian serba hitam tersebut. Dengan tatapan bengis, Guido yang kepalang kesal melempar topi hitam milik Thanarus. Ia juga melepas masker hitam Thanarus dengan kasar. Bahkan Ia sampai merobek kain hitam berlambang anarchy guerilla yang menutupi seluruh wajah Thanarus.
Thanarus yang tersenyum penuh kemenangan itu merobek kain hitam secara keseluruhan dan menyisakan wajah tegas dan licik disana. Tidak hanya Thanarus, para anggota nya, Halcyon, juga melakukan hal yang sama.
"Ehhh... Mukanya mirip gua anying!" Aiden berseru.
"Gak cuma dia. Anggota nya juga," timpal Yuhwa tak jauh dari keberadaan Aiden.
"Singkirkan tangan sampah anda dari pakaian saya, dasar keparat!"
Guido terhempas begitu Thanarus menepis lengan nya dengan kuat sehingga membuat tubuh Guido terhuyung ke belakang beberapa langkah.
"Sudah saya beri peringatan bertahun-tahun, tapi anda masih berpendirian tidak mau mengakui. Tidak menyangka kan kalau saya akan mengambil keputusan seperti tadi?"
"T-tolong.. saya mohon jangan hancurkan negara saya..." Mohon Guido dengan nada lirih.
"Negara anda yang mana? Anda tidak pantas memiliki negara manapun. Lebih bagus jika negara Django saya hancurkan dan saya jadikan sebagai bagian dari dunia saya," ucap Thanarus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRD
FantasyKota Arriba kacau akibat ulah dari pemimpin dunia parallel. Namun, siapa sangka kalau semua perbuatan ini di picu bukan karena pemimpin dunia parallel itu saja. _______________________________________ 𝗮𝘁𝘁𝗲𝗻𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗮𝗿𝗲𝗮 ⚠️ Harsh words ⚠️Moh...