CHAPTER 19

35 9 0
                                    

Suara dentingan logam terdengar di seluruh penjuru ruangan. Hari ini, giliran gedung A yang mendapat sesi makan siang di gedung peristirahatan. Letaknya berada di tengah-tengah gedung K sampai gedung Z dan gedung 4 sampai gedung 7. Para pekerja sebenarnya selalu di bagikan makanan saat bekerja agar mereka bisa makan di tempat saat jam istirahat di mulai.

Tapi ada masanya juga mereka akan makan di ruang istirahat bersama-sama sesuai dengan kelompok yang sudah di jadwalkan hari apa mereka bisa makan di ruangan tersebut. Tadinya Yuhwa satu meja dengan Harras. Namun seperti dugaan nya, Harras pindah tempat ke meja lain. Ujung-ujungnya Yuhwa makan tanpa bisa melaksanakan aksinya untuk membujuk Harras.

Karena disini Yuhwa terlihat miris, tidak ada satu pun yang berbicara dengan nya, maka Yuhwa lah yang akan bergerak untuk bertanya ini itu. Siapa tahu bisa menambah relasi dan Yuhwa mendapat informasi baru tentang tempat perbudakan ini.

"Uh.. Boleh gue ikut gabung?"

Para laki-laki yang tengah berbincang satu sama lain langsung menoleh ke arah Yuhwa. Melihat tampang laki-laki yang satu ini sepertinya tidak masalah jika di ajak untuk bergabung dalam obrolan mereka.

"Oh iya silahkan."

"Kenalin, nama gue Yuhwa."

Yang duduk paling dekat dengan Yuhwa tersenyum seraya mengulurkan tangan dan mulai memperkenalkan diri. "Gue Ragen. Ini temen-temen kelompok gue. Ada Jayden, Hansu, Kendra, Brigael, Mada dan yang terakhir Suwar."

Dapat Yuhwa perhatikan tampang-tampang kelompok ini yang baru saja di perkenalkan kepada Yuhwa. Jayden si pemilik wajah datar, Hansu si dingin tipe yang tidak suka banyak bicara, Kendra si paling ceria, Brigael si pemilik tatapan tajam, Ragen yang punya sisi lembut namun tegas, Mada yang kelihatan nya dapat di percaya dan Suwar si paling ceria sama seperti Kendra.

"Ngomong-ngomong kalian dari kota mana?" Tanya Yuhwa.

"Kenapa lo nanya gitu? Udah pasti semua pekerja disini dari kota Arriba," jawab Brigael dengan tatapan nyalang nan tajam nya itu.

"Hah?"

"Kenapa kaget? Emang lo bukan dari kota Arriba?" Suwar yang kini bertanya balik pada Yuhwa.

"Um.. Gue dari kota Outlaw tapi lagi menetap di kota Arriba karena masalah pekerjaan. Terus gue di bawa kesini sama mereka," jawab Yuhwa. Disini Yuhwa benar-benar butuh jawaban kenapa hanya ada penduduk kota Arriba yang bekerja. Padahal banyak juga penduduk yang berasal dari kota Arriba ikut terbawa ke dunia parallel ini.

Lalu, kemana semuanya pergi?

"Berarti lo nanti gak bakal kerja lagi, Hwa. Nasib lo bakal mengenaskan," celetuk Hansu membuyarkan lamunan Yuhwa. Lelaki ini terlihat dingin dan pendiam, tetapi kalimatnya sukses membuat Yuhwa sedikit terhenyak.

"Maksudnya apa?"

"Dari jaman dulu ketua bawa orang dari kota Arriba ke dunianya, mereka yang bukan asli kota Arriba bakal di seleksi ulang. Tapi ketua bakal ngasih kesempatan mereka buat kerja selama 1 bulan. Lepas dari 1 bulan lo bakal di bawa penjaga keluar dari tempat ini buat ke ruangan seleksi," kata Jayden menyahuti.

"Tujuan di—maksud gue, ketua, apa sampe penduduk yang bukan dari kota Arriba bakal di seleksi ulang?" Tanya Yuhwa. Ia harus mengetahui hal ini. Tapi sepertinya, ini adalah hal buruk.

"Ketua sengaja seleksi orang-orang yang bukan asli kota Arriba. Mereka bakal langsung di siksa dan di bunuh di ruang seleksi. Tujuannya, karena penduduk yang bukan dari kota Arriba gak punya skill serupa kayak penduduk yang emang beneran asli dari kota Arriba," jelas Hansu.

"Skill mereka lemah," tambah Mada seraya tertawa kecil.

"Udah tau kan cerita soal kota Arriba?" Brigael kembali bersuara. "Kota Arriba penduduknya pinter-pinter. Ketua cuma butuh orang-orang yang punya tingkat kepintaran dan logika yang tinggi biar alat-alat di dunia nya semakin canggih dan gak ada yang gagal satu pun," ucap Brigael menjelaskan.

[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang