Ini adalah hari terakhir mereka memberitahukan rencana kepada penduduk di kota Arriba karena besok adalah hari dimana mereka akan menjalankan segala rencana yang sudah tersusun rapi. Bahkan, Yusa yang berada di dunia parallel itu juga sudah siap menunggu kehadiran Yuhwa sesuai skenario pertama.
Untuk kesepakatan cara mereka bersikap dan berkomunikasi tentunya sudah aman. Cukup untuk menghapalkan sandi-sandi morse dan mereka juga menjalankan tes guna memperlancar ingatan mereka tentang sandi morse.
Mereka cukup terbantu dengan adanya Marlo yang ternyata dulunya Ia adalah mantan anak pramuka dengan julukan 'raja sandi morse' karena dahulu Marlo cukup cepat dalam memahami materi tersebut. Walau di awal Marlo sempat ragu karena kemampuannya sudah tidak pernah di asah, tapi pada akhirnya lelaki tengil itu langsung percaya diri ketika perlahan-lahan Ia bisa kembali menguasai sandi morse yang Ia pelajari.
"Kalian udah selesai ngasih tau ke yang lain?" Tanya Aiden saat Gail dan Sandreas kembali menghampirinya.
"Udah. Tadi gue juga sempet ketemu Yuhwa di persimpangan jalan. Kayaknya dia juga udah selesai," jawab Sandreas.
"Alanta, Marlo sama Arya gimana?"
"Mereka chat gue katanya masih belom selesai," kini Gail yang menjawabnya.
"Gue selesai," kata Yuhwa, setengah berlari agar lebih cepat sampai. "Dimana yang lain?"
"Belom beres mereka. Kita tunggu aja disini," usul Sandreas.
⋆ ࣪⎙ » A᥅᥅ιზα : ‹ ᭡
Arya mempersiapkan makan malam untuk hari ini. Arya juga meminta teman-temannya untuk bermalam di rumahnya. Setelah masakan sudah benar-benar siap, Arya menyajikan masakannya di atas meja makan lalu mempersilahkan yang lain untuk segera menyantap hidangan.
"Semoga aja rencana kita berjalan dengan lancar ya," kata Marlo seraya menyendok tempe orek dan meletakan tempe tersebut di atas piring.
Yang lain mengangguk akan ucapan Marlo. Besok, tepatnya pada pukul 5 pagi, seluruh penduduk di kota Arriba mulai memencar dan bersembunyi untuk memantau dimana portal miliknya muncul sesuai arahan yang sudah diberikan.
Kemudian Yuhwa akan bersiap untuk bertemu dengan dia di lapangan besar. Sementara Aiden, Marlo, Gail, Alanta, Sandreas dan Arya, mereka akan berkumpul di satu titik—disebuah toko kelontong sebagai tempat persembunyian mereka—dan akan bergegas pergi menuju lokasi menggunakan mobil saat Alanta mendapat kabar dari Tania selaku tetangga Esa yang sebelumnya sempat di mintai nomor telepon oleh Gail.
Itu adalah rencana pertama dari Alanta. Apabila rencana pertama berhasil, maka mereka bisa masuk ke tahap selanjutnya. Di lain sisi, Yuhwa akan menunggu kedatangannya di lapangan besar sampai dia benar-benar hadir.
"Hwa, lo udah siap?" Aiden bertanya di sela-sela aktifitas makannya.
Yang ditanya mengangguk, "Gue udah siap. Ya... Masih gak percaya sih sama hal ini. Mungkin gue bakal tetep ngira kalo dia ini sebenernya orang," jawab Yuhwa yang masih tetap berada pada pendiriannya—tetap tidak percaya dengan dunia parallel.
"Mworago? Ya! Neomu baboya," cibir Aiden dengan bahasa asingnya itu sambil memukul pelan bagian kepala belakang Yuhwa.
"Stop gunain bahasa korea lo itu, Aiden. Gue gak paham anjay."
Aiden terkekeh. "Udah saatnya lo tuh di suruh percaya soal ginian. Lo tuh aneh tau gak. Di antara kita, cuma lo yang sampe detik ini gak percaya sama dunia parallel," ucap Aiden.
Yuhwa merotasikan bola mata dengan malas, "Kalian semua tuh yang aneh. Orang waras mana yang bakal percaya dunia fiksi?" Balas Yuhwa yang tak mau kalah.
"Lo kenapa batu banget sih? Emang susah buat percaya bentar doang?"
"Menurut lo? Jangan maksa gue buat percaya tentang dunia fiksi. Kalo kalian emang mau percaya ya silahkan, tapi jangan ajak-ajak gue. Lagian gue juga ngelakuin ini karena gue ngerasa peduli buat bantu orang apalagi orang itu temen gue sendiri. Bukan buat percaya sama hal begituan."
Entah mengapa mendengar itu membuat perasaan Aiden menjadi sensitif dan mendadak jengkel dengan Yuhwa. Dengan sangat mengejutkan, Aiden bangkit hingga kursi yang Ia duduki terjatuh cukup kencang, membuat kelima orang disana yang tengah berbincang santai sambil menyantap makanan mereka terperanjat.
"Ileol ttaen pyeonghaengsegyeleul han beonjjeum mid-eul su eobsnayo? Aaa, shibal... Geu salam-i hangugmal-eul moshandaneun geol kkamppaghaessne..." Aiden menghembuskan napas sebelum akhirnya kembali melanjutkan kalimatnya.
(Disaat kayak gini lo gak bisa kah percaya sama dunia paralel sekali aja? Ah bodoh.. gue lupa kalo dia gak bisa bahasa korea...)
"Gini ya Hwa.. Ini situasi genting. Sekarang, lo bener-bener di hadapin sama situasi nyata. Bukan situasi di dalem cerita fiksi! Gue tau lo emang gak percaya sama dunia parallel. Tapi bisa kan? Lo buka mata lo sekarang buat percaya. Gue gak minta selamanya lo harus percaya. Gue cuma minta lo percaya ini buat sementara. Biar misi kita gak kehambat cuma karena satu orang doang yang keras kepala karena rasa gak percayanya kayak lo."
Selesai mengucapkan hal itu, Aiden langsung pergi meninggalkan meja makan. Ia memilih untuk masuk ke dalam kamar yang sudah di sediakan oleh Arya dan menguncinya rapat-rapat. Sungguh, Aiden benar-benar sangat kesal dengan Yuhwa.
Yuhwa yang masih bungkam bersama dengan teman-teman yang lain itu hanya bisa menatap kekosongan kursi yang sebelumnya Aiden tempatkan. Baru pertama kali Yuhwa melihat Aiden semarah ini kepadanya.
Sandreas yang duduk di sebelah kanan Yuhwa mengulurkan tangan guna menepuk bahu laki-laki itu, berupaya untuk menenangkan.
"Ekhem.." deham Alanta. "Maaf. Tapi apa yang Aiden bilang barusan bener. Situasi yang lagi kita hadapin sekarang itu nyata, Hwa. Walaupun lo gak percaya tentang dunia parallel, tapi buat saat ini coba buat percaya aja walau terpaksa. Kalo kita sampe ada kejadian begini kita bakalan lebih susah buat nyelesain masalah karena bingung mikirin masalah baru," ujarnya.
Marlo mengangguk ribut, "Gue juga setuju. Maaf banget ya Hwa tapi buat kali ini lo yang harus turunin tingkat ketidakpercayaan lo itu sama dunia parallel. Oke mungkin dunia itu adalah dunia fiksi bagi lo. Tapi ya... Liat aja sekarang. Yusa beneran ilang dibawa ke dunia mereka. Bahkan lo sendiri yang baca chat nya langsung kalo dia beneran ada disana kan? Tapi bisa-bisanya lo masih pertahanin ketidakpercayaan lo itu. Egois," ketus Marlo di akhir kalimat. Dia juga ikut panas karena terbawa suasana.
"Mending gue tidur. Gak mood lagi gue lanjutin makan."
Yang lain hanya bisa diam melihat kepergian Marlo termasuk Yuhwa. Yuhwa mengusap wajahnya dengan kasar. Apa mungkin Ia memang harus percaya untuk sementara waktu? Lagi pula Ia juga tidak bermaksud untuk bersikap egois.
"Udah.. Mending sekarang beresin piring kotor terus istirahat. Besok kita harus bangun pagi," himbau Arya berusaha memecah keheningan.
Satu persatu dari mereka mulai beranjak dari duduk, mengangkat gelas serta piring kotor lalu berjalan menuju dapur. Gail yang masih berada disana bersama Yuhwa menepuk bahu laki-laki itu sebelum akhirnya ikut bergabung dengan yang lain di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ARRIBA : DISTRUCTION OF THE CITY & THE BLUE BIRD
FantasíaKota Arriba kacau akibat ulah dari pemimpin dunia parallel. Namun, siapa sangka kalau semua perbuatan ini di picu bukan karena pemimpin dunia parallel itu saja. _______________________________________ 𝗮𝘁𝘁𝗲𝗻𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗮𝗿𝗲𝗮 ⚠️ Harsh words ⚠️Moh...