21. Death

819 87 5
                                    

Haii, siapa yang kangen aku??

Aku baru selesai makan jadi ngga pusing, ide nya banyak jadi mari kita up.

By the way jangan lupa vote HWHWHWH pliss deh :((

Let's go top 1 Winter, lagi top 2 ini nurun soalnya :(

Kalian suka Winrina? Don't forget to press that vote button! ❤

Back to the story,

– Astara >3

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________

Satu per satu tetesan darah jatuh ke lutut Winter secara perlahan. Tangannya yang halus bagaikan salju sudah terpenuhi oleh luka lebam dan sayatan beberapa bulan terakhir ini.

Sekolah yang seharusnya menjadi tempat ter aman Winter karena terletak jauh dari keluarganya sendiri, sekarang menjadi hal yang paling Winter takuti setelah keluarganya sendiri.

Rambutnya yang kembali rusak karena ulah tikus tikus itu membuat Winter semakin minder untuk keluar dari zona nyaman nya, kelas. Ia takut kalau ia akan bertemu dengan banyak orang jahat di luar sana, seperti Alya.

Namun sepertinya keberuntungan tidak ada di sisinya, Winter harus kembali satu kelas dengan Alya di kelas 11 kali ini.

Alya meludah ke Winter lalu berjalan keluar kelas dengan ekspresi tertawa bersama teman temannya, Winter hanya mengendus pelan lalu kembali fokus ke kelas yang berantakan. Alya dan Winter satu sesi piket, namun Alya tidak pernah piket dan malah sering merusak kelas sebelum pulang agar Winter lebih lelah.

Winter mengambil beberapa lembar tisu di meja guru lalu mengelap mejanya yang ternodai karena darah dari tubuh lemah itu sendiri, dan beberapa coretan spidol dengan namanya di mana mana.

Ew, pembunuh! Ga heran mamanya ninggalin!

Lo kok ga mati bgst minimal cacat

Muka ky mayat apa ga jadi mayat sekalian?

Bapak lo ganteng anaknya jalang

"Ga ada hubungan nya," Winter menghapus kata kata terakhir yang berhubungan dengan 'jalang' itu.

Beberapa kertas sudah ia sapu bersama dengan debu dan sampah sampah lainnya, ia menahan jidatnya yang hampir sobek dengan beberapa kertas agar darah merah itu tidak jatuh ke baju putih bersih miliknya.

Beberapa menit hingga jam telah usai, Winter duduk di kursi sembari melihat jam yang terus bergerak. Kelas masih kotor dan tidak rapih, namun fakta bahwa tangannya sudah sangat lelah membuat Winter mau tidak mau ber istirahat.

Meja guru terletak di sebelah balkon sekolah yang luas, Winter menghitung detik di jam karena ia tidak tau kegiatan apa yang harus ia lakukan di istirahat kali ini, karena ponsel miliknya telah tenggelam karena ulah Alya.

Chill Kill - WinrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang