19. I won't blind, yes dad?

823 96 2
                                    

HAII aku minta maaf banget pls karena kemaren aku ngga up :o

Aku ngga up kemaren karena lagi sibuk banget,

"Minggu sibuk apa?"

Sibuk mencintai yang tidak nyata, eaa~

Bercandaaaa, aku emang lagi banyak jadwal aja, btw readers ngurang :(

Jangan lupa vote! Aha, love you all

– Astara >3

______________________________________

"Aku baru tau hantu bisa berubah rubah mood nya? Eh, aku pernah jadi hantu ya?" Ucap Winter kepada Karina yang sedang duduk di sampingnya.

Angin malam dari atas rumah Winter menusuk tulang Winter, bulan sabit yang indah serta ratusan bintang dan beberapa yang berjatuhan adalah tontonan Winter dan Karina malam ini.

Perlahan, beberapa rintik hujan turun, namun Winter tidak peduli dan memilih untuk fokus mengamati bulan, lalu Karina hanya menatap indahnya Winter pada malam hari.

Mata Winter mulai berkaca kaca, Karina mendekatkan tangannya ke pipi Winter, mengusap tangisan itu perlahan, Winter yang menyadari itu langsung berbalik ke arah Karina dengan cepat,

"Hm?" Lirih Winter kepada Karina.

"Jangan kebanyakan nangis, nanti mukanya jadi jelek." Lanjut Karina,

"To the point banget." Winter menatap sinis Karina yang sedang tertawa, lalu Winter tertawa balik sambil memegang tangan Karina yang dingin serta pucat tersebut.

Gadis itu mengendus nafas kasar, lalu kembali menghitung bintang bersama Karina di atas rumah 5 tingkat tersebut. Karina bilang kalau ia terlalu bodoh untuk percaya dengan Giselle, lalu ia meminta maaf kepada Winter.

Winter sendiri belum mengerti apa dalang dari drama ini, namun ia berpikir untuk bersifat dewasa dan melupakan semua ini, toh Karina memang baik, menurut Winter.

"Winter," Panggil Karina di sendunya malam yang gelap namun indah tersebut,

"Ya, kak?" Ucap Winter yang masih fokus kepada langit yang gelap dan biru,

"Kalau kamu bukan indigo lagi, terus ga bisa liat aku gimana?" Ucap Karina secara tiba tiba membuat Winter yang tadinya fokus kepada langit kembali lagi ke wajah cantik Karina.

"Aku sebenarnya ada dua pilihan buat relain kamu sih kak. Tapi aku pilih pilihan ke dua, yaitu menyelesaikan dendam kamu, bukan stop menjadi indigo." Ucap Winter secara tiba tiba, matanya kembali berkaca kaca.

"Maksud kamu?" Lirih Karina.

"Aku ngerti kak, kamu pasti punya hubungan sama aku, kamu tinggal sebut apa itu kak, aku janji aku bakal temenin kamu sampe kamu tenang." Ucap Winter lalu memeluk Karina,

"Hawanya dingin, Winter ngga suka, kak." Lanjut Winter.

Karina diam mematung tidak membalas pelukan hangat tersebut, ia menatap Winter lalu beberapa tetes air mata berjatuhan dari mata indah itu ke pipi pucat gadis itu, lalu terakhir jatuh ke baju tebal Winter yang berfungsi agar ia tidak terlalu kedinginan.

"Kalau syarat agar aku tenang adalah membunuhmu, Win?" Batin Karina yang mencoba agar tetap kuat.

"Makasih Win, kamu baik-"

"Dunia yang jahat." Lanjut Winter melengkapi kata kata Karina lalu tidur di paha Karina yang empuk, sudah beberapa kali Winter tidur di atas paha ini?

"Nanti kamu temenin Kakak ya," Ucap Karina secara tiba tiba.

"Kemana kak?" Lanjut Winter yang sedang berguling guling di paha Karina yang terlihat empuk.

"Kata kamu, mau bantu kaka supaya tenang kan? Kalau gitu kita mulai dari tahap satu," Ucap Karina,

Mengingat dialog yang di berikan oleh Giselle.

"Oke kak, besok ya? Aku ngantuk banget, kita hitung bintang bareng bareng aja mumpung belum hujan deras." Ucap Winter.

Karina secara tiba tiba memeluk Winter dengan erat yang membuat Winter terbangun dari aksi tidur tidurannya di paha yang empuk ini, Winter memeluk Karina balik lalu mereka menghitung bintang bersama.

"Pas kakak masih hidup, kakak takut petir ga?" Ucap Winter,

"Takut, takut banget malahan. Kaya kamu, penakut." Karina tertawa receh lalu di susuli oleh Winter.

Perlahan, air hujan mulai turun dengan deras membasahi permukaan atap rumah Winter yang sangat lias tersebut, segera Winter dan Karina berpegangan tangan untuk kembali kedalam rumah Winter, lalu Karina menggunakan mode tembus pandang.

"Awh- Ayah?" Lirih Winter tiba tiba melihat Anton dan beberapa ART serta orang berbaju biru muda yang tersusun rapih di belakang Ayahnya Winter membuat Winter terkaget.

"Kenapa ini?" Winter yang menyadari bahwa ada ambulance di depan rumah miliknya pun membuatnya lebih terkaget lagi, ia ingin meminta pertolongan Karina namun Karina hilang.

"Ning Ning, kecelakaan, mau tidak mau berikan matamu kepada dia!" Anton menyeret Winter yang berteriak histeris dengan kencang, beberapa orang mulai ikut menarik paksa Winter.

"Ayah! Pikir dua kali, ini permanen Ayah, jangan yah! Winter udah cukuk tersakiti, jangan lagi.." Lirih Winter dengan mata berkaca kaca tapi tidak ada yang mendengarkan kata kata dari Winter tersebut.

"Ya anak saya juga bakal cacat permanen jika kamu tidak mendonorkan!" Anton mulai marah, mukanya memerah dan berkeringat sambil menarik tangan Winter lalu mulai berjalan ke ambulance.

"Aku juga anak Ayah! Aw!" Winter di dorong ke dalam mobil ambulance, matanya mulai menjatuhkan air mata namun itu hilang karena air hujan yang membasahi pipinya dengan keras.

Perlahan, semuanya memburam.

Saat memburam, Winter berteriak histeris.

Lalu..

Semuanya hitam.

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________

Selamat malam! Awh

Besok part nya bakal panjang,

Btw ini batre ku sekarat guys :(

Dada, singkat ajaa

– Astara >3

❤❤❤

Chill Kill - WinrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang