Part: 04√

4.6K 273 3
                                    

Perjalanan menuju tujuan mereka berdua sangat sunyi. Tak satupun dari Leon dan Mita ingin berbicara dan keduanya hanya tenggelam dalam pemikiran yang mendalam.

"Sampai." Ucap Leon saat mereka kini berada didepan sebuah kafe.

"Sekarang, mana uangku, keparat?" Tanya gadis manis itu

"Oh, benar. Aktingmu bagus sekali tadi, jalang sial." Balas Leon menyeringai padanya sambil melemparkan kantong yang berisi uang kepada Mita.

"Tapi lain kali, jangan terlalu lancang padaku. Biarkan aku yang melakukan interaksi fisik. Rasanya menjijikkan." Kata Leon hanya berpura-pura tersedak untuk menekankan bagian yang menjijikkan.

"Tutup mulutmu, sial. Tidakkah kamu melihat betapa bodoh dan mudahnya orang tuamu percaya pada kita? Dan ibumu! Ajari dia cara mengamati orang secara halus!" Ucap Mita memikirkan tentang ibu tiri Leon.

Leon hanya terkekeh mendengarnya.

Leon dan Mita merupakan teman baik saat Leon masih tinggal di Indonesia dulu (Sebelum Leon meninggalkan Indonesia) Koneksi mereka terputus untuk waktu yang lama tetapi terhubung kembali tiga bulan lalu karena seorang teman.

"Ngomong-ngomong, adikmu--" Mita langsung dipotong oleh Leon dengan tegas berkata, "Saudara tiri." dan Leon memelototinya, memutar mata dengan malas dan Mita melanjutkan, "Sangat cantik. Pertahankan anak itu."

Dan setelah itu, Mita pun pergi.

Mita sadar kalau Leon terobsesi dengan saudara tirinya. Itu bukanlah cinta seperti yang selalu dikatakan Leon pada mereka senua, mereka bisa melihat dan merasakannya tapi tak satupun dari mereka yang membuat Leon menyadarinya. Karena mereka tahu apa yang bisa dilakukan Leon. Dan mereka pasti tahu bahwa Leon tidak akan membiarkan mereka tahu jika mereka mulai menanyainya.

Hubungannya dengan Mita hanyalah bagian dari rencananya. Meskipun Leon telah menghilang selama tujuh tahun, dia sangat mengenal orang tuanya-- terutama ibu tirinya.

Memiliki Mita sebagai pacarnya akan membuat segalanya lebih mudah baginya, orang tuanya tidak terlalu curiga kalau dia masih mencintai Kenny, dan tak ada yang akan tahu.

Leon sudah menyalakan mesin mobilnya lagi dan memutuskan untuk langsung menuju rumah teman-temannya.

Tak lama kemudian, Leon sampai dirumah temannya dan disambut oleh mereka berlima yang berkumpul di ruang tamu, sambil duduk di sofa.

"Hei, Leon!" Rey adalah orang pertama yang melihatnya.

Semua menyapa dan menyambutnya, begitu pula Leon.

"Apakah rencanamu berhasil?" Tanya Kim saat Leon duduk di sofa tunggal.

"Sial, bang." Leon menyeringai.

"Dasar brengsek, kamu benar-benar jatuh cinta pada adikmu, ya?" Sindiran sarkasme yang terselip dalam suara Adit tidak di sadari-- atau bisa dibilang di abaikan oleh Leon.

"Tentu saja, Adit. Dan, itu saudara TIRI-ku, sialan." Katanya lagi-lagi menekankan kata tiri.

"Kau sudah banyak mengumpat, Leon..." Ucap Rey dengan nada memarahinya. Leon hanya nyengir.

Jefri memasuki ruang tamu dengan membawa nampan bir kaleng di ikuti oleh Jimy yang memegang seikat keripik dipelukannya.

"Ini..." Ucap Jefri sambil melemparkan bir kaleng ke samping Leon.

"Aku mau ke kamarku. Ada yang mau kuperiksa." Leon menyeringai sambil berjalan ke kamarnya, tidak menunggu jawaban apapun karena ia tahu kalau teman sudah tahu apa itu.

"Cantik sekali..." Mata Leon menatap tajam keindahan di balik layar tabletnya. Dengan kepalanya bersandar dikursi, empat kancing pertama kemeja hitamnya terbuka memperlihatkan dadanya yang keras dan kakinya yang disilangkan, dia duduk dikursi putar dengan kedua tangannya saling sandaran sambil memperhatikan semua tindakan yang dilakukan oleh seorang yang tidak mengerti apa-apa dibalik layar tabletnya.

"Cantik sekali." Kata Leon sekali lagi terkikik ringan ketika ia melihat tanpa pelana dan dada Kenny dari berbagai sudut di layarnya. Kenny sedang mengganti pakaiannya.

Leon melewatkan makan siangnya agar dia bisa melihat apa yang dilakukan si cantik Kennynya.

Orang tuanya, dan tentu saja Kenny, tidak menyadari semua kamera mengawasi semua tindakan mereka bertiga. Kamera ditempatkan di seluruh rumah mereka, dan ia bahkan melihat *ehem* hal paling menjijikkan yang dilakukan orang tuanya.

Namun fokusnya tertuju pada sayangnya yang kini sudah berpakaian lengkap. Tidak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa Kenny memang sebuah karya seni indah. Dia sangat halus.

2 Jam Sudah Berlalu.

Dan Leon masih mengawasinya dengan memegang bir di tangannya. Dia memperhatikan bagaimana Kenny membersihkan tubuhnya dan cara dia menyentuh dirinya sendiri.

Leon membayangkan dirinya menyentuh tubuh lengkung Kenny dengan tangannya.

Leon menggigit bibir bawahnya melihat Kenny selesai di kamar mandi. Kegembiraan berakhir bagi Leon, namun telapak tangannya lengket dan basah karena air mani putihnya setelah ia keluar. Namun, Leon bertanya-tanya apa yang dilakukan Kenny dengan ponselnya hingga membuatnya tersipu dan terkikik.

"Kenapa kamu terlihat sangat bahagia sayangku?" Gumam Leon pelan, merasa tidak nyaman dengan cara Kenny melihat layar ponselnya.

Alis Leon berkerut karena penasaran dan tangannya mengepal tidak menyukai senyuman laki-laki cantik itu.

"Leon istirahat sekarang. Semuanya sudah tidur, kamu juga harus tidur!!" Terdengar suara dari luar dan ketukan dipintu tiba-tiba membuyarkan pikiran buruknya tentang adik tirinya.

"Baiklah, bang." Desah Leon sambil melihat kembali ke monitor layar.



-TBC-

Kok seram ya😄

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang