Part: 13√

2.1K 175 6
                                    

Jangan lupa di nonton video di atas👆

____

Lona benar, Leon tidak bisa fokus pada satu hal jika sedang kesal. Kenny sedang berada dikamarnya, dan ia dirumahnya atau temannya.

Leon sedang duduk dikursi sambil memegang sebotol bir. Dia begitu merasa terbuang hingga ia tidak bisa memikirkan apapun meskipun ia sedang menonton gerakan Kenny di layar ip besar.

"Jika kamu berhenti minum, aku mungkin akan memberitahumu sesuatu yang aku yakin kamu akan tertarik." Tiba-tiba suara Adit muncul dari dibelakangnya tanpa ia menyadari lelaki itu masuk ke dalam kamarnya.

"Aku sedang tidak mood untuk bicara sekarang." Leon hanya menjawab dan mengambil kaleng bir lain.

"Apakah kamu yakin? Padahal itu tentang adek cantikmu?" Tanya Adit terkekeh, bersandar didinding dan memainkan korek api dengan melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali.

Leon mempererat cengkeramannya
pada kaleng bir saat mendengarnya.

"Apa maksudmu?" Leon meminta jawab dan minum lagi.

Adit menyeringai, mengambil kursi lain dan meletakkannya di samping pemuda itu lalu ia duduk dikursi dan menyalakan rokoknya lagi.

"Aku melihat ada mata-mata, aku yakin itu mata-mata ibu tirimu karena dia terus memanggil orang itu nyonya. Dia pasti menceritakan sesuatu kepada saudara tirimu, itu sebabnya dia bereaksi seperti tadi." Ucap Adit sambil mengepulkan rokok di antara bibirnya.

"Wanita tua itu lagi, lagi-lagi dia." Gerutu Leon sambil meremukkan kaleng bir ditangannya.

"Kapan kau berencana membunuhnya? Kita sudah menunda tanggal itu untuknya." Desah Adit sambil bermain-main dengan asap rokoknya.

"Aku hanya mencari waktu yang tepat. Dia tetap ibunya Kenny, aku harus berhati-hati." Jawabnya sambil menyandarkan kepalanya dikursi belakang.

"Tapi dia mengganggu rencanamu dan itu memakan waktu terlalu lama, hubunganmu dengan adek tirimu itu bisa jadi semakin kacau." Ujar Adit.

"Aku tidak peduli itu, aku harus menangani Kenny dulu." Gerutu Leon.

"Baiklah, jika itu yang kamu katakan, aku akan pergi sekarang. Semoga beruntung, bro." Kata Adit lalu berdiri dan menepuk bahu Leon sebelum meninggalkan ruangan ini.



"Sudah 3 hari putramu tidak pulang. Tahukah kamu kemana dia pergi?" Tanya Lona sambil makan.

"Dia tidak mengatakan apapun padaku." Kata Joon menghela nafas.

"Bagaimana denganmu, apakah kamu pernah melihatnya, Kenny?" Tanya Joon dan melirik ke arah laki-laki cantik didepannya.

"Entahlah." Jawab Kenny tanpa memandangnya.

"Kalian bertengkar? Dia tidak pernah seperti ini saat kalian berdua bertengkar." Kata Joon, bertanya namun, laki-laki cantik itu tidak menjawabnya dan hanya memakan makanannya saja.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu padanya? Mungkin karena pacarnya." Kata Lona memutar matanya memalas.

"Baru teringat masa kecil mereka berdua, Leon seperti ini saat berdebat dengan Kenny." Kata Joon beralasan.

"Aku sudah selesai, aku pergi sekarang!" Tiba-tiba, Kenny berdiri dan meninggalkan meja makan.

Kenny keluar dari rumah dengan mengenakan jaket coklat yang dipadukan dengan celana longgar abu-abu dan sepatu putih.

Kenny melihat Leon diluar rumah mereka menutup pintu mobilnya, Leon mengenakan hoodie abu-abu yang dipadukan dengan jeans hitam.

"Kak..." Ucap Kenny dan
mencengkeram tangan Leon.

"Ada apa?" Sang kakak menjawabnya sambil menghela nafas.

"Kenapa kamu tidak muncul berapa hari ini? Mama dan papa sedang mencarimu." Tanya Kenny sambil menggigit bibir bawahnya.

"Aku pergi mengunjungi pacarku." Kata Leon hanya menjawab sambil melihat ponselnya.

"Tapi aku merindukanmu, kak." Gumam Kenny sambil menatap Leon.

"Merindukanku? Kenapa? Apakah kamu dan pacarmu bertengkar lagi?" Cibir Leon dan menyilangkan tangan.

"Kenapa? Apakah kamu akan membunuhnya? Kalau begitu lakukanlah." Kata Kenny memberanikan diri.

"Dia bukan masalahku lagi, aku disini hanya ingin memberitahu papa bahwa aku akan tinggal bersama pacarku beberapa hari kedepannya." Kata Leon menyeringai.

"Jadi, kamu akan merawatnya, jadi aku?" Tanya Kenny sambil mengepalkan tinjunya.

"Ya, dia adalah pasanganku dan dia memahamiku dengan baik. Dan kamu juga punya kehidupanmu sendiri, kamu bilang padaku untuk tidak mengganggumu, kan?" Kata Leon terkekeh sambil berderit.

"Setidaknya kamu harus menjawab panggilan dan pesanku." Gumam Kenny tak suka dan entah kenapa, air matanya mengalir.

"Kenapa? Apa aku harus melakukan itu? Aku yakin kamu akan bahagia bersama pacarmu dan kamu telah memilih dia." Kata Leon membalas dengan nada mengejek.

"Ta-tapi aku mengkhawatirkanmu, kak. Kaka selalu menjawab panggilan dan pesanku hanya dalam hitungan detik. A-aku tidak percaya kaka bisa mengabaikanku begitu lama." Kata Kenny terisak.

"Kenny, aku sudah cukup dewasa, aku bisa menangani diriku sendiri. Lagi pula, aku tidak butuh kekhawatiranmu, kamu seharusnya mengkhawatirkan pacarmu, bukan aku." Balas Leon tersenyum dan melepaskan tangan Kenny dari tangannya.

"S-sejak kapan aku tidak boleh mengkhawatirkanmu, kak?! Apa kaka begitu marah padaku? Kenapa kaka mencoba mengungkit-ungkit pacarku disini? Tidak bisakah kita membicarakan tentang kita saja?" Teriak Kenny sambil mengepalkan tangannya.

"Sejak hari kamu memutuskan untuk bersamanya. Aku tidak tahu kenapa kamu jadi seperti ini, aku hanya saudaramu, tidak, kita bahkan bukan saudara kandung. Tidak ada apa-apa di antara kita berdua dan aku tidak perlu lagi untuk berbicara denganmu." Kata Leon tertawa kecil dan berjalan namun Kenny memeluknya dari belakang.

"Maaf, kak. Aku tahu kaka hanya marah makanya kaka seperti ini tapi aku benar-benar minta maaf. Tapi tolong, jangan membenciku, kak. Aku sakit kalau kaka memperlakukanku seperti ini. Tolong maafkan aku, kak." Ucap Kenny menangis di bahu Leon, mengeratkan pelukannya di pinggang sang kakak.

"Kamu harus membiasakannya mulai sekarang. Mulai hari ini, aku bukan kakakmu lagi. Kita bukan saudara dan kita hanya akan menjadi orang asing satu sama lain." Ucap Leon melepaskan pelukan Kenny sekali lagi. Lalu ia berjalan pergi meninggalkan laki-laki cantik yang menangis dan memanggil namanya.

"A-aku minta maaf, kak." Teriaknya sambil berlutut.

Leon mendongak dan melihat ibu tirinya, Lona berdiri di atap, mengawasi mereka berdua sepanjang waktu sambil memegang segalas anggur merah.

Lona menyeringai dan mengangkat gelas anggur merahnya ke Leon, menikmati apa yang baru saja ia tonton.



-TBC-

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang