Part: 05√

4.4K 217 5
                                    

Hari ini hari minggu dan Kenny akan berkencan dengan pacarnya, Billy.

Orang tuanya tahu tentang hubungannya dan Billy. Karena Kenny berada di usia yang tepat untuk pacaran, orang tuanya menyetujuinya hubungan Kenny dan Billy, namun tetap tegas pada Kenny dan Billy. Orang tuanya sadar bahwa Kenny gay dan tidak sulit bagi mereka untuk menerima seksualitasnya karena apapun itu mereka tetep mendukungnya.

Kenny mengenakan baju kardigan berpanel kecil bermotif Nemo, sepatu converse vintage Hollywood, dan jeans dengan ikat pinggang putih.

Kenny terkikik sambil melihat dirinya di cermin, ia puas dengan penampilannya.

Kenny mendengar teleponnya berdering mengetahui bahwa pacarnya sudah mengirim pesan kepadanya.

"Mah, pah aku harus pergi! Billy sudah menunggu diluar!" Ucap Kenny sambil berjalan ke bawah.

"Baiklah, Kenny. Nikmati kencanmu dan bersenang-senanglah." Jawab Lona didapur.

Lalu Kenny pun meninggalkan mansionnya, ia melambaikan tangannya agar Billy melihatnya.

"Hai, sayang! Apakah kamu siap untuk pergi?" Tanya Billy tersenyum meliahatnya dan tangannya meraih pinggang Kenny.

"Ya, aku siap." Jawabnya sambil berdiri didepan kekasihnya yang memegang pinggangnya.

"Aku senang mendengarnya, masuklah ke dalam mobil. Aku akan membawamu ke tempat yang aku yakin kamu akan menyukainya." Ucap Billy dengan mencium pipinya Kenny dan membukakan pintu mobil untuknya.

Kenny terkikik dan masuk ke dalam mobil dengan tangan Billy di atas kepalanya memastikan kepalanya tak terbentur. Lalu Billy pun masuk ke dalam mobilnya juga.

"Sayang, yuk pergi." ucap Billy menyalakan mobilnya.



Leon tiba di mansion keluarganya, ia melompat keluar dari mobil Porsche hitamnya.

"Hai, pah, selamat siang." Sapa Leon dengan senyuman di wajahnya ketika ia masuk ke dalam mansion.

"Selamat siang nak, apakah kamu sudah makan?" Jawab Joon lalu berdiri dari tempat duduknya untuk berjalan ke depan Leon.

"Ya, sudah pah!" Jawab Leon dan matanya menatap ke arah ibu tirinya yang memotong ayam kampung.

"Bagus." Ucap Joon memotong keheningan yang canggung.

"Di mana Kenny?" Tanya Leon menyadari bahwa dia tidak melihat keberadaan Kenny.

"Mita? Apa kabar dia?" Tanya Lona segera membalas dengan seringai terpampang di wajahnya.

"Maksudku, baby Kenny, dimana dia?" Jawab Leon memaksakan senyum palsunya dan mengusap bagian belakang lehernya. Tangannya gatal untuk meraih leher ibu tirinya itu dan ingin membunuhnya.

"Kamu tidak perlu memanggil Kenny 'Baby' karena itu akan aneh bagi pacarmu. Dia mungkin akan salah paham nantinya." Ucap Lona menyeringai.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang itu mah. Dia sudah tahu bagaimana aku memperlakukan Kenny sebagai adik babyku." Ucap Leon namun batinnya berkata lain, dan bersabar untuk tidak melakukan apapun pada ibu tirinya.

"Tapi kamu tidak perlu memanggilnya seperti itu juga. Mita adalah babymu yang baru, lagipula, Kenny bukan lagi anak-anak. Dia sudah dewasa dan juga...dia ada yang punya sekarang." Cibir Lona.

"Apa maksudmu dengan ada yang punya?" Tanya Leon, wajahnya tadi yang tersenyum berubah jadi tidak menyukai bagaimana Lona mencibir padanya. Tangan Leon mengepal.

"Sudah ayo ki--" Kata Joon hendak meredakan ketegangan di antara mereka bertiga tapi dia di sela ketika pintu terbuka.

'Ini akan menjadi hari menyenangkan' Pikir Lona sambil nyengir dalam benaknya.

"Oh, kalian berdua sudah selesai? Kalian berdua setidaknya harus bersenang-senang. Ini masih siang kenapa sudah pulang." Ucap Lona lalu memeluk Kenny.

"Selamat siang tante, sebenarnya Kenny ingin melanjutkan kencan kita disini agar aku bisa dekat denganmu, ibu dan ayahnya." Ucap Billy dengan malu-malu menjawab sambil mengusap bagian belakang lehernya.

"Menggemaskan sekali, kamu tidak perlu malu-malu, kamu adalah PACAR-nya Kenny. Jangan merasa tidak nyaman bersama kami." Kata Lona terkikik menekankan kata 'pacar' hingga membuat Leon kesal.

"Siapa dia?" Tanya Leon mencoba mengklarifikasi apa yang didengarnya.

Leon memelototi Billy sambil mengatupkan rahangnya.

"Dia adalah Riu Billy, pacarku kak." Kata Kenny memperkenalkan pacarnya dengan terlihat rona merah dipipinya yang cukup membuat Leon kesal.

Lona menyeringai melihat betapa kakunya Leon. Dia tahu Leon akan bereaksi seperti itu.

"Bukankah Kenny terlalu muda untuk menjalin hubungan? Dia belum menyelesaikan kuliahnya." Kata Leon sambil menatap ibu tirinya.

"Kenapa kamu terlihat kesal dan tidak suka, Leon? Apa kamu tidak mendukung mereka berdua? Kenny bahagia bersama Billy. Jangan terlalu overprotektif, sudah kubilang, adikmu sudah dewasa sekarang. Seharusnya kamu bahagia, hmm?" Lona menyeringai dan membisikkan kata 'adik' tepat di telinga Leon. Lalu Lona menepuk punggungnya Leon dan berdiri di samping Billy.

"Bukankah mereka cocok satu sama lain? Maksudku, mereka terlihat seperti pasangan yang sempurna. Bukankah begitu?" Ucap Lona melihat Leon, terhibur dengan reaksinya.

Leon kesal melihat Kenny menjadi malu dan bingung sendiri.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku?" Tanya Leon sambil tersenyum tenang.

Leon tahu ibu tirinya akan terhibur
jika ia bereaksi sekarang.

"Kaka, aku lupa, aku minta maaf. Kemarin, aku mau memberitahumu hal ini tapi kamu pergi." Ucap Kenny cemberut sambil memainkan jari-jarinya.

Leon memutar lidahnya dipipi bagian dalam, kesal dengan situasi ini.

"Bagaimana kamu bisa melupakan hal itu? Bukankah aku begitu penting bagimu?" Tanya Leon sambil memegang kedua tangan Kenny.

"Maaf kak, lain kali aku akan menceritakan semuanya padamu. Aku janji." Kenny tersenyum menatap Leon.

"Oke, aku akan melupakan hal ini. Kenny tahu, aku tidak bisa marah padamu." Kata Leon kembali tersenyum dengan memegang punggung tangan Kenny dan melihat reaksi ibu tirinya.

"Terima-kasih, kaka." Kenny terkikik sambil memeluknya.

Leon memelototi Billy yang merasa tak nyaman sementara ibunya tersenyum lebar.

"Sepertinya semuanya baik-baik saja sekarang, ayo lanjutkan obrolan kita diruang makan. Aku akan menyiapkan makanan untuk kita." Kata Lona terkikik dan berjalan ke dapur.

Kenny menghela nafas lega dan mengikuti ibunya. Billy hendak mengikuti mereka juga tapi Leon meraih kerah bajunya.

"Jangan berani-berani kamu menyakitinya, jika itu terjadi kamu akan kubunuh." Ucap Leon memperingatkannya dengan wajah seriusnya.

"Kamu tidak perlu khawatir, aku akan melindunginya apapun yang terjadi." Kata Billy tersenyum.

"Bagus, ingin itu." Balas Leon sambil mendorongnya menjauh. Lalu Billy pergi meninggalkannya, "Brengsek." Kata Leon lagi memutar bola matanya dengan kesal.



-TBC-

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang