Part: 12√

2.1K 150 13
                                    


"Saya sudah melakukan apa yang nyonya Alveron suruh, saya yakin dia akan menyadari semuanya."

"Apa kamu yakin akan hal itu?"

"Ya, nyonya Alveron, saya bisa melihatnya, sangat mudah untuk membodohinya."

"Senang mendengarnya, terus lakukan itu dan jika memungkinkan, coba pisahkan mereka dan aku akan membayarmu lebih."

"Saya bisa, nyonya Alveron. Saya berangkat sekarang, saya harus masuk kelas."

"Oke, teruskan kerjamu dengan bagus, Marilyn." Kata Lona menyeringai dan meminum anggur merahnya. Dia menikmati apa yang terjadi. Akhirnya, ia bisa memisahkan Leon dan Kenny.



Laki-laki cantik itu tenggelam dalam pikirannya, ia masih memikirkan apa yang Marilyn katakan padanya dan dia berjalan di lorong tanpa memikirkan orang-orang yang ia tabrak. Marilyn benar dengan apa yang dia katakan, itulah yang ada dalam pikirannya.

"Kenny!" Kenny mendengar suara pacarnya, Billy, memanggilnya. Dia melihat ke depannya dan melihatnya.

"Apakah kamu baik-baik saja? Kamu hampir menabrak siswa lain tadi." Kata Billy dengan cemas.

Namun, Billy terkejut saat laki-laki cantik itu memeluknya erat. Dia hendak bertanya pada Kenny tapi ia mendengar si cantik menangis dibahunya. Dan dia pun memeluknya kembali dan membelai punggungnya.

"Seharusnya aku mendengarkanmu. Ini tidak akan terjadi jika aku menyadari semuanya dari awal." Ucap Kenny sambil terisak.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi kamu bisa menangis sepuasnya." Balas Billy mencium bagian atas kepala laki-laki itu.

Billy menyembunyikan wajah Kenny di pundaknya agar Kenny tak bisa melihat para siswa-siswi berjalan dan menatapnya dengan aneh.

"Apa yang terjadi, Kenny?" Tiba-tiba, suara Leon muncul dari belakangnya.

Dia menarik diri dari pelukan Billy dan berbalik untuk melihat Leon.

"Apa yang kamu lakukan padanya?!" Tanya Leon menggeram, tangannya mengepal. Dia hendak menyerang Billy tapi Kenny menghalanginya, dan menatapnya dengan mata sembab.

"D-dia tidak melakukan apa-apa, kak, dia hanya menghiburku." Kata Kenny sambil menggigit bibir bawahnya. Leon jadi bingung sekaligus terkejut dengan tindakan Kenny.

"Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu? Siapa yang membuatmu menangis?" Tanya Leon mencoba mengendalikan rasa cemburunya.

"A-aku tidak mau memberitahumu, kak." Balasan yang di benci dan tak disangka oleh Leon keluar dari mulut Kenny.

"Apa?" Tanya Leon sambil menggerutu.

"Sudah kubilang, aku tidak ingin memberitahumu!!" Balas Kenny meninggikan suaranya.

"Ayo kita bicara ini di tempat lain, Kenny. Ayo ikuti aku." Ucap Leon sambil memegang tangan Kenny namun laki-laki cantik itu menyentakkannya.

"Aku tidak mau, kita tidak perlu bicara." Kata Kenny bersikeras memelototinya.

"Apa aku melakukan kesalahan padamu? Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku?" tanya Leon dengan bingung.

"Kak tidak perlu tahu! Dia pacarku, aku boleh memeluknya, kan?" Tanya Kenny menggeram.

"Kenny, ayo pergi, kita perlu bi--" Ketika Leon mencoba untuk memegang tangan kanan Kenny, Kenny pun menjauh darinya.

"Untuk saat ini, aku tidak membutuhkanmu, kak. Aku ingin menghabiskan waktuku bersama pacarku jadi tolong, tinggalkan kita sendiri. Jangan ganggu kita!!" Teriak Kenny menarik perhatian siswa yang ada disini.

"Jangan mengganggumu? Akulah yang selalu melindungimu. Bagaimana kamu bisa kamu berkata bahwa aku mengganggumu? Kenapa kamu kembali padanya jika dia menyakitimu?!" Tanya Leon menggeram.

"Dia tidak menyakitiku, kak! Akulah yang salah paham padanya kemarin. Seharusnya aku meminta maaf atas apapun yang kukatakan padanya saat itu." Ucap Kenny membela pacarnya yang membuat kesal Leon.

"Dan sekarang akulah yang salah disini? Itukah yang ingin kamu katakan? Aku tidak percaya padamu, Kenny." Kata Leon terkekeh pahit.

"Tolong kak, tinggalkan aku. Biarkan aku melakukan apapun yang aku mau. Urus saja urusanmu sendiri." Kata Kenny dan berbalik tapi Leon meraih lengan kirinya.

"Kurasa kita perlu bicara, beri aku waktu untuk bicara denganmu. Tolong, Kenny." Kata Leon memohon.

"Apakah kamu tidak memahaminya, dia berkata biarkan dia sendiri dan dia tidak ingin berbicara denganmu. Jangan menekannya terus Leon." Ucap Billy sambil menatap Leon.

"Kenny, kamu mau pergi dengan siapa? Pilih dia atau aku." Ucap Leon sambil memelototinya. Dia yakin bahwa Kenny akan memilihnya.

"Maaf kak, tapi aku ingin pergi bersama Billy." Jawab Kenny tanpa memandangnya dan perlahan menarik tangannya dari genggaman kakaknya.

"Ayo pergi, Kenny." Ajak Billy sambil memegang lengan lain Kenny.

Billy menyeret pemuda cantik itu
bersamanya, meninggalkan Leon
yang kesal di lorong.

Leon mengatupkan rahangnya, ia tidak percaya Kenny meninggalkannya begitu saja dan memilih bajingan itu tanpa ragu sedikitpun. Tidak mungkin dia membiarkan kerja kerasnya jadi sia-sia. Leon melakukan segalanya untuk mendapatkan Kenny, dia tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja.

"Kamu milikku, hanya milikku." Kata Leon menggerutu pelan sementara tangannya mengepal. Leon menjulurkan lidahnya ke pipi bagian dalam dan menyibakkan rambutnya ke belakang dengan kesal.

Sementara itu, Marilyn menyeringai menonton mereka bertiga dan merekam seluruh adegannya tadi sambil berdiri dibelakang tiang di lorong kelas, dan mengirimkan video tersebut ke Lona untuk memastikan dia bisa menontonnya. Tiba-tiba, teleponnya berdering di sakunya, ia mengambilnya dan menjawabnya.

"Halo nyonya, apakah anda sudah menontonnya?" Cibirnya.

"Itulah yang aku tunggu-tunggu, bajingan kecil itu akhirnya marah." Kata Lona terkekeh.

"Sepertinya rencana kita berjalan lebih mudah dari perkiraanku." Kata Marilyn menyeringai.

"Tentu saja, anakku mudah di cuci otaknya dan sedikit bodoh. Aku tahu itu akan berhasil." Kata Lona tertawa sambil memegang wine-nya.

"Tidakkah menurutmu Leon tidak akan tahu hal ini?" Tanya Marilyn.

"Tidak mungkin dia tahu hal ini. Saat dia marah, dia hampir tidak fokus pada dirinya sendiri. Dan dia tidak akan tahu karena dia tidak punya saksi." Balas Lona dan meminum anggurnya.

"Anda bilang anda tidak begitu mengenalnya. Lebih baik anda waspada darinya, kita tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya." Kata Marilyn takut.

"Jangan khawatir, dia tidak akan bisa tahu hal ini. Percayalah padaku." Balas Lona meyakinkan dan duduk di kursi.

"Baiklah, aku tutup panggilan ini." Kata Marilyn.

"Dan jangan lupa untuk menghapus panggilan-panggilan ini dan nomorku." Kata Lona mengingatkannya.

"Aku mengerti, nyonya Alveron." Kata Marilyn dan mengakhiri panggilan ini.

Marilyn menghapus riwayat panggilannya dan pergi tanpa memperhatikan Adit dibelakangnya yang mendengarkannya sepanjang waktu sambil menghisap permen lolipopnya tersenyum jahat.



-TBC-

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang