Part: 08√

3K 178 12
                                    

Kenny terbangun karena kehangatan dari nafas kakaknya. Dia tidak mau bangun karena mungkin ia akan merindukan pelukan kakaknya kalau dia bangun. Tapi dia harus menghadiri kelasnya.

"Selamat pagi, kaka." Kenny menyapa dengan senyum terpampang di wajahnya.

"Selamat pagi, sayang. Apakah tidurmu nyenyak?" Tanya Leon sambil membelai pipi sang adik.

"Ya, aku rasa ini adalah tidur ternyenyakku karena kaka ada disini." Ucap Kenny terkekeh.

"Aku senang mendengarnya, sekarang bangunlah karena kamu akan masuk ke kelas hari." Kata Leon sambil bangun dari tempat tidur.

"Tapi kaka, aku ingin berpelukan denganmu." Rengek Kenny sambil memegang lengan.

"Aku juga ingin sekali, tapi kamu akan terlambat. Mungkin lain kali ya?" Kata Leon sambil mengecup kening Kenny dengan sayang.

Pemuda cantik itu menggerutu sambil duduk di tempat tidur.

"Kaka, jahat sekali."

Leon hanya terkekeh dan mengacak-acak rambut Kenny yang berantakan.

"Aku tahu, mandi dulu sana." Kata Leon.

"Oke." Jawab Kenny sambil menguap.

Leon meraih ponselnya dan pergi ke balkon untuk menerima telepon, "Halo, ya, kenapa kamu menelponku?" Tanya Leon sambil menyalakan rokoknya lalu ia memegang pagar di balkon.

"Aku sudah melakukan apa yang kamu suruh, kamu ingin menjadi guru di Universitas xxx, kan?"

"Benarkah? Baguslah, apa kamu yakin aku akan menjadi guru di kelas olahraga Kenny?" Tanya Leon sambil mengembuskan asap rokoknya ke atas.

"Aku yakin seratus persen."

"Terima kasih, bang Kim, aku akan menghubungimu lagi nanti." Balas Leon.

"Oke, sampai jumpa nanti."

Dan Leon mengakhiri panggilan lalu menjentikkan rokoknya, menelusuri ponselnya.

"Kak, sejak kapan kamu belajar merokok?" Suara polos dari belakang Leon berbicara.

Leon membuang rokoknya dan berbalik. Dia melihat Kenny mengenakan hoodie abu-abu dengan jaket denim di atasnya dan dipadukan dengan celana hitam longgar dengan sepatu putih.

"Saat aku tinggal di Amerika dan ini menjadi pereda stresku. Kenapa? Kamu bencinya? Aku akan berhenti kalau kamu tidak suka." Jawab Leon dengan tulus.

"Tidak usah kak, aku tidak keberatan. Aku hanya bertanya." Kata Kenny tersenyum.

"Apakah kamu mau pergi sekarang? Apakah ingin aku mengantarmu ke kampus?" Tanya Leon.

"Tidak usah kak, aku datang ke sini hanya untuk memberitahumu bahwa aku sudah selesai dan kaka boleh mandi sekarang. Pacarku akan mengantarku pergi dan dia ikut denganku." Jawab Kenny.

"Apakah kamu yakin? Aku akan pergi ke tempat yang sama denganmu, jadi kalau kam--" Ucap Leon terpotong.

"Jangan khawatir kak, Billy adalah supir yang baik untukku, dan dia sudah disini, menungguku. Jadi, aku harus pergi sekarang. Bye...kak Leon." Balas Kenny sambil mengecup pipinya Leon.

"Baiklah, sampai jumpa." Leon tersenyum sambil menepuk punggung Kenny.

Kenny menarik diri dan meninggalkan Leon sendirian di balkon. Leon memutar lidahnya dipipi bagian dalam, merasa kesal setiap kali adiknya menyebut pacarnya. Dia melihat Kenny mendekati orang yang disebut pacarnya itu.

Billy memperhatikannya dan tersenyum untuk menunjukkan rasa hormatnya pada Leon. Namun, Leon memutar matanya dan masuk ke dalam ruangan dengan menutup pintu.

"Sepertinya kakamu tidak menyukaiku." Gumam Billy sambil mengusap tengkuknya.

"Hah? Apa maksudmu?" Tanya Kenny dengan bingung.

"Dia hanya memutar matanya dengan malas ke arahku." Balas Billy.

"Mungkin kamu salah, kak tidak seperti itu." Kenny membela kakaknya.

"Mungkin, ayo kita pergi sekarang. Silakan masuk ke dalam mobil pangeranku tersayang." Ucap Billy hanya mengabaikan perasaannya, membukakan pintu mobil untuk Kenny dengan manja. Pemuda cantik itu masuk ke dalam mobil di samping kursi pengemudi sementara Billy mengikutinya dari sebelah dan masuk.

"Apa yang terjadi pada mama dan kakamu? Apa mereka baik-baik saja sekarang?" Tanya Billy sambil mengemudi.

"Tidak tahu, aku yakin itu akan memakan waktu lama sebelum semuanya baik-baik saja." Kata Kenny mendesah.

"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja." Kata Billy dengan memegang tangan Kenny.



Leon mengenakan t-shirt hitam berlogo Balenciaga dengan kemeja dan celana balon biru muda yang dipadukan dengan sepatu boots tempur dvs-3 ex.

Lalu Leon pun turun ke bawah, ia melihat orang tuanya ada diruang makan.

"Leon, maukah kamu bergabung dengan kita?" Tanya Joon.

"Terima-kasih, pah. Tapi aku harus pergi sekarang." Jawab Leon dan pergi ke arah pintu.

"Kamu yakin? Kita sudah menyiapkan makanan kesukaanmu, aku yakin kamu pasti merindukannya." Kata Joon.

"Papa benar, tapi aku benar akan terlambat. Mungkin lain kali." Kata Leon tersenyum dan meninggalkan rumah keluarganya.

"Sayang, kamu tidak perlu mengundangnya, dia akan makan jika dia lapar." Kata Lona sambil mengunyah makannya.

"Aku tahu kalian berdua bertengkar kemarin tapi bukan berarti kamu berhenti bersikap seperti ibunya padanya." Kata Joon.

"Dialah yang memulainya. Jika kamu melakukan sesuatu untuk memisahkan mereka berdua, ini tidak akan terjadi." Balas Lona.

"Kenapa kamu tidak bisa melihat kalau mereka punya hubungan sendiri-sendiri? Leon punya pacar dan Kenny juga punya pacar. Bukankah itu cukup bagimu?" Tanya Joon menghela nafas sambil memijat lehernya untuk mengendalikan amarah dan stresnya.

"Tidak, tidak sampai mereka berdua tinggal terpisahkan. Aku akan lega jika mereka tidak bersama, tapi selama mereka masih bersama, aku akan waspada pada mereka berdua." Bantah Lona.

"Leon juga anakmu, ya dia mungkin bukan anak kandungmu tapi tolong perlakukan dia sebagai anakmu juga. Kita selalu memikirkan Kenny tapi bagaimana dengan Leon? Bagaimana kamu bisa memahaminya jika kamu seperti ini padanya?" Tanya Joon lagi.

"Aku lelah, aku tidak ingin berdebat denganmu lagi." Gumam Lona sambil memukul meja dan meninggalkan ruang makan.



-TBC-

Jangan lupa di vote+komen ya🤗

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang