Part: 24√

2.3K 131 9
                                    

Author up lagi!✌

_____

Laki-laki berambut mint itu mendesis kesakitan karena sakit kepalanya. Dia tidak bisa menahan tangisnya dan memanggil kakaknya.

"K-kakak!" seru Kenny terisak saat merasakan kepalanya mau pecah.

"Sekarang kamu tahu apa yang akan terjadi setelah kamu minum." ucap Leon. Kenny mendengar suara sang kakak memarahinya.

"Sa-sakit kaka, ke-kepalaku sakit. M-mau pecah rasanya." Kata Kenny menangis dengan air mata yang terus berjatuhan.

Leon hanya menggelengkan kepalanya sambil meletakkan nampan makanan berisi obat pereda nyeri di atas laci. Dia duduk di tempat tidur di samping Kenny.

"Aku akan membantumu." ucap Leon, lulu dia menyelipkan tangannya di belakang leher Kenny, membantunya untuk duduk tetapi pemuda cantik itu terus merintih kesakitan.

"Berhentilah menangis, ini salahmu, kamu tidak boleh minum jika kamu tidak bisa menangani alkohol." ucap Leon memarahi Kenny yang masih menangis.

"I-itu salahmu." kata Kenny terisak sambil melotot ke arahnya.

"Dan bagaimana ini bisa jadi salahku?" tanya Leon sambil mendesah tak percaya.

"K-kamu tidak menjemputku, aku menunggumu tapi kamu tidak datang. A-aku marah." kata Kenny menangis lebih keras.

Leon memukul keningnya sendiri karena tahu ia tidak bisa memenangkan pertengkaran dengan yang lebih muda.

"Baiklah, ini salahku, sekarang tutup mulutmu. Berhentilah menangis dan aku akan memberimu obat pereda nyeri." ucap Leon menghela nafas mengambil nampan makanan. Kenny menyeka air matanya namun tetap terisak.

"Ini, ambil ini dan minum supnya untuk mengurangi mabukmu." ucap Leon dan Kenny meminum obat pereda nyerinya.

Kenny meminum obat penghilang rasa sakit dan menghela nafas.

"Anak baik, bersiaplah kamu harus menghadiri kelas hari ini." ucap Leon sambil mengacak-acak rambutnya Kenny.

"Tapi hyung, sepertinya aku tidak bisa menghadiri kelas, kepalaku sakit sekali." rengek Kenny sambil cemberut.

"Jangan membuat alasan apapun, nanti akan hilang juga." kata Leon meninggalkan ruangan.

Lalu laki-laki cantik itu menggerutu pelan, mengutuk kakaknya dengan suara kecil.



Setelah Malam Itu.

Kenny masih merasakan sakitnya, tapi sedikit. Entah kenapa, ia tidak tahu, punggungnya sakit dan sulit berjalan.

Kenny masih marah tapi dia tidak punya pilihan selain mengikuti sang kakak. Dia mengenakan sweter rajutan wafel leth Cappucino yang dipadukan dengan celana chino kepar katun meruncing dan atasan rendah converse chuck 70 buatan berat semuanya.

"Kamu sudah selesai? Ayo pergi sekarang." ucap Leon saat melihat pemuda cantik itu turun.

Kenny sedang melihat atau lebih mungkin memelototinya.

Dia mengenakan kaos lengan panjang berlogo yang dipadukan dengan celana jogger kotak-kotak dengan sepatu kets hip-hop.

"Jangan kesal, kudengar ujianmu akan datang jadi kamu tidak boleh melewatkan pelajaranmu." ucap Leon sambil memegang tangannya dan meluk punggungnya.

"Tapi aku masih kesakitan, kak. Punggungku sakit, badanku sakit semua." Kenny cemberut sambil menempel padanya.

"Aku akan membelikanmu permen, hmm." kata Leon mencoba menghibur pemuda cantik itu dan menciun kepalanya.

"Oke, tidak apa-apa."

Tiba-tiba, pemuda itu menjadi energik dan wajah cemberutnya berubah menjadi wajah tersenyum kotak yang cantik. Leon tertawa kecil dan mengecup kening Kenny.

"Kalau begitu, ayo berangkat sekarang sebelum aku berubah pikiran." kata Leon tersenyum sambil membawa Kenny bersamanya.



Lona sedang menunggu Kenny di Universitas. Dia tahu bahwa anak laki-lakinya itu tidak akan muncul dihadapannya sampai kapanpun.

Lona melihat mobil yang dikenalnya datang karena mengetahui itu adalah mobil Leon. Dia bersembunyi di balik mobilnya menunggu Leon pergi.

"Kenny!" panggil Lona pada anaknya. Tapi Kenny menghindarinya dan berjalan secepat yang ia bisa.

"Kenny, ayo kita bicara sayang. Ini penting." kata Lona sambil memegang tangannya.

Namun, Kenny melepaskan tangannya.

"Aku tidak mau, aku yakin ini tentang menghancurkan kaka lagi." balas Kenny sambil melotot ke arahnya.

"Kamu benar, tapi kali ini, aku punya bukti untuk membuktikan bahwa aku benar." ucap Lona dan menunjukkan alat perekam padanya.

"Apa itu?" tanya Kenny.

"Jika kamu mendengarkan ini, kamu akan percaya padaku. Leon mempunyai niat yang berbeda padamu. Apapun yang kamu dengarkan ini, itu semua keluar dari mulutnya." kata Lona dan memberikan alat perekam itu padanya.

Kenny melirik alat perekam itu yang bentuk pena di telapak tangan ibunya dan kembali pada Lona, ibunya.

"Tolong, pikirkanlah. Aku tahu kamu tidak terlalu mempercayaiku tapi tolong kali ini, percayalah padaku. Kamu akan mengerti kenapa aku melakukan ini. Kembali ke mansion keluarga kita nak. Aku akan menunggumu di sana." gumam Lona dengan mata berkaca-kaca dan mengecup keningnya. Lalu dia meninggalkan Kenny yang bingung dangan penasarannya.

Sementara itu Leon mendengarkan seluruh percakapan mereka dengan alat pendengar yang dia masukkan ke dalam tas Kenny tadi.

"Dia pintar." kata Leon terkekeh masih duduk didalam mobil.

Leon tidak percaya Lona cukup pintar untuk merencanakan hal seperti itu.

"Semuanya jadi rumit, kamu pantas mati." gumam Leon pelan, nyengir. Lalu Leon menyalakan mesin mobilnya dan pergi.



-TBC-

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang