Part: 06√

3.8K 225 4
                                    

Billy bercerita beberapa identitasnya dengan orang tuanya Leon dan Kenny.

Kenny dan Billy duduk di samping satu sama lain sementara Leon berada di samping orang tuanya.

"Kenny, kamu memilih pria yang luar biasa. Aku pikir dia yang cocok untukmu. Akan lebih baik jika kalian berdua menikah." Kata Lona sebagai godaan.

"Bukankah itu terlalu dini untuk Kenny, dia terlalu muda untuk menikah." Ucap Leon mengganggu ucapan ibu tirinya.

"Kenapa tidak? Maksudku, kita bisa membeli surat pernikahan untuk mereka berdua." Jawab Lona dengan serius.

Leon memandang ibu tirinya atau lebih tepatnya, menatapnya.

"Mah, bukankah pikirmu bisa membuat mereka berdua tidak nyaman? Bagaimana mama bisa berpikir membeli surat pernikahan mereka, jika mereka berdua belum sepenuhnya saling kenal." Balas Leon kesal.

"Apakah kamu tidak suka itu? Jangan khawatir anakku, aku juga akan menata pernikahanmu dan Mita nantinya jadi kamu tidak perlu iri sayang." Ucap Lona menyeringai.

"Jangan menyeret aku dan Mita, kita sedang membicarakan Kenny disini. Pernikahan bukanlah sebuah lelucon, mah. Ini adalah topik serius yang kita bicarakan." Kata Leon bersikeras.

"Tapi Kenny sekarang sudah dewasa, kenapa kamu selalu memutuskan untuknya? Aku bisa mengerti kenapa kamu dulu terlalu protektif padanya tapi sekarang, dia sudah dewasa. Billy bisa menjaganya." Ucap Lona polos.

"Menurutku itu bukanlah ide yang baik jika kalian berdua berdebat di depan tamu dan acara makan kita. Itu tidak sopan, kita bisa membahasnya nanti, ok." Kata Joon menyela mereka berdua dan dia menyadari betapa tegangnya ketegangan diruang makan saat ini.

"Tidak ada salahnya jika aku memutuskan untuk anakku, aku adalah mamanya dan aku tahu apa yang baik untuk anakku. Aku tidak tahu kalau pendapatku selalu salah." Jawab Lona sebagai korban.

"Dan sebagai kakak laki-laki Kenny, aku harus melindunginya. Aku tidak bisa begitu saja mempercayai seseorang demi Kenny. Bagaimana jika pada akhirnya, bagijingan ini akan menyakiti Kenny? Apa yang akan kamu lakukan, hm?!!" Seru Leon menggerutu sambil mengertakkan giginya geram.

"Cukup! Hentikan itu, jika kalian berdua terus bertengkar, tinggalkan saja rumah ini!" Kata Joon dengan kesal memukul meja.

"Kalau begitu bicaralah pada istrimu, menurutku dia sedang tidak waras. Dia sangat ingin segera menikahkan Kenny." Leon berdiri dari tempat duduknya, dan meninggalkan ruang makan ini.

Lona meraih handuk dipangkuannya dan menyeka mulutnya dengan bersi.

"Aku tidak mengerti anakmu, tolong disiplinkan dia dan suruh dia berhenti bertingkah seolah-olah dia mengenal anakku dengan baik." Ucap Lona sambil mulai makannya dan menggelengkan kepalanya.

"Mama, kaka tidak salah disini. Aku mengerti apa yang ingin kaka katakan. Pernikahan, kami belum memikirkannya. Kaka benar, masih terlalu dini untukku. Aku juga akan kesal jika aku berada di posisi kaka Leon, situasinya juga sama." Gumam Kenny sambil memainkan jari-jarinya dipangkuannya.

"Omong kosong." Gerutu Lona yang kesal. Dia berdiri dan meninggalkan ruang makan juga. Kenny tak bisa menahan air matanya yang jatuh.

"Tidak apa-apa Kenny, jangan pedulikan mamamu. Kurasa dia sedang tidak mood makanya dia terus mengoceh. Aku akan bicara padanya." Kata Joon meyakinkan Kenny dan membelai kepala Kenny dan menepuk bahunya.

"Billy, tolong jaga anakku." Kata Joon dan menatap laki-laki itu.

"Baik om, aku akan menjaganya." Balas Billy tersenyum menanggapinya.

Joon pergi mengikuti istrinya ke atas.

"Ayo kita keluar, Kenny. Kamu butuh udara segar." Ajak Billy.

"Oke." Jawab singkat Kenny sambil menyeka air matanya.

Billy berdiri, dia membantu Kenny berdiri dan memegang tangannya. Mereka berdua pun pergi ke luar mansion untuk menenangkan diri setelah berdebat kecil terjadi.



"Apa yang terjadi, Leon? Kenapa kamu ada disini?" Tanya Jimy.

Jimy duduk di sampingnya sambil memegang segelas bir di tangan kanannya. Dia hanya mengenakan kemeja kasual tipis longgar berwarna putih yang dipadukan dengan celana robek dan sepatu hitam.

Mereka semua berada di klub hanya untuk melepaskan stres atau bersenang-senang setelah hari yang melelahkan.

"Tidak bisakah aku berada disini?" Ejek Leon.

"Sepertinya suasana hatimu sedang buruk malam ini, apa yang terjadi? Apakah ini tentang saudara tirimu lagi?" Tanya Jimy sambil menyeringai.

"Aku tidak begitu paham kenapa wanita itu begitu berhasrat ingin menikahkan Kenny." Ucap Leon sambil menghela nafas dan menjulurkan lidahnya ke pipi bagian dalamnya.

"Tidakkah menurutmu dia tidak menyukaimu? Itu tebakkanku, dia ingin adik tirimu bersama seseorang agar Kenny bisa tinggal jauh darimu, bukan begitu?" Kata Jimy sambil menenggak segelas birnya.

"Kalau memang itu niatnya, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa bersamanya lagi, aku tidak bisa jauh darinya lagi." Gumam Leon meminum birnya dalam sekali teguk. Cengkeraman tangannya pada kaca semakin erat, dan urat nadinya terlihat seolah-olah ia bisa memecahkan kaca ditangannya.

"Tenanglah, Leon, kenapa kita tidak bersenang-senang disini sebentar? Klub seharusnya bisa membantumu melepaskan stresmu." Kata Jimy nyengir, dia meletakkan tangannya di bahu Leon.

"Lihat ke sana, mereka ngiler melihatmu. Kenapa kamu tidak mengajaknya bersenang-senang? Aku yakin kamu akan sedikit senang." Ucap Jimy menyeringai jahat.

Leon melirik ke arah sekelompok gadis yang melambaikan tangan dan menjilat bibir dengan menggoda.

"Tidak tertarik, tidak ada satupun yang mirip dengan Kenny. Aku yakin mereka semua tidak bisa memuaskanku." Leon menolaknya dan memutar mata dengan malas.

"Ayolah, aku tahu mereka tidak mirip dengan Kenny tapi kamu bisa menggunakannya untuk sementara waktu. Sulit untukku mencari yang mirip seperti Kenny." Kata Jimy dengan mengerutkan kening.

"Aku tak mau membuang waktuku, memandangnya saja membuatku muak, bagaimana mereka bisa memuaskanku? Baunya tidak seperti wanginya Kenny." Ucap Leon menyeringai.

"Kau tidak menyenangkan, aku hanya berusaha menghiburmu. Kenapa tidak ada satupun yang tidak berhasil? Menyebalkan sekali." Kata Jimy menghela nafas kekalahan dan merosotkan bahunya.

Tiba-tiba Leon merasakan ponselnya bergetar di sakunya. Dia menariknya keluar. Seringai terpampang di wajahnya melihat ID penelepon Kenny muncul diponselnya.



-TBC-

Leon vs Billy? Ayo pilih gays🤭

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang