Part: 17√

2K 153 15
                                    

"Kita sudah sampai." Ucap Leon melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil untuk membukakan pintu mobil untuk Kenny.

Kenny ucap, "Terima kasih." sambil memegang lengan Leon dan keluar dari mobil. Mereka masuk ke dalam tapi mereka berdua berpisah.

"Kamu bersamanya lagi." Suara seorang pria yang familiar terdengar di belakang Kenny.

"Memangnya kenapa kalau aku bersamanya? Itu bukan masalahmu." Kata Kenny mengejek dan terus berjalan.

"Kupikir kamu menyadari ada sesuatu pada dirinya, kan? Tentang perasaannya." Kata Billy mengikutinya.

"Aku tak peduli soal itu! Urus, urusanmu sendiri! Sudah kubilang, dia sudah punya pacar!" Kata Kenny berteriak sambil berbalik dan tangannya mengepal.

"Jika itu masalahnya, katakan padaku, apakah kamu sudah memberitahunya apa yang terjadi padamu disini ketika dia pergi?" Tanya Billy membawa topik sensitif. Lalu dia berjalan mendekati Kenny dan memegang bahunya.

"Itu yang selalu kamu ceritakan padaku ta-tapi kamu tidak pernah melakukan apapun untuk melindungiku!" Seru Kenny menangis.

"Itu karena kamu tidak percaya padaku." Kata Billy.

"Aku percaya padamu! Aku tidak memberitahu kaka karena aku menunggumu melakukan sesuatu tapi kamu gagal lagi! Kamu gagal melindungiku lagi!" Teriak Kenny sambil menyeka air matanya dengan punggung tangannya.

"Beri aku satu kesempatan untuk membuktikan padamu bahwa aku bisa melindungimu dan aku juga berharga bagimu, Kenny!" Kata Billy.

"Berapa banyak peluang yang kamu butuhkan? Aku sudah selesai denganmu! Kamu tidak layak untuk ditangisi! Ayo kita putus, aku sudah tidak membutuhkanmu lagi!" Teriak Kenny dan lari dari Billy. Tangan Billy mengepal, melihat ke arah Kenny.

"Kau akan menyesali ini, Kenny." Gerutu Billy pelan. Dia meninggalkan lorong tapi tak mengikuti kemana Kenny pergi, malah ia pergi ke arah lain.



Lona berada di ruangan interogasi.
Dia sedang duduk di kursi dengan polisi detektif didepannya. Dia terus menggerakkan jarinya di atas meja, gugup memikirkan pertanyaan apa yang akan diajukan padanya.

"Nyonya Lona, anda adalah CEO perusahaan itu, iyakan? Apakah anda mengenal korban?"

"...saya tidak kenal dia." Kata Lona berbohong sambil mengalihkan pandangan dari detektif itu.

"Nyonya Lona, lebih baik anda bekerja sama dengan kami. Tolong beritahu kami apa yang sebenarnya terjadi."

"Dia mata-mata saya." Kata Lona mengakuinya.

"Memata-matai siapa?"

"Untuk memata-matai anak tiri saya, Leon." Ucap Lona.

"Untuk apa?"

"Untuk memisahkan dia dan putra kandung saya, Kenny." Kata Lona dengan gugup.

"Apa yang anda maksud dengan, memisahkan? Nyonya Lona?"

"A-anak tiri saya, dia menyukai anak kandungku, Kenny. Tidak, lebih tepatnya, dia terobsesi pada anak saya dan saya takut apa yang bisa dia lakukan pada anak saya." Kata Lona sambil menggigit bibir bawahnya.

"Bagaimana menurut anda
dia bisa terobsesi?"

"Kami membawa Leon ke rumah sakit jiwa saat itu dan kami memisahkannya dengan anak kandung saya Kenny karena dia tidak ingin Kenny berteman dengan orang lain. Dan ketika dia kembali, keadaannya menjadi lebih buruk. Dia ingin mendapatkan putra saya dan bahkan menikah dengannya, tapi detektif, itu salahkan? Mereka bersaudara dan mereka tidak bisa bersama, kerena mereka saudara." Kata Lona

"Sejauh yang saya lihat, sepertinya putra anda adalah bagian dari kasus ini. Dia adalah target dan ada kemungkinan besar Leon menangkap wanita itu, membunuhnya dan memberikan mayatnya kepada anda sebagai ancamannya."

"Itu juga yang saya pikirkan, detektif, tolong selidiki juga anak tiriku itu, aku yakin dialah tersangkanya saat ini." Mohon Lona.

"Kami akan melakukan itu, kami akan menyelidikinya. Terima-kasih atas kerja sama anda nyonya Lona. Anda boleh pergi sekarang." Kata pak detektif.

Lona berdiri dan menundukkan kepalanya lalu pergi. Sebelum dia keluar dari ruangan ini ia menyeringai sambil menyeka air mata pura-puranya.



Leon sedang mengerjakan rencana kelasnya untuk kelas olahraga siswa. Dia agak stres dengan pelajaran itu.

"Tuan Leon."

Leon panggil oleh seseorang.
Dia memalingkan wajahnya ke suara itu dan melihat seorang laki-laki berusia 20-an.

"Ya, apa yang kamu butuhkan?" Jawabnya dengan bertanya.

"Adekmu, menangis diluar." Kata laki-laki itu dan Leon berdiri lalu keluar fakultas untuk menemui adiknya.

Leon melihat Kenny sedang duduk di lantai, punggungnya bersandar di dinding dan memeluk lututnya sambil menangis. Para siswa-siswi yang lewat memandangnya dengan bingung.

"Kenny, ada apa?" Tanya Leon sambil berlutut didepan Kenny.

Pemudah cantik itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan memeluknya.

"Apa yang telah terjadi?" Tanya Leon dengan cemas sambil membelai punggung pemuda itu.

"A-ayo kita pergi dari sini, kak. A-aku takut." Kata Kenny menangis di bahu Leon.

"Kenapa kamu seperti ini? Katakan padaku ada apa?!" Tanya Leon sambil meraih wajah Kenny agar dia melihatnya.

"Nggak mau, a-aku takut." Kata Kenny menangis semakin keras dan mencengkeram kemeja Leon kuat.

"Aku disini, tidak ada yang akan menyakitimu. Bicaralah sekarang, Kenny." Kata Leon meyakinkan pemuda cantik itu.

Tapi pemuda cantik itu menggelengkan kepalanya, bersikeras untuk tak mengatakan sesuatu yang membuat kakaknya marah.

"Apakah kamu ingin aku mengirimmu kembali ke mansion keluarga kita, ya?! Jika kamu hanya ingin menangis terus, kamu tidak boleh datang ke sini untuk mempermalukanku." Kata Leon mengerang. Dia berdiri tetapi Kenny menahan kaki kirinya.

"Pro-profesor Jo-Joseph." Kata pemuda itu tergagap saat mencoba mengatakan sesuatu.

"Apa yang dia lakukan padamu?" Tanya Leon, tangannya mengepal untuk mengendalikan amarahnya.

"D-dia m-mengancamku, d-dia bilang j-jika a-aku tidak melakukan hubungan seks dengannya, d-dia akan me-membunuhku. dan...sebarkan video palsu tentangku. D-dia bilang aku gay dan...menjijikkan." ucap Kenny sambil menangis, gemetar gugup.

Leon menggendong pemuda yang menangis itu dan menyembunyikan wajahnya di lekuk lehernya.

"Tidak apa-apa, kita pergi sekarang, berhentilah menangis, aku disini sekarang." Kata Leon menenangkan pemuda cantik dipelukannya ini.

Leon pun berjalan meninggalkan Universitas dan membuka pintu mobilnya. Dia memasukkan Kenny ke dalam mobilnya dan menutup pintunya. Sebelum dia masuk ke dalam juga, ia mengirim pesan pada seseorang lalu ia pun masuk dan menyalakan mesin mobil pergi.



-TBC-

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang