Part: 07√

3.2K 194 5
                                    

Leon keluar dari klub yang bising ini. Dia menyalakan korek api dan menyalakan rokoknya. Leon menggembungkannya ke atas, dan menjawab panggilan Kenny.

"Halo kaka." Suara yang dalam namun indah.

"Iya sayang, kenapa kamu menelponku?" Jawabnya sambil mengeluarkan rokoknya untuk menghembuskan asapnya.

"Apakah kamu akan pulang malam ini?" Tanya Kenny.

"Kurasa aku tidak bisa kembali sekarang, aku harus menenangkan diri sebentar." Ucap Leon menghela nafas sambil menggaruk keningnya dan menghisap kembali rokok itu.

"Tapi kaka, sejak kaka kembali, kaka tidak tidur di rumah. Apa kaka tidak mau tidur denganku lagi?" Tanya Kenny mengerutkan keningnya.

Bibir Leon berkedut ke atas mengetahui kalau adiknya pasti sedang cemberut.

"Tentu saja tidak, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Leon terkikik.

"Aku tidak bisa merasakan kehadiran kaka disini ketika aku bangun, kaka tidak ada disini bersamaku. Kurasa, kaka sangat benci bersamaku sekarang." Kata Kenny mendesah.

"Maafkan aku sayang, akhir-akhir ini aku sedang berkumpul dengan teman-temanku makanya aku jarang pulang." Kata Leon beralasan.

"Jadi, teman kaka lebih penting dariku? Kaka menyakiti perasaanku, kaka tidak peka!" Serunya, menghela nafas Kenny cemberut.

Leon memukul keningnya menyadari bahwa dia telah mengacau semuanya.

"Tidak, bukan begitu, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku minta maaf!" Seru Leon menegaskan berharap itu akan berhasil.

"Kalau begitu kembalilah ke sini sekarang, aku sudah merindukanmu." Ucap Kenny lebih cenderung memerintahkannya.

"Tapi sayang, aku dan mama sedang tidak baik malam ini. Aku ingin menenangkan diri setidaknya sedikit saja. Janji, besok, aku akan pulang."

Leon belum siap untuk menemui ibu tirinya karena jika dia melihatnya tidak bisa mengendalikan diri.

"Lihat, kaka punya banyak alasan untuk mengabaikanku. Katakan padaku, apakah kaka bersama pacarmu itu sebabnya kaka tidak bisa datang ke sini? Kaka bersamanya, kan?" Tanya Kenny menggerutu kesal.

"Kamu cemburu?" Tanya Leon menggodanya.

"Jadi, kenapa kalau aku cemburu? Kaka menghabiskan banyak waktumu bersamanya. Tidak bisakah aku cemburu?" Balas Kenny mendecakkan lidahnya dipipi bagian dalamnya.

"Kamu tidak perlu cemburu karena aku tidak bersamanya. Lagipula, kamu sudah punya pacar." Ucap Leon terkekeh.

"Tapi kaka, aku lebih menyukai kaka daripada dia. Aku belum siap untuk tidur dengannya meskipun dia pacarku. Aku tahu ini aneh tapi aku lebih nyaman bersamamu, jadi tolong, kemarilah sekarang." Ucap Kenny.

"Aku dan mama belum baikkan, bakal canggung kalau aku datang hari ini. Aku juga tidak ingin bertemu mama untuk sekarang." Menghela nafas, Leon melempar rokoknya ke lantai dan menginjaknya untuk mematikan asap.

"Mereka sudah tidur kaka, kaka tidak akan bertemu mama, jadi kumohon datanglah, kaka." Kenny memohon padanya.

"Sayang..."

"Baiklah, jangan datang, pergilah dan bersenang-senanglah dengan temanmu. Aku membencimu, kaka."

Dan panggilan itu diakhiri bahkan sebelum Leon bisa membalasnya. Leon mengangkat bahunya dan menyembunyikan ponselnya di kantong jalananya.

"Oi, Leon, kita berangkat sekarang? Kaka Rey sudah menunggu kita." Kata Jimy tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Aku tidak bisa hari ini, Kenny ngambek. Aku yakin dia tidak akan bicara padaku jika aku tidak pulang sekarang." Balas Leon sambil memijat lehernya.

"Hah? Tapi kau bilang kau bertengkar dengan ibunya. Apa kau tidak apa-apa bila bertemu ibunya?" Tanya Jimy dengan bingung.

"Aku tidak punya pilihan lain, Kenny akan semakin marah padaku." Jawab Leon.

"Baiklah, kaka Rey pasti akan kecewa tapi aku akan menjelaskan semuanya padanya." Jimy menghela nafas dan menepuk bahu Leon.

"Terima-kasih Jimy, sampai jumpa!" Seru Leon tersenyum saat berjalan mau masuk ke dalam mobilnya.

"Selamat tinggal!" Ucap Jimy.

Lalu Leon pun pergi dari klub.



Leon telah tiba di mansion keluarganya, memarkir mobilnya di garasi keluarganya, dan keluar. Saat ia masuk ke dalam, dia melihat Lona sedang duduk di sofa. Lona mengenakan gaun sutra putih dengan jubah putih di atasnya.

"Kamu kembali? Kukira tidak akan tidak akan kembali." Kata Lona memelototinya.

"Aku disini bukan untuk berdebat dengan mama. Aku disini demi Kenny." Jawab Leon mulai berjalan ke atas.

"Sebaiknya kamu menginap di rumah temanmu. Kenny akan baik-baik saja jika dia sendirian." Ucap Lona menuangkan anggur merah ke dalam gelas anggurnya.

"Dia yang memanggilku, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Dia bilang padaku bahwa dia ingin bersamaku." Kata Leon berjalan ke atas tapi berhenti di tangga ke-3.

"Kenapa kau tidak berkencan dengan pacarmu saja? Itu hal yang baik untukmu. Dan aku yakin, Kenny akan senang melihatnya. Dia sepertinya sangat menyukai kalau kau berpacaran. Kau tahu, kau sudah dewasa sekarang, kau seharusnya bisa tahu betapa anehnya tidur dengan adik laki-lakimu." Ucap Lona dengan meneguk anggur merahnya.

"Menurutku itu tidak salah, lagipula dialah yang menyarankannya. Mama mendengarkan obrolan kita, kan? Aku yakin kau mendengar bahwa dia lebih nyaman bersamaku. Dan jika kau punya masalah dengan itu, aku tidak akan melarangmu tapi apapun itu, aku akan melakukan apapun untuk Kenny."

"Aku pergi sekarang. Selamat malam, mamaku." Lanjut Leon tersenyum pada Lona dan berjalan ke atas. Dia dengan hati-hati masuk ke dalam kamar Kenny.

Pemuda itu mengenakan piyama berpasangan bergaris hitam putih dan punggung menghadap ke pintu. Leon terkikik, berbaring di samping Kenny, memeluknya dari belakang dan tangannya di atas perut Kenny.

"Kau terlambat kaka, aku sudah marah padamu." Kata Kenny mengerutkan keningnya.

"Benarkah? Jadi Kenny tidak akan memaafkan kaka?" Tanya Leon sambil terkikik.

Laki-laki imut itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban namun ia tersentak ketika Leon berdiri di atasnya dan menekankan tangannya di atas kepalanya.

"Kalau begitu aku akan menggelitikmu, hmm?" Tanya Leon sambil tersenyum sinis.

"Tidak! Jangan lakukan itu! Kaka tidak adil!" Rengek Kenny.

"Katakan, kamu memaafkan kaka sekarang dan aku tidak akan menggelitikmu lagi." Ucap Leon sambil terkekeh.

"Yahh! Baiklah, kaka sudah kumaafkan, dasar!" Jawab Kenny dengan kekalahan. Leon tertawa kecil lalu meraih kedua tangan Kenny.

"Maafkan aku soal tadi, aku tidak bermaksud membuatmu marah." Gumam Leon dan ibu jarinya menenangkan punggung tangan Kenny.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja sekarang karena kaka ada disini. Kaka tahu, aku mencintaimu kak, aku tidak bisa marah padamu terlalu lama." Kata Kenny tersenyum.

"Dan aku juga mencintaimu." Leon mengecup punggung tangan Kenny lembut.

"Kalau begitu, peluklah aku kak." kata Kenny sambil terkikik.

Leon mengubah posisi mereka, dengan Kenny di atasnya dan dia berbaring di tempat tidur.



-TBC-

Cinta seperti apa yang Kenny
punya untuk Leon?

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang