Part: 20√

2.7K 164 6
                                    

Leon pergi ke mansion setelah membawa Kenny ke kempusnya.

Yah, Leon akan berbicara dengan Lona, ibu Kenny tapi dia tidak akan memperbaiki apapun yang terjadi pada mereka berdua. Kenapa dia harus memperbaiki hubungan Kenny dan ibunya jika itu memang yang dia harapkan terjadi?

Itu lebih baik daripada memperbaikinya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Di mana Kenny?" Tanya Lona didepan Leon.

"Kenapa kamu mencarinya?" Leon bertanya kembali dan terkekeh sambil duduk di sofa.

"Apa yang kamu lakukan padanya sehingga membuatnya memilihmu? Apa kamu sudah cuci otaknya?!" Tanta Lona sambil meraih kerah baju Leon.

"Anda aku bisa memintanya untuk memilih salah satu dari kita tapi...pada akhirnya, dia akan memilihku tanpa harus ku suruh pilih. Kamu harusnya tahu itu." Kata Leon tersenyum.

Lona melepaskan kerah baju anak tirinya itu dan duduk di sofa di depan Leon.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Lona sekali lagi dan menuangkan wine ke gelasnya.

"Mah, aku disini untuk memberitahumu bahwa untuk pertama kalinya, aku sangat berterima-kasih padamu." Kata Leon tersenyum lagi.

"Apa yang kamu bicarakan?" Sekali lagi Lona tanya dengan bingung.

Leon juga menuangkan wine ke
dalam gelasnya dan mengambilnya.

"Yah, Kenny tinggal bersamaku sekarang karena mama. Dan aku sangat berterima-kasih untuk itu." Jawab Leon mengocok anggurnya.

"Begitu Ken tahu alasan sebenarmu kembali ke sini, dia pasti akan kembali ke rumah ini dan dia akan menyesal telah memilihmu." Balas Lona sambil mengepalkan tangannya pada gelas wine.

"Mama, kalau saja kamu setuju aku menikah dengan Kenny, ini tidak akan terjadi." Kata Leon terkekeh sambil meminum anggurnya.

"Apa kamu sudah gila, kenapa aku harus setuju denganmu?! Kamu dan Kenny itu bersaudara, itu inses!" Gerutu Lona.

"Tidak, bukan begitu, mama. Kami berdua tidak memiliki hubungan darah, hanya saudara tiri." Jawab Leon marah.

"Aku tak peduli, aku tidak akan membiarkanmu melakukan apapun padanya. Kamu tidak pantas mendapatkannya." Balas Lona sambil mengertakkan gigi dan marah juga.

"Kamu tidak perlu khawatir, aku dan Kenny bisa pergi ke negara lain dan hidup bersama sebagai satu keluarga. Itu tidak akan mempengaruhi bisnismu, mama. Percayalah." Kata Leon sambil nyengir.

"Tidak mungkin aku membiarkan hal itu terjadi, selagi aku masih hidup itu tidak akan terjadi, demi mayatku." Ucap Lona dengan nada biasa.

Leon meletakkan gelas anggurnya diatas meja, menyandarkan punggungnya di kursi belakang, dan menatap Lona.

"Apakah kamu yakin tentang itu? Selagi kamu masih hidup, dan demi mayatmu?" Tanya Leon menyeringai.

Entah kenapa, Lona menggigil ketakutan. Lona merasa Leon mengatakan sesuatu padanya.

"Tentu saja, aku akan melakukan apapun untuk melindunginya dan mendapatkan anakku kembali darimu." Jawab Lona sambil menatapnya dengan serius.

"Oke, mari kita lihat. Demi mayatmu, ya." Kata Leon terkekeh sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Yah, baiklah kalau itu yang kamu katakan. Aku akan menjaga Kenny dan bahkan mencoba membuatnya tidak berbicara lagi denganmu." Kata Leon dan meninggalkan mansion keluarganya.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi." Balas Lona menyeringai, ia mengambil alat perekam di atas meja dan memutarnya.

"Mari kita lihat siapa yang akan menang." Kata Lona lagi lalu menghela nafas dan meminum anggurnya, sambil mendengarkan rekamannya itu.



Pemuda cantik itu sedang meminum bir. Tadinya ia merasa penasarannya, tapi sekarang, ia menikmati minumnya. Kelasnya berakhir lebih awal dan ia sedikit marah karena Leon tidak datang menjemputnya.

"Lezat, enak--" Kata Kenny terkekeh mabuk sambil bergoyang di sekitar sofa dengan memegang botol bir.

"Dasar manis, manis sekali, hehehe..." Kenny terus menggumamkan kata yang tidak jelas sebelum dia duduk di sofa.

"Kenny, apakah kamu meminumnya?"

Pemuda mabuk itu melihat ke pintu, dan ia melihat seorang laki-laki berambut oranye datang ke arahnya.

"A-apa yang kamu-- jeruk oreng?" Tanya Kenny terkikik.

"Kamu mengacaukan semuanya." Gumam Jimy pelan dan menyibakkan rambutnya ke belakang. Dia tidak percaya, ia baru saja meninggalkan pemuda itu untuk sementara waktu dan sekarang hal ini terjadi.

"Dimana Kenny, Jimy?" Tiba-tiba terdengar suara familiar dan ia tahu itu adalah suara Leon.

"Yah, dia ada disini." Balas Jimin sambil bergerak ke samping untuk menunjukkannya pada Leon, pemuda itu sedang mabuk duduk di sofa.

Leon mengumpat pelan melihat keadaan adik tirinya yang kini tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangannya.

"Hehehe, halo kaka bunny." Sapa Kenny dengan manis sambil mengayunkan kakinya.

"Apa yang terjadi padanya, dan kenapa dia seperti ini, Jimy?" Tanya Leon sambil menghela nafas.

"Kenapa kamu menyalahkanku? Aku tidak tahu apa-apa. Aku meninggalkannya sebentar dan hal ini terjadi." Balas Jimin dan pergi ke dapur.

"Kenapa kamu meninggalkannya? Sudah kubilang jangan." Kata Leon menggerutu dan berjalan ke arah bocah yang sedang mabuk itu.

"Aku baru saja pergi ke minimarket untuk membeli sesuatu. Seharusnya kamu menyalahkan dirimu sendiri, kenapa kamu lupa melihat kulkas dari kemarin?" Jawab Jimin memarahinya.

Leon jongkok di depan Kenny dan menangkup kedua pipinya.

"Kenny, apakah kamu masih sadar?" Tanya Leon sambil membelai pipi pemuda cantik itu.

"A-siapa kamu? Ke-kenapa tanganmu hangat seperti kaka Leon?" Tanya Kenny cemberut.

"Itu karena ini aku, ayo naik ke atas." Balas Leon sambil memegang pinggang Kenny.

"Tidak, kaka menyuruhku untuk tidak pergi dengan orang asing. Jangan sentuh aku. Akan kubilang pada kaka!" Seru pemuda cantik itu mendorong Leon menjauh.

Leon menghela nafas dan berdiri, ia menggendong Kenny, membawanya ke atas dengan susah payah karena pemuda itu menggeliat di pelukannya.

"Kaka! Tolong aku! Ada yang menculikku!" Teriak Kenny namun mereka berhasil masuk ke dalam kamar.

Leon melemparkan Kenny ke tempat tidur dan menghela nafas.

"Tunggu aku disini, aku akan mengambil sesuatu di kamar mandi." Kata Leon sambil menggelengkan kepalanya pergi.

Leon masuk ke dalam kamar mandi sementara Kenny tiba-tiba merasa kepanasan, Kenny mau melepas bajunya karena ia merasa tubuhnya terbakar.

"Kenapa kamu melepas pakaianmu?" Tanya Leon ketika dia keluar dari kamar mandi dan duduk di tempat tidur.

"D-disini panas, kaka." Gumam Kenny kesulitan dengan membuka bajunya.

"Biarkan aku membantumu." Kata Leon dan melepas baju sang adik.

Tapi karena alasan yang tak diketahui. Kenny datang kehadapannya dan menangkup kedua pipinya.

"Kamu tampan sekali, seperti kakakku. Apa kamu yakin kamu kakakku?" Tanya Kenny cemberut.

"Ya, ini aku Leon." Gumam Leon sambil menghela nafas.

"Aku ingin menciummu." Kata Kenny terkekeh sambil menatap bibir Leon.

"Ap--"

Cup💋

Leon tidak bisa menyelesaikan kalimatnya ketika dia merasakan lembutnya bibir Kenny yang menyentuh bibirnya.

Leon tidak bersusah payah berbicara lagi, menerjang ke depan untuk menyambungkan bibir mereka berdua lebih dalam, akhirnya dalam ciuman panas.



-TBC-

Si Leo dan Ken sudah bercium dan apa yang akan terjadi selanjutnya🔞🤭

OBSESSI KAKAK TIRI (BXB)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang