A16

1.8K 89 4
                                    

"Darma? " Dinda mengernyitkan dahinya ketika mendapati mantan kekasihnya itu mendatangi toko kuenya.

Darma tersenyum, "Kamu sibuk? "

Dinda melirik dua pegawainya yang juga sedang meliriknya. Pertanda bingung harus menjawab apa. Karena jelas sekali kalau mereka sedang senggang, apalagi mereka sudah tutup orderan sepuluh menit yang lalu.

"Oh, hai Cecil, Anin. Uda prepare pulang ya? " Darma ikut menoleh kearah dua pegawai Dinda itu.

"Hai juga pak.. Iya ini mau pulang hehe" Cecil yang menjawab duluan sambil diiringi  tawa canggung, begitupun dengan Anin yang hanya menyengir tak enak hati.

"Santai aja Cil, Nin, jangan kaku gitu" Darma jelas menyadari kecanggungan dua pegawai Dinda ini. Padahal dulu mereka sangat akrab. Tapi Darma juga tak bisa menyalahkan keduanya, sikap dan sifat mereka yang canggung juga pasti di dasari oleh hormat mereka pada Dinda karena mau bagaimana pun Darma tetap terlihat salah dari sisi mana pun, kan?

Cecil dan Anin saling senggol menyenggol bahu sebelum mengangguk. "Iya pak" Katanya lagi.

"Kamu mau apa? Aku uda mau tutup, Cecil sama Anin juga uda prepare mau pulang. " Pertanyaan Dinda membuat Darma kembali melihat kearahnya.

"Oh. Aku mau ngomong sama kamu, bisa? " Darma bertanya ragu-ragu.

Dinda terdiam cukup lama, perempuan itu sedang mempertimbangkan banyak hal sebelum mengangguk. " Dimana? "

"Di cafe depan mungkin, kamu juga pasti belum makan kan? Ayo makan malam bareng"

Dinda menghela napas, mengangguk. Perempuan itu lalu melepas apronnya, mencuci tangan dan berpamitan pada kedua pegawainya sebelum mengikuti langkah Darma yang sudah berjalan keluar lebih dulu.

-----

"Kamu minumnya jus stroberi kan, sayang? " Darma yang sedang membolak-balik buku menu itu bertanya tanpa beban. Seolah panggilan sayang bukan lah lagi panggilan tabu untuk mereka. Padahal jelas sekali kalau tiga bulan terakhir panggilan yang sudah tersemat hampir tujuh tahun itu sudah tak lagi kereka gunakan.

"Sayang"

"A-ah, iya" Dinda tergagap, perempuan itu langsung melempar senyum kearah pelayan untuk menutupi rasa gugupnya.

"Oke, ada menu tambahan  lagi mas, mbak? " Tanya pelayan itu lagi ramah.

Darma mengangguk, " Ya, sama tolong tambahkan es krim rasa stroberi untuk makan penutup ya mbak. "

" Oh baik mas," Sekali lagi pelayan itu mencatat sebelum pamit undur diri. Dan begitu hanya tinggal mereka berdua, suasana mulai terasa canggung. Tapi tampaknya tidak begitu untuk Darma. Laki-laki justru terlihat nyaman-nyaman saja.

"Kamu baru pulang kerja? " Dinda memperhatikan penampilan Darma yang masih terlihat formal sekalipun laki-laki itu sudah melepas jas nya.

"Iya, lebih tepatnya aku baru pulang dari Pontianak. Ada urusan disana"

"Projek pembangunan hotel yang kamu bilang dulu"

Darma mengangguk. "Iya, kamu ingat? "

Dinda tersenyum tipis, tentu saja ia ingat. Bahkan semua hal tentang Darma masih ia jngat dengan jelas. Tapi sekali lagi, Dinda sedang menahan perasaannya.

"Aku baru nyampek jam setengah enam tadi dan aku langsung kesini"

"Kenapa nggak pulang dulu"

"Kan biasanya juga gitu"

"Tapi kita uda bukan biasanya lagi Darma"

Darma diam, atmosfer mendadak canggung.

"Kamu uda nikah sama kakak ku. Aku bukan lagi pacar atau tunanganmu. Kita uda putus lama kalau kamu lupa"

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang