A17

1.9K 97 4
                                    

"Kapan lo periksa kandungan? "

Adara yang sedang merebus mi itu agak tersentak pelan. Pasalnya Darma datang ke dapur secara tiba-tiba, atau lebih tepatnya Adara yang tak menyadarinya karena terlalu fokus pada kegiatannya.

"Apa? "

"Kapan lo periksa anak lo itu? " Tanya Darma sambil membuka kulkas, mengambil minuman dingin dan berlagak seperti tak begitu menginginkan jawaban Adara walaupun pada kenyataannya tak begitu.

"Ntah, gue nggak tau"

"Nggak tau? " Darma bertanya sarkas, " Ibu macam apa lo bahkan jadwal periksa kandungan sendiri aja lo nggak tau"

Adara tak menjawab, tapi gerakannya yang sedang meniriskan mi itu sempat terjeda beberapa detik sebelum ia bertingkah seolah perkataan Darma tak ada yang menyinggungnya.

"Gue mau ikut kalau lo mau periksa, "

"Buat apa? "

"Yah mau liat, sama gue mau konsultasi juga, katanya bayi dalam kandungan uda bisa di tes DNA. Gue mau tau apa aja prosedurnya dan kira-kira di usia kandungan berapa bulan bisa dilaksanakan. "

Lagi, gerakan Adara terhenti tapi lagi dan lagi ia berusaha bersikap baik-baik saja.

"Bayi ini bahkan belum bisa resmi disebut bayi dan lo uda kepikiran mau tes DNA" Tanya Adara.

Darma menaikkan alisnya. "Kenapa nggak? Kalau gue tau lebih cepet bakal jadi lebih baik kan. Kita cerai dan Mana tau juga Gio lo itu mau balik lagi sama lo"

Adara meletakkan tirisan yang ia ia pakai untuk meniriskan mi dengan gerakan kasar dan hal itu tak luput dari penglihatan Darma.

"Cerai aja sekarang, nggak usah sibuk tes DNA, lagian kayaknya lo memang bener. Anak ini bukan anak lo, mungkin juga anak Reza. Jadi lo nggak usah sibuk-sibuk buat janji dan cari tau prosedur apapun. Hari ini juga kalau lo mau cerai ya cerai! "

Darma tak berkutik, ia hanya diam lama di depan kulkas yang masih terbuka setengah.

"Apa ini Lo ngakui kalau lo tidur sama orang lain?"

Adara menatap mata Darma, tatapan yang tak bisa di diskripsikan dengan jelas. " Ya, lo bener. Gue cuma ngejebak lo aja buat tanggung jawab."

" Gue yang jahat, yah memang gue, jadi bisa berhenti bahas tentang tes DNA atau apapun itu lagi? Kalau lo nggak mau anak gue make nama keluarga lo waktu lahir nanti, yah uda nggak usah dipakai. Biar dia pakai nama nya sendiri, gitupun kalau lo masih mau nuntut cerai sama gue, hari ini juga hal itu bukan masalah buat gue. "

Darma mendengus, namun ia melangkah mendekati Adara. " Yang gue tanya lo kapan periksanya? "

Adara menipiskan bibirnya. "Nggak tau"

"Dara! "

"Ya memang nggak tau! Gue nggak pernah periksa kandungan. Puas lo! "

Darma diam, tapi tak bisa di elakkan ada rasa tak nyaman saat tau kalau Adara tak begitu memperdulikan bayi di kandungannya. Laki-laki itu terus diam,  memperhatikan Adara yang sarapan mi dengan lahap sebelum akhirnya sepuluh menit kemudian ia baru berani bersuara.

"Nanti kita periksa kan anakmu itu"

--------

"Wah, sudah memasuki minggu ke 17 ya pak, buk, lihat. Bayinya sudah memiliki banyak pertumbuhan, ini kepalanya, ini mata, alis, bibir, tangan, kaki dan ini kukunya juga sudah mulai tumbuh ya walaupun belum sempurna" Dokter kandungan berusia setengah abad itu menjelaskan bagian-bagian yang ia maksud di monitor.

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang