3. Juna: Gara-gara Pembalut

35 3 6
                                    

Day 3: Buatlah cerita dengan tema, "Warung"

Juna dihadepin sama pilihan sulit! Antara kudu nurutin permintaan adik ceweknya yang udah siap tantrum membakar seisi rumah kalau Juna sampai nolak, atau mempertahankan harga diri biar jangan sampai beli ke warung sebelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juna dihadepin sama pilihan sulit! Antara kudu nurutin permintaan adik ceweknya yang udah siap tantrum membakar seisi rumah kalau Juna sampai nolak, atau mempertahankan harga diri biar jangan sampai beli ke warung sebelah.

"Abang, buruan! Lama banget, sih!" Kayla bersungut-sungut. 

"Bentar, Dek!" Juna kelabakan nyari kunci motor. Di mana, di mana ... oke udah ketemu! Juna siap ngueng berangkat. "Yang gimana tadi, Dek?"

"Bungkusnya yang warna biru malam gelap. Jangan sampai salah ambil yang mint cooling fresh itu," jelas Kayla.

Oke. Juna udah siap berangkat sekarang.

Baru aja Juna mau ngeluarin satu-satunya motor yang ada, ibu mereka tiba-tiba teriak agak keras,

"Bang, bensinnya habis!"

Mampus! Juna auto nepok jidat.

"Habis yang bener-bener nggak ada lagi barang setetes pun, Ma?" Juna berharap kalau definisi habis yang Mama bilang bukan kayak Juna tanyain tadi.

"Kering," sahut Mama. "Nggak bisa nyala. Besok beli bensinnya pake sepeda. Bawa botol bekas air mineral yang seliter."

Woilah! Juna mau ngebanting kunci aja sekarang rasanya. Bisa-bisanya pas genting gini malah bensin motor kering kerontang.

"Kamu sih, Dek!" Juna ngelampiasin kesal ke Kayla.

Kayla jelas nggak terima. "Kok aku sih, Bang!?"

"Kamu kan yang make siang tadi," Juna melengos. "Makanya cek dulu bensinnya sebelum dibawa."

"APA SIH, BANG!" Kayla makin merengut.

"Kenapa lagi?" Mama keluar dari kamar, menghampiri. "Kenapa, Abang?"

"Adek tuh, Ma!" Juna melambungkan kunci motor ke arah ibunya.

Mama dengan singgap menangkap. Sat set tepat waktu sehingga nggak perlu pake drama jatuh ke lantai segala. "Lagian mau ke mana malam-malam gini? Besok aja sekalian."

"Nggak bisa, Maaa!" Kayla merengek. "Stok Adek udah habis nih."

Mama ngangkat sebelah alis. Terus ngomong sama Juna, "Bukannya di warung sebelah juga ada, Bang?"

Duh! Juna mulai kelimpungan.

"Auk tuh!" Kayla mengomel.

"Dek, udah! Kamu masuk kamar sana." Mama menengahi.

Meskipun keliatan bete setengah mampus, Kayla masuk ke kamar sesuai yang dibilang Mama.

"Ma, Adek nggak bisa pinjem punya Mama dulu?" tanya Juna, berharap.

"Kamu kalau ngeledek sekalian aja, Bang." Giliran Mama yang ngasih bombastic side eye. "Kan kamu sudah tau kalau Mama stop datang bulan."

Juna cengengesan. "Maaf, Ma."

"Kamu ngalah dulu, ya? Beliin aja sebentar di warung sebelah."

"Nggak bisa nunggu sampai pagi gitu?" Juna teriak kencengan dikit biar Kayla denger.

"KAGAK! Lagi deres-deresnya." Kayla balas lantang.

"Di warung sebelah ada pacar Abang, kah?" Mama nanya sambil setengah nyeletuk.

Dan blas! Muka Juna langsung memerah.

"Oh," Mama manggut-manggut.

"Bukan gitu, Ma!" Juna buru-buru membantah.

"Jadi, nggak ada masalah kan?" Mama senyum doang. "Gih."

Aduh! Juna ngegaruk kepala yang sebenernya nggak ada rasa gatal sama sekali. Dia bener-bener nggak ada masalah buat beliin adiknya pembalut, mau sebanyak apa pun. Cuma kalau ke warung sebelah ... mending Juna nyebur ke sungai aja.

Namanya juga mending, ya ujung-ujungnya cuma perandaian dalam hati. Akhir cerita, Juna tetep jalan ke warung sebelah sambil berdoa dalam hati semoga bukan cewek itu yang lagi jaga warung.

Warung sebelah rumahnya ini emang buka hampir semaleman. Tutupnya sekitar jam 1 atau 2 dini hari. Biasanya jadi tempat langganan bapak-bapak yang lagi ngeronda buat nongki. Ngopi sambil ngobrol lah.

Sekarang lagi jam setengah 11. Jam segini tuh bapak-bapak belum pada ngumpul di warung. Masih stay di pos ronda yang letaknya cuma berjarak dua rumah dari warung.

Dan ya, bener aja. Masih belum ada yang ngumpul.

Oke, tahap 1: Juna selamat.

Sekarang tinggal—

ALAH TAI!

Juna auto merutuk dalam hati pas ngeliat siapa yang jaga warung.

"Hei, Jun!" Yang jaga warung nyapa.

Juna cuma senyum kecut. "Hei, Na."

"Mau beli apa?"

Nana. Sekelas dengan Juna. Baru-baru ini Juna tau kalau Nana ternyata keponakan Bibik yang punya warung. Kata Nana, dia sekarang tinggal sama tantenya yang ini karena orang tua dia lagi bermasalah. Kayaknya udah sekitar semingguan ini, kalau emang Juna nggak salah ingat.

"Err ...." Juna jadi kagok mau bilang.

"Jun?"

"Ah, ya." Juna mejamin mata, nahan malu pas ngomong. "Pembalut."

"Apa?"

Juna emang punya perasaan yang "nggak biasa" sama Nana, tapi kalau disuruh ngulang gini rasanya dia mau jedotin kepala ke dinding warung aja.

"Pembalut, Na." Juna bilang agak keras.

Nana ngangguk. "Yang mana, Jun?"

Juna ngangkat wajah. Dia liat reaksi Nana biasa aja. Malah kayak bomat sama Juna yang beli pembalut. Ngeliat Nana santai aja, Juna jadi ikutan rileks. "Yang ...."

Dan sekarang Juna lupa!

Yang mana, ya? Yang bungkusnya biru gelap atau mint cooling fresh?

Juna tiba-tiba amnesia.

Mana pas banget lagi para bapak mulai berdatangan kayak kafilah menuju warung.

"Juna? Di sisi lain, Nana juga udah nunggu.

"Yang cooling fresh, Na," sahut Juna.












Imperfect PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang