16. Aegar: Jangan Main di Hutan!

3 0 1
                                    

Day 16: Buatlah cerita dengan tokoh utama seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dari kejaran hewan buas. Tambahan, anak kecil di sini berumur sekitar 5-13 tahun ya.

Senja hampir tersapu digantikan malam saat langkah seribu sepasang kaki kecil tersebut melambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja hampir tersapu digantikan malam saat langkah seribu sepasang kaki kecil tersebut melambat. Aegar terengah-engah, menumpukan kedua tangan di lutut. Sedikit membungkuk saat mengatur napas. Tatapannya menyisir sekitar. Kepanikan segera menyergap. Aegar tidak tahu di mana ia berada sekarang. Yang terus dia lakukan sejak tadi hanyalah berlari dari kejaran makhluk "itu".

Rumahnya terletak di tepi hutan, dengan pintu belakang menghadap langsung menuju belantara luas yang rimbun. Aegar senang bermain di hutan meskipun Ibu kerap memarahi. Kata Ibu, berbahaya sekali jika ke sana. Bukannya tidak mungkin Aegar akan lupa waktu dan tersesat. Namun, tetap saja Aegar menyenangkan diri dengan main di hutan.

Sudah tidak terhitung berapa kali Aegar memasuki kawasan hutan. Patokannya agar tidak tersesat adalah jalan setapak yang menjadi satu-satunya jalur penghubung kembali ke rumah. Namun, hari ini apa yang ditakutnya ibunya benar-benar terjadi.

Aegar tersesat. Lebih parahnya, Aegar bertemu makhluk yang sering diceritakan Ibu dan menjadi peringatan bagi warga sekitar.

Konon, hutan tersebut dijaga oleh satu makhluk berwujud singa. Mungkin terdengar klise karena singa kerap dijuluki sebagai raja hutan, tetapi singa yang ada di dalam sana … berbeda. Menurut cerita Ibu, singa tersebut akan mengejar siapa saja manusia yang bertemu dengannya, baik sengaja ataupun tidak. Dan dia tidak akan berhenti sampai berhasil menerkam manusia yang dilihatnya.

Aegar berlari sekencang mungkin yang tungkai kaki kecilnya bisa lakukan. Namun, anak berusia tiga belas tahun tentunya tidak memiliki tenaga sekuat lari orang dewasa. Aegar lelah. Kakinya terasa hampir mati rasa. Sementara di belakangnya suara auman terdengar keras.

Aegar refleks menoleh begitu mendapati semak-semak bergemerisik. Dengan air mata siap mengaliri pipi kembali, Aegar berteriak tanpa bisa dicegah,

"IBUUU! Toloooong!"

Bersamaan dengan singa buas yang mengejarnya melompat keluar dari semak-semak.

Aegar kembali berlari. Air matanya meleleh deras membingkai wajah. Namun, tidak ada Ibu yang menolong.

Aegar janji tidak akan membantah lagi, Bu.

Teriakan anak kecil di hutan tersebut lamat-lamat menghilang. Jejak terhapus sepenuhnya. Aegar diam selamanya.











Imperfect PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang