23. Aksa: Gado-gado

4 1 0
                                    

Day 23: Buatlah cerita yang di awali dengan kalimat terakhir cerita ke-5. Bagi yang tidak mengerjakan tema hari ke-5 silahkan menggunakan work peserta lain, jangan lupa memberikan credit.

 Bagi yang tidak mengerjakan tema hari ke-5 silahkan menggunakan work peserta lain, jangan lupa memberikan credit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa tidak tahu ini apa, tetapi, sepertinya nama Raga mulai terasa candu untuk terus diingat.

"Ngaku. Siapa yang lagi kamu pikirin?" Alvaro menggetok kepala Aksa dengan pulpen. "Ekspresmu udah kayak orang lagi kasmaran."

Kasmaran? Aksa menggeleng-geleng. "Perasaanmu aja."

"Feeling-ku jarang salah," sahut Alvaro. Senyum kecil penuh arti ia sunggingkan. "Siapa yang bikin Aksa Kecil-ku jadi bengong selama kelas? Aku butuh informasinya. Nama, jurusan dan fakultas, semester berapa, orangnya secakep apa."

"Kamu lebay. Udah, ah. Aku mau ke kantin."

"Tunggu aku!"

Aksa berjalan keluar kelas duluan. Kantin berada di atas. Hanya berjarak satu lantai. Cukup menaiki tangga, dan sudah sampai. Di belakangnya, Alvaro menyusul dengan langkah tergesa. Ekspresinya masam

"Tega! Kamu nggak nungguin aku," keluh Alvaro.

"Makanya jangan ngomong sesuatu yang nggak masuk akal," balas Aksa.

"Kam aku cuma nanya." Alvaro mengangkat bahu. "Berarti bener, ya?"

"Alva."

"Mmm?" Alvaro malah semakin gencar menggoda. "Jadi, siapa namanya?"

Aksa mendengkus. Seperti yang dikatakan Alvaro, sahabatnya itu memiliki ketajaman insting tak terbantahkan. Feeling-nya jarang meleset. Namun, Aksa sedang tidak ingin membicarakan nama yang akhir-akhir ini berdengung memenuhi seisi kepalanya.

"Sebenarnya aku sahabatmu atau bukan, sih?" Alvaro menggembungkan pipi.

"Diamlah." Aksa menuju tempat yang menyediakan gado-gado. Dipesannya sepiring. Seseorang menowel pundaknya. Aksa menoleh. Terbeliak kecil. "Raga?"

"Suka gado-gadp juga?" Raga tersenyum. Tatapannya beralih pada mamang penjual. "Saya juga satu ya, Mas."

Aksa refleks melirih ke arah lain. Niat hati ingin agar tidak langsung bertatapan langsung dengan Raga. Berhasil, sih. Cuma malah saling pandang dengan Alvaro yang sudah duduk anteng di meja.

Mampuslah! Aksa menepuk dahi. Jelas habis ini dia bakal diinterogasi.

"Aksa?"

"Ah, ya." Aksa tersenyum pada Raga. "Kelas kamu udah selesai?"

Raga mengangguk. "Barusan. Masih ada satu lagi. Jeda setengah jam. Kamu?"

"Aku udah nggak ada kelas hari ini."

Raga ber-oh. "Mau duduk bareng? Masih ada beberapa tempat yang kosong buat dua orang."

"Ah." Aksa melirik Alvaro. Sahabatnya itu malah hilang entah ke mana. Diiringi satu getaran lembut dari saku celana Aksa. Pesan pendek dari Alvaro,

Enjoy your time. Kenalin ke aku kapan-kapan.

Alvaro. Aksa mendesis dalam hati, tapi tidak ada gunanya marah.

"Jadi?" Raga menunggu.

Aksa berpikir sejenak. Tersenyum. "Boleh."









Imperfect PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang