22. Divon: Jatuh Bangun

2 1 0
                                    

Day 22: Buatlah cerita tentang seorang pengamen yang sedang menyanyikan lagu karangannya sendiri, minimal memasukkan 1 BAIT LAGU yang dinyanyikan pada dialog pengamen tersebut (Lagu yang dinyanyikan bisa dari puisi atau lagu ciptaan penulis)

Day 22: Buatlah cerita tentang seorang pengamen yang sedang menyanyikan lagu karangannya sendiri, minimal memasukkan 1 BAIT LAGU yang dinyanyikan pada dialog pengamen tersebut (Lagu yang dinyanyikan bisa dari puisi atau lagu ciptaan penulis)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pergi mengamen, Nak?"

Divon mengangguk. "Iya, Bu. Kayak biasa. Mungkin pulangnya agak larut."

"Hati-hati di jalan. Waspada selalu. Jangan sampai berpapasan dengan preman."

"Baik, Bu." Divon menyambar topi dan masker, mengenakannya dengan cepat. Diciumnya sebelah punggung tangan Ibu untuk meminta izin. "Divon berangkat, ya."

Divon keluar setelah mendapat anggukan. Seperti biasa, dia akan pergi ke tempat mangkal. Sebuah warung makan bakso dengan murah hati memberinya tempat mengais sedikit uang. Asalkan tidak menyelonong masuk dan mengganggu pelanggan saja. Begitu kata pemiliknya ketika Divon meminta izin. Divon diberi sedikit lahan tepat di samping warung. Bagi yang ingin memberi apresiasi, dipersilakan untuk menghampiri Divon, bukan sebaliknya.

Sudah sebulan berlalu sejak Divon memutuskan melakoni pekerjaan sampingan ini. Ya, singkatnya dia menjadi pengamen. Tidak ada yang salah. Begitu yang Divon dan ibunya yakini. Selagi tidak merugikan orang, untuk apa malu? Sebelumnya Divon sudah mencoba peruntungan mengepos konten cover lagu—sesuai bakat dan minat selama ini. Hasilnya nihil. Tidak ada yang berujung bisa menghasilkan uang meski ada satu dua memperoleh engagement cukup tinggi. Akhirnya Divon menyerah, lebih memilih cara konvensional saja.

"Ah, Divon!"

Divon menoleh. Tersenyum. Mendekati paman pemilik warung makan bakso yang memanggil. "Malam, Paman."

"Mau makan dulu?"

Saat Divon mengatakan kalau mereka murah hati, dia benar-benar menyebutkan dalam arti sebenarnya.

"Nanti aja, Paman." Divon mengangkat gitar yang ia boyong. "Mau ngamen dulu."

"Mampir saja kalau sudah selesai." Paman mengangguk. "Masih belum terkumpul uangmu?"

Divon menggeleng. "Masih jauh dari target."

"Semangatlah kalau begitu."

Divon berterima kasih, menuju tempat biasa. Disetelnya gitar sebelum mulai sesi mengamen. Meski menjadi pengamen, Divon tidak ingin dicap sebagai sosok serampangan dan hanya mengingkan uang tanpa effort. Sebisa mungkin Divon menyanyi dengan baik, dengan tujuan menghibur. Mungkin karena itulah paman pemilik warung bakso mengizinkannya untuk menyanyi di sekitar tempatnya. Divon tidak seperti pengamen kebanyakan yang asal masuk dan menyanyi dengan suara sumbang.

"Datang dan pergi,
Tanpa harus terbebani
Andai bisa mengulang waktu kembali
Yang aku inginkan hanya bersamamu di sini."

Divon yang menulis lirik itu sendiri. Sesi mengamen kerap digunakannya untuk mengekspresikan kecintaan pada musik, termasuk skill songwriter-nya. Masih jauh dari kata bagus. Namun, tidak masalah, pikirnya. Semakin sering menulis dan berlatih, pasti akan mendapat hasil sejalan dengan usaha.

Usai menyanyi, beberapa penonton bertepuk tangan. Divon mengangguk takzim. Senyumnya mengembang saat melihat tempat uang yang ia sediakan mulai terisi uang. Tidak banyak, tetapi setidaknya malam ini bisa menghasilkan tambahan penghasilan. Seperti yang dia katakan pada Paman, keuangan Divon masih jauh dari target membeli laptop baru untuk kebutuhan sekolah.

"Kamu sedang kasmaran?" Paman menghampiri dengan sebelah tangan menyodorkan semangkuk bakso hangat. "Makanlah dulu."

Divon terkekeh. "Terima kasih, Paman. Dan, aku enggak lagi kasmaran."

"Ah, akui saja. Sedang musim remaja sepertimu mengalami jatuh bangun cinta monyet."

Divon tersenyum kecut. Bagaimana bisa dia memikirkan cinta-cintaan saat dunia tidak menunjukkan belas kasihan kepada orang seperti dia?
















Imperfect PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang