Happy reading :)
Tujuh belas tahun yang lalu, seorang anak tengah duduk santai di bangku yang terdapat di koridor sekolahnya. Anak itu tengah memperhatikan siswa-siswi yang sedang berlalu lalang. Dia adalah anak yang introvert.
Dia adalah tipe orang pemikir. Di saat teman-teman lainnya bermain sepak bola atau bermain permainan lainnya, dia akan menyendiri di kelas atau di bangku yang ada di koridor sekolah, untuk berpikir dan merenung. Sebagai seorang anak yang berumur sembilan tahun dan masih kelas tiga SD, dia adalah orang yang memiliki pemikiran yang mungkin tidak akan pernah terpikirkan oleh kebanyakan anak seumurannya.
Dimulai dari pertanyaan sederhana seperti kenapa meja harus disebut meja? Kenapa langit harus disebut langit? Kenapa warna merah harus disebut warna merah? Kenapa tidak disebut warna kuning? Hingga, pertanyaan seperti untuk apa aku hidup? Kenapa aku harus terlahir seperti ini? Rasanya ingin bisa melihat diri sendiri, dari sudut pandang orang lain. Kenapa aku merasa kalau aku seperti seorang karakter utama dalam sebuah cerita? Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan? Serta masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya mengenai kehidupan.
Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan itu dia pendam sendiri. Ia tak berani untuk mengungkapkannya, namun ia sangat ingin tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan yang terbesit di pikirannya. Bahkan, dia sempat berpikir mengenai pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang agama.
Ketika dia sedang berpikir, kegiatannya harus terganggu oleh ajakan salah satu temannya. “Muhammad Fajar Malik, jangan bengong terus, dong. Mending kita pergi ke lapangan, yuk. Lihat teman-teman lainnya lagi main sepak bola.”
Mendengar ajakan tersebut, anak yang diketahui bernama Fajar itu hanya menggelengkan kepalanya seraya berkata, “nggak, aku nggak mau lihat permainan sepak bola. Bagi aku nggak menarik.”
“Ish, nggak seru kamu mah, Jar,” ucap temannya yang tadi mengajak.
Nama teman Fajar yang tadi mengajaknya untuk menyaksikan pertandingan sepak bola di lapangan sekolah adalah Steven. Fajar dan Steven merupakan dua orang yang memiliki banyak sekali perbedaan. Fajar adalah orang yang introvert, sedangkan Steven merupakan orang yang ekstrovert. Fajar beragama Islam, sedangkan Steven beragama Kristen. Fajar adalah orang asli Bandung, sedangkan Steven merupakan orang Jakarta yang bersekolah di Bandung. Steven merupakan satu-satunya teman yang paling dekat dengan Fajar.
Karena Steven merupakan seorang ekstrovert yang mudah bergaul dengan siapapun, sehingga Steven tak keberatan bergaul dengan Fajar yang merupakan seorang introvert. Meskipun percakapan mereka berdua didominasi oleh Steven, namun sesekali Fajar juga menimpali ketika mereka sedang berbicara. Mereka berdua bersekolah di SDN Bina Bangsa. Salah satu sekolah negeri favorit di Bandung.
Steven pun duduk di sebelah Fajar. “kamu tuh kenapa, sih, suka banget di sini? Kamu mikirin apa? Kayaknya, kamu tuh lebih suka diam di sini dibandingkan nonton atau main sama teman-teman yang lain.”
“Nggak, aku nggak papa. Udah, aku mau balik ke kelas dulu, ya.” Fajar pun berdiri dan langsung meninggalkan Steven masuk ke kelas, sedangkan Steven hanya menatapnya aneh.
***
KRING!
Suara bel menggema ke seluruh sekolah. Menandakan bahwa pelajaran hari ini telah usai. Sudah menjadi kebiasaan Fajar menunggu di depan sekolahnya. Menunggu sopir pribadi dirinya datang dan menjemputnya. Setelah sopir pribadinya tiba, Fajar bergegas masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju menuju rumah Fajar.
Sesampainya di rumah keluarga Fajar yang besar, Fajar bergegas masuk dan berjalan menuju ruang keluarga. Suara dua orang yang saling meneriaki satu sama lain terdengar ketika fajar mendekati ruang keluarga itu. Sudah menjadi sebuah hal yang wajar bagi Fajar, ketika mendengar orang tuanya bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teologi Dealektika
SpiritualBerpikir kritis adalah sebuah kemampuan yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat mengembangkan dirinya. Namun Bagaimana bila seseorang berpikir kritis mengenai agama dan eksistensi Tuhan? Apakah pemikiran kritisnya akan membuat iman manusia itu makin...