17. Seleksi Konsep Teologi

23 7 1
                                    

Happy reading :)

“Deisme adalah konsep teologi kepercayaan kepada Tuhan yang muncul dan berkembang pada masa renaissance atau pencerahan. Pada saat itu, doktrin gereja membuat logika dan rasionalitas manusia terkubur. Dengan adanya masa pencerahan atau renaissance ini, muncullah kaum-kaum sekularis yang lebih rasional dan logis. Ada yang menjadi atheis, Ada pula yang menjadi deis. Yang pasti pemikiran manusia terhadap Tuhan menjadi lebih logis dan rasional. Deisme berasal dari kata Latin ‘deus’ yang artinya Tuhan. Keyakinan ini mempercayai bahwa Tuhan ada, tapi Dia tidak terlibat dalam urusan manusia. Ibarat pencipta jam yang setelah memutar jarumnya, membiarkan jam itu berjalan sendiri. Tokoh-tokoh penting Deisme seperti Voltaire, Rousseau, dan Thomas Jefferson percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan hukum-hukumnya, tapi setelah itu Dia berdiam diri. Mereka tidak percaya mukjizat, wahyu, atau campur tangan Tuhan dalam kehidupan manusia,” kata Ahmad bercerita.

“Deisme berkembang pesat di abad ketujuh belas dan delapan belas, terutama di kalangan intelektual dan kelas atas. Alasannya, deisme menawarkan alternatif bagi agama tradisional yang dianggap penuh dogma dan ritual. Deisme lebih menekankan akal budi dan moralitas daripada kepercayaan buta. Namun, Deisme juga memiliki kritik. Salah satunya adalah bahwa Deisme membuat Tuhan menjadi sosok yang jauh dan tidak peduli dengan manusia. Kritik lainnya adalah bahwa Deisme tidak memiliki dasar moral yang kuat karena tidak didasarkan pada wahyu Tuhan. Meskipun popularitas Deisme menurun di abad kesembilan belas, pemikirannya masih memengaruhi banyak orang hingga saat ini. Deisme memberikan inspirasi bagi gerakan humanisme dan rasionalisme, dan masih menjadi pilihan bagi mereka yang mencari alternatif bagi agama tradisional. Bagi saya, deisme itu nggak logis.” Ahmad menghentikan penjelasannya sejenak untuk meminum es teh yang dia beli.

Usai meminum es tehnya, Ahmad pun kembali menjelaskan, “menurut saya, deisme hanyalah sebuah pemahaman mengenai Tuhan yang dibuat untuk menutupi ketidaklogisan dari teisme dan ateisme. Teisme menjelaskan asal mula alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga keberadaan alam semesta ini menjadi logis, tetapi penjelasan bahwa manusia akan mendapatkan apa yang dia mau jika berdoa kepada Tuhan menjadi tidak logis Jika disandingkan dengan realita yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang didoakan oleh manusia kepada Tuhan. Di sisi lain, atheisme menawarkan sudut pandang bahwa manusia bisa mendapatkan apa yang mereka mau atas dasar kerja keras mereka sendiri, tanpa campur tangan Tuhan atau takdir Tuhan, tetapi tidak logis karena atheisme tidak menjelaskan asal mula alam semesta. Karena itulah deisme muncul untuk menambal kekurangan dari masing-masing sudut pandang ini.”

“Deisme berpandangan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta ini. Hal itu menambal ketidaklogisan dari sudut pandang atheisme yang tidak menjelaskan asal mula alam semesta. Namun, tuhan yang menciptakan alam semesta beserta hukum-hukumnya ini tidak lagi ikut campur dalam siklus alam semesta yang mulai bekerja, layaknya seorang pembuat jam yang tidak lagi mengotak-atik jamnya ketika jam tersebut sudah menyala. Penjelasan ini memberikan pemahaman pada manusia bahwa apapun yang manusia itu dapatkan, semuanya berasal dari kerja keras manusia itu sendiri. Tentu saja hal ini adalah penambal bagi kekurangan teisme yang menjelaskan bahwa manusia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan ketika mereka berdoa pada Tuhan. Maka dari itu, saya tidak memilih untuk mempercayai deisme, sebab paham ini dibuat untuk melogiskan dari dua sudut pandang yaitu teisme dan atheisme yang memiliki kekurangan masing-masing. Oleh karena itulah, saya memahami bahwa deisme bukanlah sebuah paham yang berasal dari Tuhan itu sendiri,” argumen Ahmad berpendapat.

“Hal yang tidak disadari oleh penganut paham deisme adalah, paham ini bukan memberikan kebebasan bagi manusia untuk berperilaku dan segala pencapaian yang manusia dapatkan adalah hasil kerja keras dirinya sendiri. Justru, paham ini membuat manusia seharusnya dikontrol sepenuhnya oleh takdir Tuhan.” Ridho memotong penjelasan Ahmad.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang