20. Perbandingan Agama Bagian Tiga

16 8 0
                                    

Happy reading :)

KRING!

Bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa-siswi menunggu jemputan mereka di tempat parkir. Hari ini, Ridho tak masuk sekolah karena sedang sakit. Ahmad dan Fajar berniat menjenguk Ridho ke rumahnya.

Sopir pribadi Ahmad pun sampai ke sekolah dan mereka berdua pun masuk ke dalam mobil. Setelahnya, mobil pribadi Ahmad pun melaju membelah jalanan kota yang padat akan kendaraan. Di dalam mobil, Fajar pun memulai percakapan.

“Mad, berarti kita nggak akan membahas dulu soal agama dong? Soalnya kan nggak ada kitab sucinya dan lu nggak bisa jelasin secara rinci kalau kayak gitu,” ucap Fajar dengan sedikit kecewa.

Ahmad yang sedang sibuk dengan handphonenya pun tak mendengar perkataan Fajar. “woi, sibuk mulu sama handphone lu, Mad,” protes Fajar tak terima dengan Ahmad yang mengacuhkannya.

Ahmad hanya melihat sekilas ke arah Fajar dan kembali menatap layar handphone. “sebentar, Jar. Saya lagi baca cerita sahabat saya dulu ya. Nanti kita akan teruskan pembahasan agamanya kalau saya udah selesai baca,” kata Ahmad tanpa memalingkan pandangannya dari handphone.

Fajar yang kesal pun hanya berdecih pelan. Tetapi, sejurus kemudian Fajar mendekatkan diri pada Ahmad dan melihat Apa yang sedang Ahmad baca. Rasa penasaran yang bergejolak dalam dirinya pun memaksa dia untuk melihatnya.

“Jadilah Superstar Terhebat Sepanjang Sejarah. Itu yang tertulis di kotak permainan game ini. Jika biasanya game itu tentang menjadikan karakter lemah menjadi karakter Over Power yang menyelamatkan dunia, Be A Superstar adalah game tentang menjadikan karakter sampah tanpa talenta menjadi seorang Superstar yang bisa mengguncang dunia. Sayangnya game ini tidak terkenal meskipun memiliki genre yang out of the box. Mungkin karena genrenya asing. Gamer pria biasanya menyukai game adventure yang berisi perang, monster, dan dungeon, jadi mereka tidak memainkan game seperti ini, dan para wanita mungkin menggilai Artis atau Superstar. Tapi gamer wanita? Memangnya mereka ada? Yah intinya, game ini tenggelam hingga ke dasar yang paling dasar diantara game lain yang kurang populer dan berhenti di produksi. Bahkan jika ada yang membuat list game paling tidak populer sepanjang sejarah, aku ragu game ini akan ada. Yah, saking tidak populernya di list game tidak populer pun dia tak ada.” Fajar membaca cerita yang Ahmad baca tersebut.

“Hmm, Jadi lu suka dengan cerita mengenai game kayak gini, Mad?” tanya Fajar setelah membaca potongan cerita yang Ahmad baca.

Ahmad menjawabnya tanpa menoleh ke arah Fajar. “sebenarnya, saya lebih suka dengan cerita-cerita horor atau cerita-cerita mengenai filsafat teologi. Namun, karena cerita yang saya baca ini merupakan cerita dari salah satu sahabat saya, tentu saja saya akan memberikan support dengan membaca setiap chapter dari cerita sahabat saya. Lagi pula, cerita horor dan cerita filsafat teologi itu hanya cerita yang saya favoritkan, tapi bukan berarti saya anti dengan genre cerita lain, Jar.”

Fajar pun kembali bertanya, “terus, sahabat lu yang ini Apakah adalah sahabat yang waktu itu lu ceritakan sebagai contoh dalam salah satu argumen keberadaan Tuhan lu?”

Ahmad menggelengkan kepalanya. “nggak, ini sahabat saya yang beda lagi.”

Fajar mengerutkan dahi. “lu punya berapa sahabat sih?”

“Kalau sahabat yang berasal dari aplikasi baca saya ini, saya punya tiga orang sahabat. Kalau ditambah kamu dan Ridho, jadi lima orang sahabat,” jawab Ahmad sambil mengetik di handphonenya.

“Semuanya perempuan, Mad?” tanya Fajar penasaran.

Ahmad mengangguk dan berkata, “rata-rata yang suka baca itu kan perempuan, Jar. Kalau laki-laki, biasanya melakukan kegiatan fisik. Jadi, ini bukan karena saya nyari teman atau sahabat perempuan aja dalam aplikasi ini, hanya saja memang ketemunya sama pengguna aplikasi yang perempuan terus.”

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang