Happy reading :)
Pandangan Fajar menerawang ke arah langit-langit atap rumahnya kemudian bertanya, “dari cerita yang aku tahu mengenai isra mi'raj Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, peristiwa itu adalah peristiwa yang di luar akal serta logika manusia. Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa pergi dari Mekkah, tepatnya di Masjidil haram menuju Palestina, tepatnya di Masjidil Aqsa, hanya dalam satu malam serta terjadi dengan kecepatan tinggi. Dua tempat itu adalah tempat yang sangat jauh, tidak mungkin dilalui dalam satu malam.”
Ahmad terkekeh kemudian membalas, “Kata siapa isra mi'raj tidak bisa dijelaskan secara logika dan masuk akal? Sains sudah bisa menjelaskan mengenai isra Miraj, meskipun teori-teori yang digunakan adalah teori-teori hipotesis yang perlu dikembangkan lagi. Namun, hal itu menunjukkan bahwa sangat mungkin peristiwa isra mikraj terjadi dengan teori-teori sains yang berkembang dan memiliki potensi untuk digali lebih dalam lagi.”
Melinda menimpali percakapan Ahmad dan Fajar, “tante penasaran dengan penjelasan mengenai isra mi'raj, Coba kamu jelaskan bagaimana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam melakukan perjalanan isra mikraj dengan pendekatan saintifik.”
Ahmad mengangguk kemudian mencari sebuah ayat di handphonenya. “pertama-tama, marilah kita lihat terlebih dahulu ayat pertama dari surat al-isra. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman ‘sub-ḫânalladzî asrâ bi‘abdihî lailam minal-masjidil-ḫarâmi ilal-masjidil-aqshalladzî bâraknâ ḫaulahû linuriyahû min âyâtinâ, innahû huwas-samî‘ul-bashîr’ yang artinya ‘Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’. Nah, sebelum saya menjelaskan mengenai peristiwa isra mikraj Nabi Muhammad, mari kita lihat sebuah hadis yang mengisahkan peristiwa isra mi'raj itu.”
“Telah menceritakan kepada kami [Syaiban bin Farrukh] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] telah menceritakan kepada kami [Tsabit al-Bunani] dari [Anas bin Malik] bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya’. Beliau bersabda lagi. ‘Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis’.” Fajar dan Melinda memperhatikan hadis yang dibacakan oleh Ahmad.
“Beliau bersabda lagi. ‘Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu. Dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, "Kamu telah memilih fitrah". Lalu Jibril membawaku naik ke langit pertama. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Jibril". Ditanyakan lagi, "Siapa yang bersamamu?", Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutus". Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi. "Siapakah kamu?" Jibril menjawab, "Jibril". Jibril ditanya lagi. "Siapa yang bersamamu?". Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutuskan?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutuskan". Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik menuju langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, "Siapakah kamu?". Jibril menjawab, "Jibril". Jibril ditanya lagi. "Siapakah yang bersamamu?". Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutuskan?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutuskan". Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi. "Siapakah kamu?". Jibril menjawab, "Jibril". Jibril ditanya lagi. "Siapakah yang bersamamu?". Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutuskan?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutuskan". Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman, "Dan kami telah menganggkat ke tempat yang tinggi derajatnya". Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi. "Siapakah kamu?". Jibril menjawab, "Jibril". Jibril ditanya lagi. "Siapakah yang bersamamu?". Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutuskan?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutuskan". Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi. "Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, "Jibril'. Jibril ditanya lagi. "Siapakah yang bersamamu?". Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutuskan?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutuskan". Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi. "Siapakah kamu?". Jibril menjawabnya, "Jibril"., Jibril ditanya lagi. "Siapakah yang bersamamu?". Jibril menjawab, "Muhammad". Jibril ditanya lagi. "Apakah dia telah diutuskan?". Jibril menjawab, "Ya, dia telah diutuskan". Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, kami tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan’.” Ahmad menghentikan bacaannya sejenak untuk menarik nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teologi Dealektika
SpiritualBerpikir kritis adalah sebuah kemampuan yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat mengembangkan dirinya. Namun Bagaimana bila seseorang berpikir kritis mengenai agama dan eksistensi Tuhan? Apakah pemikiran kritisnya akan membuat iman manusia itu makin...