24. Abrahamic Religion Bagian Tiga

13 8 0
                                    

Happy reading :)

"Sejarah proses kodifikasi Al-Quran setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ mencakup periode awal hingga proses akhir penyelesaian teks final Al-Quran. Ketika Nabi Muhammad ﷺ masih hidup, wahyu-wahyu Al-Quran diturunkan kepada beliau secara bertahap selama kurun waktu lebih dari dua puluh tahun. Nabi Muhammad ﷺ secara lisan menyampaikan Al-Quran kepada para pengikutnya dan para sahabat pun menghafal serta mencatat wahyu-wahyu tersebut. Nabi Muhammad ﷺ juga menempatkan wahyu-wahyu tersebut dalam urutan kronologis tertentu. Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, Al-Quran dalam bentuk tulisan tersebar di antara para sahabat yang telah menghafal dan mencatatnya. Namun, penyebaran teks Al-Quran masih dalam bentuk fragmen dan tidak disusun dalam satu volume tunggal. Pada masa Abu Bakar as-Shiddiq, khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, terjadi pertempuran besar yang dikenal sebagai pertempuran 'Yamamah' dengan suku-suku yang memberontak. Dalam pertempuran ini, para penghafal Al-Quran yang memegang salinan tulisan pribadi mereka gugur sebagai syahid. Hal ini ikut mendorong Abu Bakar untuk mengumpulkan semua tulisan yang berisi Bagian Al-Quran di bawah pengawasan Zaid bin Thabit, salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang dianggap ahli dalam membaca dan menghafal Al-Quran," cerita Ahmad sambil menjelaskan.

"Zaid bin Thabit dan timnya bekerja untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Quran serta membandingkan dengan memorinya maupun catatan yang dimiliki sahabat Nabi Muhammad ﷺ lainnya. Proses ini melibatkan pengumpulan dan konfirmasi kesesuaian serta keabsahan setiap ayat dan surah yang ada. Ayat-ayat yang sama akan ditemukan dalam berbagai naskah dan saksi mata sahabat yang berbeda. Zaid bin Thabit dan timnya melakukan kajian kritis untuk memastikan kesesuaian dan keabsahan setiap ayat dan surah sehingga dapat menghasilkan satu teks Al-Quran yang standar. Setelah proses kompilasi, Abu Bakar mengumpulkan dan menyusun Al-Quran menjadi satu volume tunggal. Pada masa Umar bin Khattab, khalifah kedua, ia menugaskan pengumpulan dan standarisasi Akhiran surah serta penambahan tanda baca untuk memudahkan pengucapan dan pengertian. Inilah bentuk Al-Quran yang disusun dan kita miliki hingga saat ini dan dikenal sebagai mushaf standar. Al-Quran yang telah dikodifikasi dan disusun ini kemudian disalin berulang kali untuk disebarkan ke berbagai daerah di bawah kebijakan Utsman bin Affan, khalifah ketiga, untuk memastikan keseragaman dalam penyalinan dan penyampaian Al-Quran. Salinan yang disusun Utsman bin Affan ini menjadi standar utama dalam masa-masa berikutnya dan menjadi sumber dari mushaf Al-Quran yang kita miliki sekarang. Meskipun alquran sudah distandarisasi, namun sahabat-sahabat nabi tidak melarang perbedaan qiraat." Fajar mengerutkan keningnya.

"Mad, Apa itu qiraat?" tanya Fajar penasaran.

Ahmad tersenyum dan berujar, "untuk mengetahui apa itu qiraat, saya akan membacakan dua hadis terlebih dahulu, Jar. Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 'Jibril membacakan (Qur'an) padaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah, dan ia pun menambahnya memberi sampai dengan tujuh huruf'." usai membaca hadis tersebut, Ahmad melihat ekspresi Fajar yang datar saja.

"Kemudian, Ahmad pun melanjutkan untuk membacakan hadits kedua. "dari Umar bin Khatab, ia berkata, 'Aku mendengar Hisyam bin Hakim membacakan surat al-Furqan di masa hidup Rasulullah. Aku memperhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibaca Rasulullah, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat dia shalat, tetapi aku berusaha sabar menunggunya sampai salam. Begitu salam, aku tarik selendangnya dan bertanya, "Siapakah yang membacakan (mengajarkan bacaan) surah itu kepadamu? Dia menjawab: 'Rasulullah yang membacakannya kepadaku.' Lalu aku katakan padanya: 'Dusta kau! Demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga surah yang tadi kau baca (tapi tidak seperti bacaanmu).' Kemudian aku membawa dia ke hadapan Rasulullah, dan aku menceritakan kepadanya, '"Aku telah mendengar orang ini membaca surah al-Furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah kamu bacakan secara khusus, padahal kamu sendiri telah membacakan surah al-Furqan secara langsung". Maka Rasulullah berkata: "Baiklah, wahai Umar. Bacalah surah tadi, wahai Hisyam" Hisyam pun membaca dengan bacaan seperti kudengar tadi. Maka kata Rasulullah SAW: "Begitulah surah itu diturunkan". Ia berkata lagi "'Bacalah wahai Umar". Lalu aku membaca dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasulullah kepadaku. Maka kata Rasulullah "begitulah surah itu diturunkan" Dan katanya lagi "sesungguhnya Alquran diturunkan dengan tujuh huruf. maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu, di antaranya"."

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang