6. Variasi Kepercayaan Tuhan

40 9 16
                                    

Happy reading :)

“Bu, Apakah dalam agama Hindu mengenal surga dan neraka?” kepo Fajar penasaran.

“Iya, agama Hindu juga mengenal konsep surga dan neraka. Tapi, beda dengan agama Islam ataupun Kristen, surga dan neraka ini hanyalah tempat sementara untuk menuju siklus kelahiran kembali atau ‘reinkarnasi’. Jadi, kita tidak akan abadi hidup di surga ataupun di neraka, karena kita akan kembali reinkarnasi menurut agama Hindu,” jawab Melinda menjelaskan sembari menyetrika baju.

“Hal yang membedakan antara surga dan neraka agama Islam atau Kristen dengan agama Hindu adalah, surga dalam kepercayaan agama Hindu bisa dimasuki oleh penganut agama lainnya selama penganut agama lain itu melakukan kebajikan dan kebaikan. Berbeda dengan agama Islam atau Kristen yang mempercayai bahwa hanya agama merekalah yang diterima oleh Tuhan dan merekalah yang berhak untuk masuk surga,” lanjut Melinda menjelaskan.

“Wah, berarti surganya agama Hindu itu juga bisa dimasuki oleh kita dong, Bu? Karena, meskipun kita tidak percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi kita kan melakukan perbuatan baik selama di dunia,” simpul Fajar dengan semangat.

“Bisa jadi, karena apapun agamanya, semua orang akan mengalami hukum karma dan akan mendapatkan karma baik atau buruk dalam kehidupan berikutnya terlepas dari apapun kepercayaan agamanya.” Fajar mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Terus, kalau surga ataupun neraka dalam kepercayaan agama Hindu itu tidak hanya diperuntukkan bagi umat Hindu aja, tujuan utama dari agama Hindu apa dong, Bu?” tanya fajar pada Melinda.

“Nah, pertanyaan yang bagus. Manusia dan makhluk hidup lainnya terjebak dalam ‘samsara’ atau siklus kelahiran dan kematian. Tujuan utama dari agama Hindu adalah mencapai puncak spiritual tertinggi yang disebut ‘moksa’. Moksa adalah kondisi di mana Kita terbebas dari siklus samsara dan mencapai tingkat spiritualitas tertinggi. Memiliki puncak kesadaran tertinggi dan merasakan kedekatan dengan Tuhan,” papar Melinda sembari melipat baju.

“Oh gitu. Hmm, kayaknya agama Hindu lebih baik daripada agama Islam atau Kristen ya, Bu?” ujar Fajar berpendapat.

“Iya, Tapi tetap saja Ibu enggak merasa agama Hindu itu cocok untukIbu. Karena, Ibu nggak mau jadi penganut agama Hindu hanya karena agama Hindu lebih baik dan toleran dibandingkan agama Islam dan Kristen. Apalagi konsep Tuhannya yang masih belum cukup logis untuk meyakinkan Ibu bahwa Tuhan pencipta alam semesta ini ada dan Tuhan itu adalah sanghyang Widhi atau Brahman.” Melinda mengungkapkan opininya.

“Belum lagi, mirip dengan agama Islam ataupun Kristen, agama Hindu juga percaya bahwa manusia punya nenek moyang. Kalau pasangan manusia pertama dalam agama Islam ataupun Kristen adalah Adam dan Hawa, pasangan manusia pertama dalam agama Hindu adalah Swayambu Manu dan Satarupa. Jelas kepercayaan nenek moyang manusia yang diciptakan langsung oleh Tuhan ini tidak sejalan dengan teori evolusi sains. Sehingga, baik kepercayaan Islam, Kristen, ataupun Hindu, tidak sesuai dengan sains,” lanjutnya memaparkan sudut pandangnya.

Fajar hanya ber oh ria usai mendengar penjelasan Melinda. “belum lagi, kalau kita lihat dari sisi sejarah, agama Hindu itu lebih seperti agama yang terbentuk dari dua kebudayaan yang bertemu. Di lembah Sungai Indus yang subur, peradaban kuno bernama Mohenjo-Daro dan Harappa berkembang pesat. Bangsa Dravida, penduduk asli lembah ini, membangun kota-kota terencana dengan sistem sanitasi yang maju. Mereka memuja dewa-dewi alam dan Dewi Ibu, simbol kesuburan. Sekitar tahun seribu lima ratus sebelum Masehi, bangsa Arya, nomaden dari Asia Tengah, datang ke India, Jar. Mereka membawa Veda, kumpulan teks suci berisi mantra, ritual, dan kisah-kisah tentang dewa-dewi. Bangsa Arya memiliki sistem sosial yang terstruktur dengan kasta-kasta, dan memuja dewa-dewa seperti Indra, Agni, dan Surya. Pertemuan kedua bangsa ini memicu perpaduan budaya dan kepercayaan yang melahirkan agama Hindu. Bangsa Dravida memperkenalkan pemujaan Dewi Ibu dan tradisi lokal, sedangkan bangsa Arya membawa Veda dan sistem kasta,” cerita Melinda pada Fajar.

Teologi DealektikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang