Jelang laga lanjutan nanti yang akan dilaksanakan 5 hari lagi, namun hal tidak terduga terjadi.
Rafael demam dan tidak datang berlatih bersama teman temannya dilapangan.
Terlihat juga Ivar tanpa Rafael tampak lesu. Biasanya mereka selalu bersama semenjak kedatangannya ke Indonesia.Sementara Saka baru saja keluar dari ruang pak Erick Thohir untuk mengantarkan transkip hasil printan beberapa hari yang lalu.
"Apa sekalian tak jenguk aja ya si Rafael, kesiyan jugak dia sakit. Apa gegara makan biskuit kadaluarsa itu ya" gumamnya merasa bersalah.Sekarang disinilah Saka.
Didepan pagar rumah mewah bercat putih.
"Dari alamat yang dikasih pak erick sih ini bener." Saka memencet bel rumah tersebut.Tak selang beberapa detik kemudian pintu terbuka, namun yang keluar bukan lah orang tua atau pekerja yang ada dirumah tersebut, dan tidak mungkin Rafael karena pasti ia sedang rebahan diatas ranjangnya.
"Hi? This is Rafael's house?" Tanya Saka pada anak laki laki didepannya itu.
"Yup. But who are you?" Balasnya
"Hmm, Im Saka. Im Rafael's friend" Saka terkagok karena laki laki itu hampir sama tingginya dengan Welly adiknya yang juga hampir sepantaran dengan Rafael.
"Okay come in."laki laki itu mempersilahkan Saka masuk kerumahnya.
Saka berjalan mengikutinya dan seketika saja ia menabrak punggung laki laki itu karena laki laki itu berhenti mendadak dihadapannya.
"Whos her?" Tanya laki laki itu pada Rafael. Karena tiba tiba saja Rafael berdiri dihadapannya dengan muka bantal.
Rafael melihat kearah belakang punggung siapa yang dimaksud.
"Saka?" Ucapnya."Whos him?" Tanya Saka pelan seakan kode pada Rafael.
"My brother" balas Rafael
"YOUR BROTHER? I thought u dont have brother" Saka terkejut.
"Im Welber. Nice to meet you" kini Welber membuka pembicaan pada Saka.
"Oh.. Welber. Ya ,nice to meet you too" Saka menganggukan kepalanya dan tersenyum ramah atau lebih tepatnya lebih ke senyum canggung.
..
Seketika Saka terdiam saat duduk disofa ruang tamu dirumah Rafael tersebut.
Bukan tanpa alasan, itu karena ia baru saja melihat semua penghargaan yang terpampang di dinding dan meja serta lemari kaca.
Disana terdapat nama Rafael dan juga Welber.
Yup, kedua kakak beradik itu sukses berada di timnas Indonesia dengan under yang berbeda.
"Kapan ya adikku bisa jadi timnas jugak, daftar kpps aja dia gagal karena gabisa bedain mana kanan mana kiri" gerutunya pelan"U want to try it? Its kinda spicy but nice" Welber menyodorkan snack lidi lidi an pada Saka.
"Thank you" Saka mengambil se lidi untuk menghargai Welber yang telah menawarinya.
"Rafa, how about now, better?" Tanya Saka pada Rafael yang kini mengunyah biskuit Ro**ma
"Its okay. Its not expired too. 02-05-2026" Rafael membacakan tanggal kadaluarsa di bungkus biskuit itu.
Dan seketika Saka merasa bersalah karena ulahnya beberapa hari yang laku. Daya tahan tubuh bule memang berbeda dengan daya tahan tubuh Indonesia pride.
"Sorry Rafael" gumamnya"Nah, no worries" Rafael tersenyum karena ia senang melihat wajah bersalah Saka padanya.
Kini Rafael dan Welber duduk dibawah sofa dan sedangkan Saka duduk disofa.
Welber dan Rafael bermain ps untuk mengisi kebosanan, sedangkan Saka justru bosan dengan permainan ps yang mereka berdua mainkan.
"Im so sleepy guys" ucapnya"Close your eyes" balas Rafael yang tetap berfokus pada layar besar dihadapannya.
"Are you really so sleepy? You can sleep in bedroom" ucap Welber yang memalingkan sejenak wajahnya pada Saka.
Namun Saka sudah terlelap disofa.
"She is so cute" ucap Welber yang menghentikan permainannya sedangkan Rafael masih berfokus dengan sticknya."Yayayaya.. grab your stick, hurry up!!" Rafael kesal karena ia harus memback up permainan adiknya.
"Welber whatcu doin huh? Why you do that, anin else can't help me well in the game" Rafael kesal karena Welber melepas sepihak stick ps nya.
Welber menatap Rafael yang tampak kesal padanya.
Namun sesaat kemudian Ia justru menjulurkan lidahnya seaakan meledek pada Rafael.Guys kalian boleh kok follow aku biar kayak penulis2 pro gitu wkwk
Thanks for readin 💯💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael Struick - Secret Love (FINISHED)
أدب الهواة☆Cerita ke 1 Jarang tersenyum, sedikit berbicara. seakan Ia hanya menggunakan tatapan matanya sebagai sarana untuk menyampaikan semuanya. namun terkadang melemparkan candaan kecil. iya, hanya sekedar candaan. who is him? We overdue? - Rafael Janga...